• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F. Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian sebelumnya yang bersangkutan dengan penelitian yang penulis teliti adalah sebagai berikut:

Pada penelitian yang dilakukan Marzuki (2006) mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi jumlah investasi di suatu negara ( studi kasus ekonomi Indonesia ) menunjukan bahwa kajian yang menganalisis mengenai pengaruh faktor-faktor penentu terhadap jumlah investasi setempat di Indonesia setelah terjadinya krisis ekonomi ini secara keseluruhan telah mencapai objektif yang diingini. Hasil regresi menunjukan bahwa semua hipotesis yang dijangkakan terpenuhi, sama ada hipotesis tentang parameter tingkat inflasi kadar bunga, kadar pertukaran atau nilai eksport.

Hasil kajian juga didapati bahwa faktor-faktor pemboleh ubah tak bersandar yang digunakan adalah signifikan untuk menerangkan dan menganggar jumlah investasi setempat di Indonesia pada aras keartian 1%, 5% dan 10%. Sehingga rumusannya boleh dikatakan bahwa jumlah investasi setempat di Indonesia setelah krisis ekonomi adalah bergantung dan

37

mempunyai hubungan dengan tingkat inflasi, kadar bunga kadar pertukaran dan nilai eksport.

Namun ketergantungan dari pada faktor-faktor penentu (tingkat inflasi, kadar bunga, kadar pertukaran dan nilai eksport) yang dianggarkan dalam model hanya menerangkan 53,16 persen terhadap jumlah investasi setempat. Ini berarti bahwa 46,84 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain diluar model yang dianggarkan, seumpama kadar cukai, gunatenaga, upah dan aspek psikologis investor.

Selanjutnya penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi sebelum dan sesudah krisis ekonomi di Indonesia oleh Wahyuddin dan Muhammad Nasir (2006). Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak krisis ekonomi yang terus berlanjut berakibat kepada penurunan jumlah investasi baik PMDN maupun PMA. Penurunan investasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pendapatan nasional, tingkat kurs, dan pengangguran. Dari hasil perhitungan diperoleh suatu persamaan hubungan jumlah investasi, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pendapatan nasional, tingkat kurs, dan pengangguran.

Variabel pendapatan nasional (NI) mempunyai nilai yang elastis yaitu sebesar 1,246230, yang berarti apabila terjadi kenaikan 1 dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya kenaikan investasi sebesar 1,246230. Dalam hal ini didapatkan hubungan yang positif antara pendapatan nasional dan investasi, dimana jumlah investasi akan meningkat apabila meningkatnya

38

pendapatan nasional, sebaliknya investasi akan turun apabila pendapatan nasional turun. Untuk mengukur keabsahan parameter NI yang mempunyai thitung 3,045 dengan tingkat keyakinan 95 persen diperoleh nilai kritis ttabel sebesar 2,228. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel , dengan demikian pendapatan nasional memberi pengaruh yang nyata terhadap jumlah investasi. Besarnya parameter N minus 1,203154 pada persamaan regresi di atas mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan jumlah pengangguran sebesar 1 akan menyebabkan turunnya investasi sebesar 1,203154. Untuk mengukur keabsahan parameter variabel pengangguran yang mempunyai thitung sebesar 1,398, dengan tingkat keyakinan 95 persen diperoleh ttabel sebesar 2,228. Dengan demikian ttabel lebih besar daripada thitung sehingga jumlah pengangguran tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah investasi.

Dari pengujian di atas terhadap variabel N adanya pengaruh negative jumlah pengangguran terhadap jumlah investasi yang dihitung dari tahun 1989 sampai dengan 2004, artinya bila jumlah pengangguran naik jumlah investasi akan turun dan bila jumlah pengangguran turun maka jumlah investasi akan naik.

Pada penelitian yang lain, Rahmad Wibisono (2003) meneliti tentang identifikasi peran ekspor, investasi dan liberalisasi keuangan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merupakan studi kasus setelah tahun 1983 (Aplikasi Model Dinamik). Hasil menunjukan tampaknya terdapat perbedaan pengaruh tingkat suku bunga dalam jangka pendek dan

39

jangka panjang. Walaupun dalam jangka pendek tingkat bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan, namun tingkat bunga memiliki tanda yang negatif. Sehingga apabila berpengaruh, tingkat bunga akan memberikan dampak yang berlawanan pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Keynes. Dimana dalam jangka pendek ekonomi Indonesia akan menurun pertumbuhannya apabila ada kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga terkadang identik dengan liberalisasi keuangan. Namun dalam jangka panjang tingkat bunga memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh McKinnon-Shaw, bahwa kenaikan tingkat bunga riil secara berkala akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan.

Investasi merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena investasi selalu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan ekspor memiliki sumbangan yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang ekspor kurang berarti dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional juga pernah diteliti oleh Jamzani Sodik & Didi Nuryadin (2005) pada 26 Propinsi di Indonesia, Pra dan Pasca Otonomi. Dengan menggunakan uji hausman test diperoleh hasil yang menunjukan selama periode penelitian ditemukan bahwa variabel

40

penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, sehingga bagaimanapun investasi (baik PMA maupun PMDN) sangat diperlukan oleh suatu daerah untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri.

Variabel keterbukaan ekonomi (ekspor netto) memiliki hubungan yang konsisten dengan teori meskipun dengan nilai koefisien yang relative kecil. Sekaligus menunjukan bahwa tingkat keterbukaan perekonomian suatu daerah belum begitu besar berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional.

Variabel laju inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, hanya pada periode pengamatan 2000-2003 (setelah otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda yang negatif.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Moussa Njoupouognigni (2010) tentang Foreign Aid, Foreign Direct Investment and Economic Growth in Sub-Saharan Africa dengan menggunakan regresi linier berganda dan regresi Birdsall & Rhee dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, penelitian sebelumnya telah membahas keefektifan dari bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi hasilnya kurang reliabel, mungkin karena datanya hanya jangka pendek atau masalah yang kurang spesifik. Pada penelitian ini kita menggunakan data yang caranya paling efektif untuk menguji hubungan antara bantuan luar

41

negri, investasi langsung luar negri, tenaga kerja, simpanan dalam negri dan pertumbuhan ekonomi di 36 negara-negara di Sub-Sahara Afrika pada periode 1980-2007. Selanjutnya, kita menggunakan Mean Group (MG), panel mean group (PMG) dan dynamic fixed effect (DFE) untuk memperoleh keterangan yang sangat pasti/akurat antara pertumbuhan ekonomi dan faktor- faktor internal (simpanan dan tenaga kerja) dan faktor-faktor eksternal (bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri). Hasil-hasil ini memunculkan kembali perdebatan disekitar perjalanan panjang faktor-faktor ekonomi di Sebagian-Sahara Afrika. Seperti faktor-faktor berasal dari teori pertumbuhan neoklasikal yang mana bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri dianggap sebagai faktor kapital tambahan. Akan tetapi, faktor-faktor eksternal dapat sesuai dengan faktor-faktor internal hanya jika negara tuan rumah memuaskan beberapa kondisi awalnya yang baru kita ungkapkan. Seperti yang dinyatakan di awal, beberapa kondisi seperti kebijakan fiskal, pemerintah yang baik, yang lebih sering didengar infrastruktur finansial, semuanya diperlukan untuk menyalurkan secara efektif pengaruh-pengaruh positif pada kapital eksternal dalam proses pertumbuhan di daerah, tetapi faktor-faktor internal sebaiknya tidak ditempatkan disamping kebijakan global pada strategi-strategi pembangunan ekonomi selama hal ini nampak di daerah.

Walaupun bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan signifikan secara statistik, tapi tenaga kerja tetap menjadi faktor utama yang dapat

42

membantu perkembangan ekonomi di SSA. Hasil penelitian ini mungkin bermanfaat bagi perkembangan kebijakan negara-negara SSA. Akan jauh lebih baik untuk fokus pada faktor-faktor internal daripada faktor-faktor eksternal yang kebanyakan menjadi ragu-ragu ketika negara donor menghadapi sebuah resesi panjang. Beberapa strategi sebaiknya dibangun sekitar tenaga kerja dan simpanan dalam negri. Mengenai simpanan dalam negri, situasinya lebih rumit dengan menurunnya penghasilan tenaga kerja di daerah. Demikian, pemasukan kapital eksternal hanya dapat menyelesaikan masalah kelangkaan kapital, tetapi tidak dapat dipertimbangkan sebagai sebuah jurus ampuh untuk membantu perkembangan di Sub-Sahara Afrika.

Abdul Ghafar Ismail dan Agus Harjito (2003) meneliti tentang Exports and Economi Growth : The causality test for ASEAN Countries. Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (PDB) dalam kasus negara-negara ASEAN selama periode 1966-2000. Keberadaan hubungan ini Hasil tes untuk kointegrasi menunjukkan bahwa: pertama, ekspor dan pertumbuhan telah dianalisis menggunakan kointegrasi dan kerangka kausalitas. ekonomi terpadu di Indonesia dan Singapura. Kesimpulan Ini berarti bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di negara lain terdapat hubungan jangka pendek antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, ada dua arah hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Filipina. Sementara, di Singapura

43

hanya ada satu arah kausalitas berjalan dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak ada kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia dan negara-negara Thailand langsung. Implikasi kebijakan pada penelitian ini tidak optimistc untuk hipotesis pertumbuhan ekspor di kawasan ASEAN. Sebagai hasil untuk Indonesia, Singapura, dan Filipina ada bukti dari pola pertumbuhan yang dihasilkan mekanisme internal dan pertumbuhan ekspor berinteraksi dengan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pemerintah negara-negara ini akan berbeda dari Malaysia dan Thailand yang tidak ada hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi secara langsung.

44

Tabel.2.1. Penelitian Sebelumnya

No Judul Variabel Metode Hasil

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi di Suatu Negara (Studi Kasus Ekonomi Indonesia ) ( Marzuki, 2006 )  Jumlah Investasi  Tingkat Inflasi  Kadar Bunga  Kadar Pertukaran  Nilai eksport  Analisis Regresi Berbilang

Hasil kajian didapati bahwa faktor-faktor pemboleh ubah tak bersandar yang digunakan adalah signifikan untuk menerangkan dan menganggar jumlah investasi setempat di Indonesia pada aras keartian 1%, 5% dan 10%. Sehingga rumusannya boleh dikatakan bahwa jumlah investasi setempat di Indonesia setelah krisis ekonomi adalah bergantung dan mempunyai hubungan dengan tingkat inflasi, kadar bunga kadar pertukaran dan nilai eksport.

2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Di Indonesia. (Wahyuddin dan Muhammad Nasir, 2006)  Investasi  Inflasi  Tingkat suku bunga  Pendapatan nasional  Tingkat kurs  Pengangguran Model regresi linear berganda

Sebesar 99,63 % proporsi perubahan dalam investasi dijelaskan oleh variabel-variabel dalam model, sedangkan sisanya 0,37 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

45

3. Identifikasi Peran Ekspor, Investasi dan Liberalisasi Keuangan dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Studi Setelah Tahun 1983 (Aplikasi Model Dinamik) (Rahmad Wibisono, 2003)  Ekspor  Investasi  Liberalisasi keuangan  Pertumbuhan ekonomi Error correction model

Investasi merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena investasi selalu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan ekspor memiliki sumbangan yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang ekspor kurang berarti dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

4. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional (Studi Kasus pada 26 Propinsi di Indonesia, Pra dan Pasca Otonomi)

(Jamzani Sodik & Didi Nuryadin, 2005)  PMA  PMDN  Laju angkatan kerja  Laju inflasi  Ekspor netto Uji Hausman test

Selama periode penelitian ditemukan bahwa variabel penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional Variabel keterbukaan ekonomi (ekspor netto) memiliki hubungan yang konsisten dengan teori meskipun dengan nilai koefisien yang relative kecil.

Varibel laju inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, hanya pada periode pengamatan 2000-2003 (setelah otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda yang negatif.

46

5. Foreign Aid, Foreign Direct Investment and Economic Growth in Sub-Saharan Africa (Moussa Njoupouognigni, 2010) Foreign Aid Foreign Direct Investment Economic Growth Pooled Mean Group Estimator (PMG)

Efektifitas bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri pada pertumbuhan ekonomi agak kurang terpercaya karena data yang dipakai hanya data jangka pendek dan masalah yang tidak terperinci.Walaupun pengaruh dari bantuan luar negri dan investasi langsung luar negri menunjukan pengaruh positif pertumbuhan ekonomi dan signifikan secara statistik.

6. Exports and Economi Growth : The causality test for

ASEAN Countries

( Abdul Ghafar Ismail and Agus Harjito, 2003)  Eksport  Pertumbuhan ekonomi kointegrasi dan kausalitas

Hasil tes untuk kointegrasi menunjukkan bahwa: pertama, ekspor dan pertumbuhan telah dianalisis menggunakan kointegrasi dan kerangka kausalitas. ekonomi terpadu di Indonesia dan Singapura. Kesimpulan Ini berarti bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di negara lain terdapat hubungan jangka pendek antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, ada dua arah hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Filipina. Sementara, di Singapura hanya ada satu arah kausalitas berjalan dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak ada kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia

Dokumen terkait