• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Pengaruh Alelopati Daun dan Ranting Jabon Terhadap Pertumbuhan, Produksi Rimpang dan Kandungan Kurkumin Tanaman

2 METODE PENELITIAN

1. Penelitian Pengaruh Alelopati Daun dan Ranting Jabon Terhadap Pertumbuhan, Produksi Rimpang dan Kandungan Kurkumin Tanaman

empat bulan dilaksanakan di Rumah Kaca Bagian Ekologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan, produksi rimpang, kandungan kurkumin tanaman kunyit di bawah tegakan jabon dan Arsitektur perakaran pohon jabon dilaksanakan di Dusun Tawakal RT/RW 01/ 05, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Analisis kurkumin dengan uji Spektrofotometri di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) dan analisis bahan kimia serasah jabon dengan uji GC-MS Pirolisis di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (P3KKPHH) Gunung Batu, Bogor.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah tegakan jabon umur 3 tahun 9 bulan, rimpang kunyit varietas Turina-2, pupuk anorganik (Urea, SP-36, dan KCl), pupuk kandang, tanah dari lokasi agroforestri tanaman kunyit di bawah tegakan jabon dengan tekstur clay, daun (serasah) dan ranting jabon.

Alat yang digunakan timbangan, blender, gelas ukur, kain halus (planel), jangka sorong digital, meteran, polybag ukuran 40 cm x 40 cm, plastik putih ukuran 40 cm x 60 dengan tebal 8 mm, garpu, toples plastik, kompas, pita ukur, bak plastik, haga hypsometer, Lux meter dan spherical densiometer.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini terdiri atas:

1. Penelitian Pengaruh Alelopati Daun dan Ranting Jabon Terhadap Pertumbuhan, Produksi Rimpang dan Kandungan Kurkumin Tanaman Kunyit

Penelitian disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial (dua faktor), dengan tiga ulangan, 12 kombinasi perlakuan, 36 satuan

6

percobaan, dan 72 satuan amatan. Faktor pertama ekstrak serasah jabon (D0) 0 g l-1, (D1) 3 g l-1, (D2) 6 g l-1, (D3) 9 g l-1,faktor kedua ekstrak ranting jabon (R0) 0 g l-1, (R1) 3 g l-1dan (R2) 6 g l-1. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + Ԑijk Keterangan :

Yijk = Pengamatan pada faktor daun taraf ke-i faktor ranting taraf ke-j dan kelompok ke-k

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh utama faktor daun βj = Pengaruh utama faktor ranting

(αβ)ij = Komponen interaksi dari faktor daun dan faktor ranting ρk = Pengaruh dari kelompok

εijk = Pengaruh acak yang menyebar normal

Pelaksanaan Penelitian Penanaman

Polybag ukuran 40 cm x 40 cm diisi tanah sebanyak 10 kg polybag-1. Tiap polybag ditanam satu rumpun kunyit berumur 18 minggu setelah tanam (MST). Polibag ukuran 40 cm x 40 cm dengan tanaman kunyit dimasukkan ke dalam kantong plastik putih berukuran 40 cm x 60 cm, bertujuan untuk menampung sisa ekstrak dan ranting jabon.

Persiapan bahan ekstraksi

Ranting dan serasah jabon diambil dari lokasi penelitian agroforestri. Ranting jabon dipotong kecil-kecil dengan panjang 0.5 cm kemudian dijemur hingga kadar airnya 10%. Potongan ranting digiling menjadi serbuk dengan ukuran 80 mesh, penggilingan dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakutas Kehutanan IPB. Serasah diambil tiap minggu, dibersihkan dengan aquades kemudian diblender hingga halus (Hilwan 1993; Walalangi 1994; Daryono 1998; Achmad dan Suryana 2009). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Bahan serbuk ranting dan hasil blenderan serasah direndam dengan aquades dingin selama 24 jam sesuai perlakuan. Perlakuan serasah adalah (D0) 0 g l-1, (D1) 3 g l-1, (D2) 6 g l-1, dan (D3) 9 g l-1, dan perlakuan ranting adalah (R1) 0 g l-1, (R1) 3 g l -1 dan (R2) 6 g l-1.

Aplikasi ekstraksi

Ekstrak serasah dan ranting jabon disaring menggunakan kain planel. Hasil saringan ekstrak disiramkan pada satuan amatan sebanyak 150 ml rumpun-1 sesuai perlakuan. Aplikasi ekstrak serasah dan ranting jabon dilakukan empat kali pada tanaman kunyit berumur 22 MST, 23 MST, 24 MST dan 25 MST.

7

2. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan, Produksi Rimpang, Kandungan Kurkumin Tanaman Kunyit di Bawah Tegakan Jabon

Parameter pertumbuhan tanaman kunyit disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan empat perlakuan dan masing-masing perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas: (J0) jabon tidak agroforestri, (J1) jabon agroforestri (ada kunyit dan diberikan pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 150 kg ha-1, (J2) jabon agroforestri (ada kunyit dan diberikan pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 200 kg ha-1 sebagai pupuk anjuran pada cahaya penuh (Rahardjo dan Rostiana 2009), dan (J3) jabon agroforestri (ada kunyit dan diberikan pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg ha-1. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Yij = µ + τi+ βj + Ԑij Keterangan :

Yij = Pengamatan dosis pupuk ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan dosis duduk βj = Pengaruh kelompok ulangan (blok) Ԑij = Pengaruh acak yang menyebar normal

Parameter produksi kunyit (bobot rimpang kunyit dan kandungan kurkumin) dianalisis menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial (dua faktor), yaitu: faktor pertama dosis pupuk (J1) pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 150 kg ha-1, (J2) pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 200 kg ha-1 sebagai pupuk anjuran pada cahaya penuh (Rahardjo dan Rostiana 2009), dan (J3) pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg ha-1, faktor kedua umur panen (U1) umur 6 BST, (U2) umur 7 BST dan (U3) umur 8 BST. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Gomez dan Gomez 2007).

Yijk = µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ ρk + Ԑijk Keterangan :

Yijk = Pengamatan pada faktor dosis pupuk taraf ke-i faktor umur panen taraf ke-j dan kelompok ke-k

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh utama faktor dosis pupuk βj = Pengaruh utama faktor umur panen

(αβ)ij = Komponen interaksi dari faktor dosis pupuk dan faktor umur panen ρk = Pengaruh dari kelompok

8

Pelaksanaan Penelitian Persiapan bibit

Rimpang kunyit induk dipotong empat bagian, rimpang anakan dipilih dengan berat 15-20 g, kemudian disemai dalam bak plastik yang berisi coco peat

selama 30-45 hari. Penyiraman dilakukan pada waktu pagi dan sore untuk menjaga kelembaban sehingga mata rimpang bertunas. Rimpang dengan tinggi tunas 5 cm sudah dapat dipindahkan ke lapangan.

Persiapan lahan

Gulma di bawah tegakan jabon berumur 3 tahun 9 bulan dibersihkan terlebih dahulu. Tanah dicangkul sampai gembur dan dibuat petakan dengan ukuran 3 m x 3.5 m. Tiap petak terdapat 4 pohon jabon yang memiliki rata-rata diameter batang 8.0-19.0 cm dan tinggi total pohon jabon 11.0-17.9 m.

Penanaman

Bibit kunyit ditanam dengan jarak 50 cm x 50 cm berjumlah 24 tanaman per petak. Pertumbuhan bibit kunyit tidak seragam sehingga masing-masing blok ditanam bibit kunyit dengan tinggi berbeda. Blok satu ditanam bibit kunyit dengan tinggi rata-rata 30.2 cm, blok dua rata-rata tinggi 10.4 cm dan blok tiga tinggi rata-rata 6.7 cm. Waktu penanaman bibit kunyit dilakukan secara hati-hati agar mata tunas tidak terpisah dengan rimpang kunyit (patah).

Gambar 2 Tanaman kunyit (C. domestica) di bawah tegakan jabon A. cadamba)

Pemupukan

Pupuk kandang diberikan dua minggu sebelum penanaman kunyit dengan takaran 500 g lubang-1 (setara 20 ton ha-1). Pupuk SP-36 dan KCl diberikan bersamaan penanaman kunyit masing-masing perlakuan J1 3.75 g lubang-1 (setara 150 kg ha-1), perlakuan J2 5 g lubang-1 (setara 200 kg ha-1) dan perlakuan J3 6.25 g lubang-1 (setara 250 kg ha-1). Dosis pupuk Urea pada perlakuan J1 3.75 g lubang-1 (setara 150 kg ha-1), perlakuan J2 5 g lubang-1 (setara 200 kg ha-1) dan perlakuan J3 6.25 g lubang1 (setara 250 kg ha-1) diberikan menjadi dua bagian pada umur 1 bulan setelah tanam (BST) dan 3 BST. Teknik pemupukan dengan cara dialur melingkari tanaman (Helmi et al. 2004).

9

Pemeliharaan

Gulma dibersihkan untuk menghindari adanya kompetisi unsur hara dan air. Serasah, ranting, cabang jabon yang gugur di plot penelitian dibersihkan dan dilakukan pengamatan hama dan penyakit secara rutin. Pengendalian hama daun dengan cara mekanis, ulat tanah pengendalian dengan pemberian pestisida.

3. Arsitektur Perakaran Pohon Jabon

Penggalian dilakukan pada lingkaran tegakan jabon sampai didapatkan akar horizontal. Panjang akar horizontal diukur dari batang utama sampai ujung akar dan ke dalaman akar horizontal dari permukaan tanah sampai ke akar horizontal. Tujuan penggalian akar adalah melihat arsitektur perakaran pohon jabon. Parameter pengamatan akar jabon adalah jumlah akar primer, panjang akar horinzontal dan ke dalaman akar horizontal.

Pengamatan

Pengamatan terdiri atas:

1. Parameter pertumbuhan jabon

1.1. Perhitungan Riap Pohon: Riap pohon dipakai untuk menyatakan pertambahan dimensi (diameter batang, tinggi bebas cabang dan tinggi total) pohon atau tegakan per satuan luas pada waktu tertentu. Pengukuran dilakukan sebelum penanaman kunyit sampai panen kunyit terakhir (umur 8 BST). Pendekatan perhitungan riap rata-rata berjalan (Susila 2010) rumus :

dimana:

CAI = riap rata-rata berjalan (current annual increment)

Dt = diameter (cm) atau tinggi pohon saat pengamatan (m) Dt-1 = diameter (cm) atau tinggi pohon sebelumnya (m)

T = jarak waktu pengukuran (bulan)

1.2.Pengukuran Tajuk: Pengukuran luasan tajuk dilakukan dengan cara mengukur diameter tajuk menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan sebelum penanaman hingga panen kunyit terakhir (umur 8 BST).

1.3.Intensitas Naungan: Persentase penutupan tajuk diukur untuk menduga besarnya jumlah radiasi sinar matahari yang menembus sampai ke tanah. Pendugaan penutupan cahaya matahari oleh tajuk tegakan dilakukan dengan menggunakan alat sphericle densiometer (Supriyanto dan Kasno 2001), penghitungan dengan rumus:

10

Keterangan;

Ti = Keterbukaan tajuk

Tn = Bobot pada masing-masing titik pengukuran N = Jumlah titik pengukuran

1.4.Pengukuran intensitas cahaya matahari: Pengukuran intensitas cahaya matahari menggunakan Lux meter dengan 3 waktu yaitu; pagi (pukul 07.00- 08.00), siang (pukul 12.00-13.00) dan sore (pukul 16.00-17.00) selama tiga hari. Lux meter diletak diatas permukaan tanah setinggi 75 cm.

2. Parameter pertumbuhan tanaman kunyit

2.1.Parameter pertumbuhan tanaman kunyit pada penelitian pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, terdiri atas:

2.1.1 Tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun dari umur 22-26 minggu setelah tanam (MST)

2.1.2 Diameter batang, lebar daun, dan panjang daun pada umur 23 MST

2.1.3 Bobot rimpang dan kandungan kurkumin pada umur 26 MST dan 35 MST 2.2. Parameter pertumbuhan tanaman kunyit pada penelitian pengaruh pemupukan

terhadap pertumbuhan, produksi rimpang, kandungan kurkumin tanaman kunyit di bawah tegakan jabon, terdiri atas:

2.2.1 Tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah daun dari umur 1-5 BST 2.2.2 Diameter batang, lebar daun dan panjang daun pada umur 5 BST 2.2.3 Bobot rimpang pada umur 6 BST, 7 BST, dan 8 BST

2.2.4 Kandungan kurkumin pada umur 6 BST, 7 BST, dan 8 BST

Analisis Data

Hasil pengamatan kemudian dianalisis dengan menggunakan program SAS (Statistical Analysis System) versi 9.1 sehingga diperoleh analisis keragamannya. Apabila dalam sidik ragam pada taraf α 0.05 perlakuan menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan nilai rata-rata perlakuan.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian agroforestri tanaman kunyit (C. domestica) di bawah tegakan jabon (A. cadamba) terdiri atas : pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan, produksi rimpang, kandungan kurkumin tanaman kunyit di bawah tegakan jabon, dan arsitektur perakaran pohon jabon memberikan beberapa hasil penelitian.

11

3.1Pengaruh Alelopati Daun dan Ranting Jabon Terhadap Pertumbuhan, Produksi Rimpang dan Kandungan Kurkumin Tanaman Kunyit

Pertumbuhan tanaman kunyit

Hasil analisis sidik ragam perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, lingkar batang, lebar daun, panjang daun, dan berat rimpang tanaman kunyit pada umur 26 MST dan umur 35 MST disajikan pada Tabel 3. Perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, lingkar batang, lebar daun, panjang daun, dan berat rimpang tanaman kunyit pada umur 26 MST dan umur 35 MST menunjukkan semua aplikasi ekstrak daun dan ranting jabon ke tanaman kunyit tidak pengaruh nyata, diduga kandungan kimia daun dan ranting jabon tidak bersifat senyawa alelopati.

Tabel 3 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam parameter tanaman kunyit (C. domestica)

Parameter Perlakuan F hitung KK

Tinggi tanaman

Ekstrak daun Ekstrak Ranting

Interaksi daun dan ranting

0.89tn 0.85 tn 0.06 tn 3.61 Jumlah daun Ekstrak daun Ekstrak Ranting

Interaksi daun dan ranting

0.47 tn 0.82 tn 0.35 tn 10.80 Jumlah anakan Ekstrak daun Ekstrak Ranting

Interaksi daun dan ranting

0.76 tn 0.64 tn 0.22 tn 14.87 Lingkar batang Ekstrak daun Ekstrak Ranting

Interaksi daun dan ranting

0.94 tn 0.84 tn 0.35 tn 7.24 Panjang daun Ekstrak daun Ekstrak Ranting

Interaksi daun dan ranting

0.64 tn 0.83 tn 0.56 tn 4.43 Lebar daun Ekstrak daun Ekstrak Ranting

Interaksi daun dan ranting

0.63 tn 0.79 tn 0.61 tn

5.55

Berat rimpang umur 6 BST

Ekstrak daun Ekstrak Ranting

Interaksi daun dan ranting

0.58 tn 0.97 tn 0.94 tn

22.26

Berat rimpang umur 8 BST

Ekstrak daun Ekstrak Ranting

Interaksi daun dan ranting

0.77 tn 0.36 tn 0.73 tn

21.87

Keterangan : tn : tidak nyata pada taraf 5%, KK : koefisien keragaman

Tanaman berkayu yang dilaporkan bersifat alelopati antara lain: Acasia

spp., Albizzia lebbeck, Eucalyptus spp., Grewia optiva, Glirycidia sepium,

Leucaena leucocephala, Moringa oleifera, Populus deltoides, Abies balsamea,

12

pada Lampiran 3 ( Coder dan Warnell 1999). Menurut Junaedi et al. (2006) alelopati yang dihasilkan dari tanaman berkayu dapat dimanfaatkan dalam pertanaman sistem wanatani (agroforestry) serta dalam pengendalian gulma, patogen, ataupun hama.

Hasil pengamatan parameter pertumbuhan tanaman kunyit perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon disajikan pada Tabel 4, 5, dan 6. Pada Tabel 4 terlihat semua perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon tidak beda nyata dengan kontrol. Rata-rata tinggi tanaman kunyit perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon pada pengamtan 1-5 MSA berkisar 112-123 cm. Data Tabel 4 memperlihatkan ekstrak daun jabon dengan konsentrasi tinggi 9 g l-1 (D3) masih menunjukkan kecenderungan positif terhadap tinggi tanaman kunyit. Hasil analisis daun jabon diduga tidak terdapat kandungan kimiawi yang bersifat alelopati. Kandungan kimiawi daun jabon terbesar adalah Limonene dan Spiroandrost dengan konsentrasi masing-masing 12.5% 10.5% (Lampiran 2). Kandungan kimiawi tersebut digunakan sebagai bahan antibiotik. Menurut Krisnawati et al. (2007) ekstrak daun jabon dapat digunakan dan berfungsi sebagai obat kumur.

Data Tabel 4 juga memperlihatkan interaksi serasah dan ranting jabon dengan konsentrasi tinggi (D3R2) terdapat kecenderungan positif pada pertumbuhan tanaman kunyit. Pelakuan ekstrak daun dan ranting jabon menunjukkan tidak terdapat pengaruh penghambatan pertumbuhan tinggi tanaman kunyit. Pengamatan 3 minggu setelah aplikasi (MSA) pertumbuhan tinggi tanaman kunyit bertambah pada semua perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon. Tidak terdapat pertumbuhan tinggi tanaman kunyit pada pengamatan 4 MSA, karena 4 MSA tanaman kunyit telah masuk fase pembentukan rimpang.

Tabel 4 Pengaruh ekstrak daun dan ranting jabon terhadap tinggi tanaman kunyit (C. domestica) Perlakuan Tinggi tanaman (cm) MSA 0 1 2 3 4 5a D0R0 115.2a 116.8 a 115.2 a 117.5 a 121.0 a 121.0 a D0R1 116.7 a 118.6 a 116.9 a 118.4 a 120.6 a 120.6 a D0R2 117.3 a 119.5 a 117.3 a 119.2 a 119.4 a 119.4 a D1R0 116.4 a 118.3 a 116.5 a 118.3 a 120.3 a 120.3 a D1R1 117.0 a 118.7 a 117.8 a 121.2 a 121.4 a 121.4 a D1R2 115.0 a 117.8 a 115.3 a 114.0 a 114.8 a 114.8 a D2R0 118.0 a 119.2 a 118.8 a 118.8 a 120.8 a 120.8 a D2R1 117.0 a 115.3 a 113.8 a 116.5 a 115.7 a 115.7 a D2R2 116.7 a 117.4 a 116.0 a 116.4 a 117.1 a 117.1 a D3R0 113.2 a 115.2 a 112.2 a 111.8 a 113.8 a 113.8 a D3R1 120.3 a 123.0 a 121.2 a 122.2 a 122.3 a 122.3 a D3R2 116.0 a 118.7 a 116.3 a 118.0 a 119.3 a 119.3 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

13 Jumlah daun dihitung pada batang utama tanaman kunyit, jumlah daun disajikan pada Tabel 5. Data Tabel 5 menunjukkan aplikasi ekstrak daun dan ranting jabon tidak menghambat pertumbuhan daun tanaman kunyit. Aplikasi ekstrak daun dan ranting jabon pada perlakuan D1R2 menunjukkan konsentrasi yang baik untuk pertumbuhan daun tanaman kunyit. Pengamatan jumlah daun tanaman kunyit dari 1 MSA sampai 5 MSA memperlihatkan pertumbuhan daun tanaman kunyit terus bertambah. Pertumbuhan daun tanaman kunyit terus bertambah diduga kandungan kimiawi daun dan ranting jabon tidak bersifat alelopati. Rata-rata jumlah daun tanaman kunyit pada 5 MSA berkisar 7.0-8.1 lembar tanaman-1. Jumlah daun tanaman kunyit pada perlakuan aplikasi ekstrak daun dan ranting jabon tidak berbeda dengan jumlah daun tanaman kunyit tanpa perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon (D0R0).

Parameter jumlah anakan tanaman kunyit perlakuan aplikasi ekstrak daun dan ranting jabon memberikan respon yang sama terhadap tanaman kunyit tanpa aplikasi ekstrak daun dan ranting jabon (D0R0). Hal ini diduga ekstrak daun dan ranting jabon tidak menghambat pertumbuhan anakan tanaman kunyit (Tabel 6). Pertumbuhan anakan tanaman kunyit tidak terhambat diduga ekstrak daun dan ranting jabon mengandung bahan kimiawi yang tidak bersifat alelopati. Jumlah anakan tanaman kunyit umur 5 MSA berkisar 5.5-7.2 tunas tanaman-1. Jumlah anakan berkorelasi dengan jumlah rimpang yang terbentuk, makin bertambah anakan yang tumbuh, makin besar produkivitas rimpang kunyit terbentuk.

Tabel 5 Pengaruh ekstrak daun dan ranting jabon terhadap jumlah daun tanaman kunyit (C. domestia)

Perlakuan Jumlah daun (MSA)

0 1 2 3 4 5 D0R0 5.5aa 6.2 a 7.0 a 7.2 a 7.8 a 8.0 a D0R1 4.7 a 5.3 a 5.8 a 6.0 a 6.3 a 6.5 a D0R2 5.3 a 6.3 a 6.2 a 6.8 a 7.3 a 7.5 a D1R0 5.0 a 5.8 a 6.7 a 7.0 a 7.3 a 7.5 a D1R1 5.3 a 6.7 a 6.8 a 7.5 a 7.8 a 8.0 a D1R2 5.5 a 6.5 a 7.2 a 7.7 a 8.0 a 8.2 a D2R0 5.2 a 6.0 a 6.7 a 7.0 a 7.5 a 7.7 a D2R1 4.5 a 5.8 a 6.8 a 7.0 a 7.7 a 7.7 a D2R2 5.8 a 6.5 a 6.7 a 7.0 a 7.5 a 7.5 a D3R0 5.0 a 5.7 a 6.0 a 6.5 a 6.8 a 7.0 a D3R1 5.2 a 6.2 a 6.5 a 7.2 a 7.7 a 7.7 a D3R2 5.0 a 6.3 a 6.5 a 7.2 a 7.0 a 7.5 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

14

Data Tabel 6 juga memperlihatkan ekstrak daun jabon konsentrasi tinggi anakan tanaman kunyit masih dapat tumbuh. Anakan tanaman kunyit dapat tumbuh pada 4 MSA diduga ekstrak daun jabon mengandung unsur hara. Atunnisa (2013) daun jabon yang telah terdekomposisi akan mensubsidi unsur hara ke dalam tanah, unsur hara serasah jabon terdekomposisi adalah unsur N, P, K, Ca dan Mg kandungan masing-masing unsur hara adalah 230 kg ha-1 th-1, 44 kg ha-1 th-1, 110 kg ha-1 th-1, 238 kg ha-1 th-1 dan 151 kg ha-1 th-1.

Tabel 6 Pengaruh ekstrak daun dan ranting jabon terhadap jumlah anakan tanaman kunyit (C. domestica)

Perlakuan Jumlah anakan (MSA)

0 1 2 3 4 5 D0R0 3.3a 4.7 a 5.5 a 5.4 a 6.0 a 6.0 a D0R1 4.0 a 5.7 a 6.0 a 6.2 a 6.7 a 6.8 a D0R2 4.0 a 4.7 a 4.7 a 5.2 a 5.7 a 5.8 a D1R0 4.0 a 5.8 a 6.8 a 6.8 a 6.8 a 7.0 a D1R1 4.0 a 4.3 a 5.2 a 5.5 a 5.7 a 5.8 a D1R2 4.3 a 5.2 a 6.3 a 6.5 a 6.8 a 7.0 a D2R0 4.0 a 5.2 a 6.2 a 6.3 a 6.5 a 6.5 a D2R1 4.0 a 5.2 a 6.0 a 6.2 a 6.5 a 6.5 a D2R2 4.0 a 5.0 a 6.0 a 5.9 a 6.3 a 6.3 a D3R0 3.3 a 5.2 a 4.8 a 5.2 a 5.3 a 5.5 a D3R1 4.7 a 6.0 a 6.8 a 6.9 a 7.2 a 7.2 a D3R2 3.7 a 5.0 a 5.5 a 5.9 a 5.7 a 6.0 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Hasil pengukuran diameter batang, lebar daun dan panjang daun tanaman kunyit disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan perlakuan pemberian ekstrak daun dan ranting jabon terhadap parameter pertumbuhan diameter batang, lebar daun dan panjang daun tanaman kunyit tidak beda nyata dengan tanaman kunyit tanpa perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon (D0R0). Perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon konsentrasi tinggi (D3R2) tidak beda nyata dengan ekstrak daun dan ranting jabon konsentrasi rendah (D1R1). Perlakuan pemberian ekstrak daun dan ranting jabon tidak menghambat pertumbuhan diameter batang, lebar daun dan panjang daun tanaman kunyit.

15 Tabel 7 Pertumbuhan diameter batang, lebar dan panjang daun tanaman kunyit

(C. domestica) Perlakuan Parameter Diameter Batang (mm) Lebar Daun (cm) Panjang Daun (cm) D0R0 21.7a 17.3 a 57.2 a D0R1 22.9 a 16.9 a 56.3 a D0R2 22.2 a 16.2 a 56.7 a D1R0 23.6 a 16.7 a 58.2 a D1R1 21.9 a 17.2 a 57.7 a D1R2 22.0 a 16.5 a 58.0 a D2R0 22.5 a 17.2 a 58.2 a D2R1 23.3 a 16.6 a 56.0 a D2R2 22.2 a 16.7 a 59.0 a D3R0 21.4 a 16.9 a 56.3 a D3R1 22.5 a 17.2 a 59.8 a D3R2 24.0 a 17.8 a 58.3 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Bobot rimpang kunyit

Perlakuan pemberian ekstrak daun dan ranting jabon terhadap bobot rimpang kunyit tidak berbeda nyata dengan bobot rimpang kunyit tanpa perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon (D0R0). Bobot rimpang kunyit umur 26 umur 35 MST disajikan pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bobot rimpang kunyit umur 26 MST dari 205.6 g rumpun-1 sampai 246.6 g rumpun-1. Ekstrak daun dan ranting jabon dengan konsentrasi tinggi tidak menurunkan bobot rimpang kunyit.

Gambar 3 juga menunjukkan bobot rimpang kunyit umur 35 MST berkisar 201.0 g rumpun-1 hingga 256.0 g rumpun-1. Perlakuan esktrak daun dan ranting jabon terhadap bobot rimpang umur 35 MST tidak beda nyata dengan bobot rimpang kunyit tanpa perlakuan (D0R0). Perlakuan aplikasi ekstrak daun dan ranting jabon tidak mempengaruhi bobot rimpang pada umur 35 MST. Esktrak daun dan ranting jabon konsentrasi tinggi tidak mempengaruhi bobot rimpang kunyit.

16

Kandungan kurkumin

Hasil analisis kandungan kurkumin rimpang kunyit pada perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon tidak mempengaruhi kandungan kurkumin pada umur 26 MST. Kandungan kurkumin yang dihasilkan pada umur 26 MST adalah 5-6% tidak berkurang dari kandungan kurkumin pada umur 20 MST sebesar 5%. Perlakuan aplikasi ekstrak daun jabon (D3R0) tidak mempengaruhi kandungan kurkumin pada umur 26 MST. Ekstrak ranting jabon (D0R2) juga tidak mempengaruhi kandungan kurkumin pada umur 26 MST. Perlakuan aplikasi ekstrak daun dan ranting jabon (D2R2) tidak mempengaruhi kandungan kurkumin pada umur 26 MST. Kandungan kurkumin yang dihasilkan pada perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon lebih rendah dari penelitian sebelumnya sebesar 10.16% (Syukur 2010). Perlakuan ekstraksi daun dan ranting jabon pada umur 26 MST menghasilkan kandungan kurkumin telah mencapai standar mutu Materia Medika Indonesia (MMI) 5%.

Tabel 8 juga menunjukkan hasil analisis kandungan kurkumin rimpang kunyit pada umur 35 MST adalah 4-6%. Perlakuan aplikasi ekstrak daun dan ranting jabon (D0R2) menghasilkan kandungan kurkumin sebesar 6% mencapai standar mutu MMI 5%. Perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon (D2R2) kandungan kurkumin berada dibatas mutu MMI (5%), kandungan kurkumin pada perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon (D0R0 dan D3R0) di bawah mutu MMI. Tabel 8 Pengaruh perlakuan ekstrak daun dan ranting jabon terhadap kandungan

kurkumin rimpang kunyit (C. domestica Val) Umur

tanaman kunyit

Perlakuan Pupuk anjuran (Urea, SP-36,

KCl masing-masing 200 kg ha-1) D0R0 D3R0 D0R2 D2R2 Kandungan kurkumin (%)

20 MST 5

26 MST 5 6 5 5

35 MST 4 4 6 5

Hasil analisis daun jabon dengan metoda GC-MS Pirolisis menghasilkan kandungan kimiawi adalah I-Limonene 12.51%, Spiroandrost-5-ene 10.53%, Acetic acid 7.94%, Benzenediol 5.05% dan kandungan kimiawi lainnya dibawah 5% (Lampiran 2). Kandungan kimiawi daun jabon yang dihasilkan tidak terdapat sifat yang mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan tanaman kunyit, dan mengurangi bobot rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit.

3.2Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan, Produksi Rimpang, Kandungan Kurkumin Tanaman Kunyit di Bawah Tegakan Jabon

Pertumbuhan jabon

Hasil analisis sidik ragam perlakuan dosis pupuk terhadap diameter batang, tinggi bebas cabang dan tinggi total tegakan jabon umur 4 tahun 5 bulan

17 disajikan pada Tabel 9. Perlakuan dosis pupuk terhadap diameter batang, tinggi bebas cabang dan tinggi total menunjukkan sistem agroforestri dengan tidak agroforestri menunjukkan tidak pengaruh nyata.

Tabel 9 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam parameter tegakan jabon (A. cadamba) umur 4 tahun 5 bulan

Parameter F hit KK

Diameter batang 0.18tn 36.29

Tinggi bebas cabang 0.45tn 16.67

Tinggi total 0.58tn 15.33

Keterangan : tn : tidak nyata pada taraf 5%, KK : koefisien keragaman

Hasil pengukuran tegakan jabon umur 4 tahun 5 bulan diperoleh nilai riap rata-rata berjalan (current annual increment) (CAI) adalah diameter pohon, tinggi bebas cabang dan tinggi total dengan nilai 5.0 cm, 4.4 m dan 3.1 m pada perlakuan tidak agroforestri (J0). Nilai riap rata-rata diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi total pada perlakuan agroforestri (J2) adalah 3.9 cm, 3.8 m dan 4.2 m (Tabel 10). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai riap rata-rata berjalan sama dengan penelitian sebelumnya. Krisnawati et al. (2011) menyatakan tegakan jabon berumur hingga 5 tahun memiliki riap diameter rata-rata 1.2-11 cm tahun-1 dan riap tinggi rata-rata 0.8-7.9 m tahun-1. Data Tabel 10 juga menunjukkan semua perlakuan agroforestri (J1, J2 dan J3) tidak berbeda nyata dibandingkan dengan tidak agroforestri (J0).

Pertumbuhan riap rata-rata berjalan tegakan jabon sistem agroforestri dengan kunyit yang diberikan pupuk Urea, SP-36 dan KCl (J1, J2 dan J3) tidak berbeda nyata dengan jabon tidak agroforesti (tanpa kunyit). Sistem agroforestri tidak menunjukkan interaksi yang menghambat pertumbuhan jabon. Menurut Huxley (1999) interaksi dibagi tiga zona, yaitu: 1) zona A interaksi di atas tanah (kompetisi akan cahaya), 2) zona B interaksi lapisan tanah atas yang merupakan interaksi antara beberapa akar tanaman, 3) zona C interaksi lapisan tanah bawah yang didominasi oleh akar dari satu macam tanaman. Pada lapisan tanah atas (zona B) perlakuan dosis pupuk pada tanaman kunyit diduga tidak berpengaruh

Dokumen terkait