• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Pendidikan/ Sosial

Dalam dokumen Modul Karya Tulis Ilmiah (Halaman 145-151)

Sebagai contoh dalam penelitian misalkan, suatu permasalahan dalam studi perbandingan

apakah prestasi

belajar mahasisw a pada mata kuliah KTI antara

yang kuliah diruang ber AC lebih tinggi

dibandingkan yang kuliah diruang biasa

. Langkah

pertama yang dilakukan adalah mengidentifi-kasi faktor/ variabel yang terkandung dalam per-masalahan tersebut. Variabel yang tercakup dalam permasalahan tersebut ada dua yaitu prestasi belajar sebagai variabel terikat dan ruang kuliah sebagai variabel bebas.

Langkah kedua, mengkaji semua variabel yang tercakup dalam rumusan masalah, berdasarkan pengetahuan ilmiah yang relevan mengenai karak-teristiknya. Kajian tersebut misalnya, apakah yang disebut dengan ruang kuliah ber AC dan ruang kuliah biasa tersebut?, Apakah prasarana dan sarana ruang kuliah? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lainnya yang dapat mengungkap seluruh karakteristik kedua ruang kuliah tersebut. Apakah prestasi belajar mahasiswa? Kemampuan apa saja yang diperlukan sebagai prasyaratnya? Dan sebagainya, yang pada akhirnya dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi variabel dengan tepat. Langkah kedua ini dihasilkan definisi obyek kajian. Definisi ini disebut sebagai definisi operasional, yang tujuannya untuk menghindarkan terjadinya salah pengertian. Seperti diketahui, karya tulis merupakan kegiatan membuat media komunikasi antara peneliti dengan pengguna hasil penelitian. Dalam situasi komunikasi, sering terjadi

permasalahan pada kata atau kalimat yang sama, yang dapat diartikan berbeda oleh orang yang berbeda. Situasi ini tentunya akan menghasilkan pemaknaan obyek kajian yang berbeda.

Definisi operasional dalam kajian ilmiah disusun berdasarkan karakteristik konsep atau obyek yang dapat diamati (observable). Kata atau kalimat yang dapat diamati adalah the significant word in describing an operational definition. Definisi operasional memungkinkan peneliti membuat pengamatan gejala yang relatif tetap, sehingga pengamatan ini dapat dilakukan oleh orang lain, yang dapat mengidentifikasi obyek yang telah didefinisikan. Apa yang penting adalah definisi operasional dibuat bardasarkan karakteristik observasi tersebut.

Selain itu, terdapat definisi konseptual, yaitu meng- identifikasi sesuatu obyek pada tingkat konseptual, atau kriteria hipotetik yang agak dapat diamati. Dalam definisi konseptual, suatu konsep didefinisikan berdasarkan referensi yang relevan. Definisi konseptual ini penting untuk proses berpikir logis saat merumuskan hipotesis. Bagai- manapun definisi konseptual akan membantu men- jembatani antara domain hipotetik atau umum dengan domain kenyataan yang dirumuskan dalam definisi operasional. Singkatnya dalam kajian ilmiah, suatu konsep harus didefinisikan secara operasional.

Terdapat tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional, yang secara teoritis memungkinkan untuk menyusun definisi operasional suatu obyek atau gejala.

Ketiganya cara tersebut diberi label definisi operasional tipe A, tipe B, dan tipe C.

Definisi operasional tipe A, dapat disusun dalam perlakuan yang diberikan agar menucul suatu gejala. Tipe ini sering dipergunakan pada penelitian eksperimen, dimana peneliti memunculkan gejala melalui suatu prosedur perlakuan tertentu terhadap obyek kajian. Deskripsi perlakuan tersebut merupakan bentuk dari definisi operasional tipe A. Beberapa contoh definisi tipe A.

1). Frustasi secara operasional dapat didefinisikan sebagai hasil apabila seseorang dihalang-halangi dari tujuan yang sangat ia inginkan.

2). CDI adalah sistem pengapian yang menghasilkan bunga api pada busi yang lebih besar.

3). Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri seorang mahasiswa untuk melakukan usaha-usaha belajar yang lebih intensif saat ingin mencapai hasil yang maksimal.

4). Kepekatan gas buang adalah jumlah karbon yang terkandung dalam gas buang kendaraan saat diakselerasi.

5). Alarm kendaraan adalah tanda signyal berbunyi keras saat, kunci kontak kendaraan bermotor di-on-kan diluar prosedur.

Dalam setiap permasalahan, suatu definisi operasional tipe A adalah pernyataan dari perlakuan atau prakondisi yang dikembangkan oleh peneliti untuk melihat indikator gejala

yang muncul. Dalam kasus pertama dapat dilihat penghalang sebagai variabel independen yang digunakan sebagai variabel perlakuan atau eksperimen. Dengan memanipulasikan variabel bebas (independent), maka akan diketahui besarnya tingkat frustasi.

Definisi operasional tipe B, dapat disusun berdasarkan bagaimana suatu obyek bekerja, yaitu berkaitan dengan karakteritik dinamiknya. Sebagai contoh, mahasiswa yang pandai secara operasional didefinisikan sebagai mahasiswa yang mendapatkan nilai-nilai mata kuliah yang tinggi. Atau mahasiswa yang dapat mendemonstrasikan kemampuan problem solving yang baik. Garam dapat dilarutkan dalam air untuk menghasilkan listrik, dan seseorang yang lapar adalah seseorang yang depresi 10 kali untuk mendapatkan makanan. Dosen yang direktif secara operasional didefinisikan sebagai seseorang yang memberikan instruksi, dan berhubungan dengan mahasiswa secara formal.

Karena sifat-sifat dinamik seseorang ditunjukan dalam tingkah laku, maka definisi tipe B menjelaskan tipe khusus seseorang dalam arti konkrit dan tingkah lakunya dapat diamati. Sehingga, Agresif dapat didefinisikan dengan definisi tipe A sebagai tingkah laku seseorang yang dihalangi dari tujuan yang diinginkan, dan dapat juga didefinisikan menggunakan tipe B, bicaranya keras, acting out, dan beringas. Definisi tipe B lebih tepat untuk mendefinisikan variabel terikat (dependent).

Definisi operasional tipe C, dapat disusun berdasarkan sifat- sifat statis dari suatu obyek kajian. Sebagai contoh,

mahasiswa yang pandai adalah mahasiswa yang memiliki memori yang baik, perbendaharaan kata yang banyak, kemampuan berpikir rasional yang baik, ketrampilan aritmatik yang baik, dan sebagainya.

Definisi operasional dirumuskan dalam rangka meng- identifikasi karakteristik/ ciri-ciri/ indikator dari suatu obyek kajian. I ndikator-indikator tersebut yang berguna sebagai dasar untuk memilih atau menyusun instrumen pengumpul data penelitian. I nstrumen penelitian sosial dapat berbentuk angket, tes, lembar observasi, dan sebagainya.

Langkah ketiga, karena studi ini adalah membanding-kan ruang kuliah ber AC dan ruang kuliah biasa, maka perlu dikaji perbedaan karakteristik yang terdapat dalam kedua ruang kuliah tersebut. Kajian meliputi perbedaan karakterisik ruang kuliah yang terkait dengan proses belajar mahasiswa, perbedaan tingkat kebisingan pada saat kegiatan belajar, perbedaan aktivitas mahasiswa, perbedaan pencahayaan, dan seterusnya hingga diperoleh penjelasan yang rinci tentang perbedaan kedua ruang kuliah tersebut.

Usaha mengidentifikasi perbedaan diantara kedua ruang kuliah tersebut akan berguna untuk memberikan penjelasan, bila nantinya terdapat perbedaan prestasi belajar mata kuliah KTI mahasiswa. Maka perbedaan tersebut kemungkinan besar baik secara langsung atau tidak langsung terkait dengan perbedaan karakteristik kedua ruang kuliah tersebut. Bila hal ini dapat diterima, maka kajian dilanjutkan pada permasalahan berikutnya,

yaitu mengapa prestasi belajar mata kuliah KTI terpengaruh oleh perbedaan ruang kualiah tersebut? Faktor apa saja dari karakteristik ruang kuliah yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa?

Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka akhirnya sampai pada kesimpulan ruang kuliah manakah yang akan menghasilkan prestasi belajar KTI mahasiswa yang lebih baik. Kesimpulan seperti ini diambil melalui kerangka berpikir yang dibangun berdasarkan konsep atau teori pengetahuan ilmiah yang tersedia, dan disebut sebagai hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan yang diajukan. Sehingga hipotesis tidak dapat diajukan “ seenaknya sendiri” , tanpa didasarkan pada kajian ilmiah yang mendalam.

Seperti telah dibahas sebelumnya pada dasarnya metode ilmiah harus dilalui dalam dua langkah utama, yaitu pertama pengajuan hipotesis yang merupakan kerangka teoritis yang secara deduktif dijalin dari pengetahuan yang dapat dihandalkan. Kedua, pengujian hipotesis dilakukan secara induktif melalui data empiris, hingga diketahui apakah data atau fakta atau kenyataan mendukung atau menolak hipotesis.

Jadi pada dasarnya seorang ilmuwan tidak menerima hasil penelitian seseorang, apapun juga hasilnya, jika kerangka teoritis dalam pengajuan hipotesisnya tidak menyakinkan. Tahap pengujian empiris hanyalah sekedar tahap lanjutan dari tahap pengajuan hipotesis dan tidak berdiri sendiri.

Dalam artian penelitian yang sesungguhnya, seorang peneliti tidak diperkenankan untuk mengumpulkan data empiris, bila belum berhasil menyusun kerangka teoritis yang meyakinkan.

Dalam dokumen Modul Karya Tulis Ilmiah (Halaman 145-151)