Penelitian yang relevan dengan penelitian ini secara material belum
pernah ada. Sedangkan secara formal sudah ada yaitu tentang 1) “Proses
Penciptaan Koreografi Tari Renggo Manis Di Kabupaten Pekalongan Jawa
Tengah” oleh Novia Miftahul Janah, mahasiswa seni tari, Universitas Negeri
Eko Ferianto” oleh Ulivia, mahasiswa seni tari, Universitas Negeri
Yogyakarta. Kedua penelitian tersebut sama-sama membahas tentang proses
kreatif penciptaan dalam sebuah karya tari tetapi dengan objek yang berbeda.
Dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
guna mengadakan penelitian selanjutnya tentang tari Srimpi Kawung
dengan kajian yang berbeda atau karya ilmiah lain yang berkaitan dengan
proses kreatif.
C. Kerangka berpikir
Penciptaan adalah membuat yang tidak ada menjadi ada. Penciptaan
bisa dilakukan oleh siapa saja tak terkecuali orang yang belum mempunyai
bakat seni sejak dini. Yang terpenting dalam penciptaan adalah kreativitas.
Kreativitas di sini penulis lihat pada tari Srimpi Kawung yang merupakan
salah satu karya tari dari koroegrafer Mila Rosinta yang memiliki keunikan
dalam pengemasannya. Sebuah penciptaan selalu melalui tahapan yang tidak
singkat harus melalui penemuan ide, melakukan eksplorasi, improvisasi,
evaluasi, dan komposisi.
Srimpi Kawung merupakan sebuah tarian yang diciptakan sejak tahun 2009 yang mengadopsi komposisi penari pada Srimpi Renggowati yang
berjumlah 5 penari. Sesuatu yang menarik dalam tari ini adalah penggunaan
kain dengan motif kawung yang panjang dan dililitkan ke lima penari dengan
satu penari pancer di tengah. Makna kawung sendiri mengandung arti papat
kiblat lima pancer. Bahwa setiap manusia akan mempunyai dua sisi hitam dan putih. Selanjutnya tergantung kepada manusia akan memilih jalan yang
24
benar ataukah jalan yang salah. Nafsu yang ada pada diri manusia harus
dikontrol untuk menuju kesempurnaan. Kesempurnaan itulah yang
merupakan wujud dari pancer. Tari ini tetap eksis dari tahun 2009 hingga
sekarang sehingga penulis mencermatinya sebagai sebuah karya yang patut
diapresiasi. Eksistensi dan pengemasan garapan yang sangat menarik dari tari
Srimpi Kawung ini membuat penulis ingin meneliti lebih jauh dalam proses kreatif pada karya ini.
25 A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di sini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Menurut (Arikunto 2010: 3) Penelitian
deskriptif adalah penelitian untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-
lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk
laporan penelitian.
Pendekatan kualitatif menurut (Sugiyono, 2013: 1) merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi
Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan peneliti
bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis tentang
Proses Kreatif Penciptaan Tari Srimpi Kawung Karya Mila Rosinta
Totoatmojo.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Tari Srimpi Kawung yang mengkaji tentang
proses kreatif penciptaan yang meliputi elemen-elemen komposisi tari yang
26
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini terdiri dari narasumber yang terlibat dalam
proses penciptaan maupun pementasan dalam tari Srimpi Kawung.
Narasumber tersebut adalah pelaku dalam tari Srimpi Kawung yang terdiri
dari koreografer atau penata tari, penari, penata iringan, crew rias dan busana
tari Srimpi Kawung.
D. Setting Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Mila Art Dance School, Jalan
Manggis No. 79 Gaten, Condong Catur, Depok Sleman. MAD merupakan
tempat terjadinya proses penciptaan koreografi tari Srimpi Kawung serta
merupakan tempat tinggal koroegrafer Mila Rosinta.
E. Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian dimaksudkan sebagai alat pengumpul data
(Moleong, 2004: 168). Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.
Instrumen dalam penelitian ini yaitu pedoman observasi, pedoman
wawancara, dan dokumentasi dari Mila Rosinta maupun yang diperoleh oleh
peneliti sendiri.
Sugiyono (2013: 60) menyatakan: dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Sebelum peneliti menggali data dari seorang narasumber dalam hal ini
yaitu koreografer, peneliti menyiapkan kisi-kisi yang akan digunakan dalam
penelitian untuk mendapatkan data yang diinginkan. Kisi-kisi tersebut
diantaranya adalah 1) latar belakang diciptakannya tari Srimpi Kawung, 2)
inspirasi dalam membuat karya tari Srimpi Kawung, 3) tahapan-tahapan
proses kreatif dalam membuat gerak tari Srimpi Kawung yang terdiri dari
eksplorasi, improvisasi, evaluasi, dan pembentukan, 4) elemen yang terdapat
dalam tari Srimpi Kawung, dan 5) ragam gerak yang digunakan dalam tari
Srimpi Kawung. Dengan adanya kisi-kisi tersebut, peneliti dapat menggali latar belakang maupun proses penciptaan tari dengan runtut dan sesuai
dengan yang diharapkan. Kisi-kisi ini juga berfungsi untuk membatasi
peneliti untuk menggali data sesuai dengan topik penelitian.
Peneliti mengumpulkan bahan-bahan data penelitian dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi guna untuk melengkapi data yang dibutuhkan.
Peneliti melakukan segala proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengumpulan data, analisis data, menyajikan data dan menarik kesimpulan.
Alat bantu yang digunakan untuk mendukung penelitian ini ialah alat tulis,
kamera, dan alat perekam (audio/video).