• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahlu yang pertama ialah penelitian yang dilakukan oleh Eka Dualolo melalui jurnal yang berjudul “Alasan Indonesia tidak Menandatangani dan Meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) di Asia Pasifik”.17Jurnal ini menjelaskan alasan-alasan Pemerintah Indonesia tidak menandatangani dan meratifikasi (FCTC). Dalam perjanjian (FCTC) banyak aspek yang menjadikan Pemerintah Indonesia sampai saat ini belm menandatangani WHO (FCTC). Adapun alasan tersebut ialah alasan Cost, yaitu

16

Edy Herjanto, Notifikasi Dalam Perjanjian TBT-WTO Dalam Perkembangannya, diakses melalui https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:ChafCAAEM9cJ:www.bsn.go.id (08 Januari 2014, 23.09

17

Eka Dualolo.2014.”Alasan Indonesia tidak Menandatangani dan Meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) di Asia Pasifik. Diakses melalui http://ejournal.hi.fisip- unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/03/ejurnal%20_EKA%20DUALOLO_%20(03-04-14-12-39-35).pdf ( 4 November 2014, 14.23 WIB)

8

Industri rokok memberikan kontribsi yang besar bagi APBN melalui cukai dan pajak rokok dan dianggap menjadi komoditas yang menguntungkan.

Alasan selanjutnya yaitu alasan benefit, dimana industri rokok di Indonesia telah banyak memberikan kontribusi di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Seperti pendidikan, olahraga, dan kebudayaan. Alasan ketiga ialah Alasan risk. Yaitu apabila industri rokok gulung tikar maka banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Disamping itu, akan berpengaruh pada penghasilan dan tunjangan, eksternal setting dan persaingan global.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Colin Mcinnes dan Kelley Lee melalui artikelnya yang berjudul “Health, Security and Foreign Policy” artikel ini lebih menekankan pembahasan terhadap hubungan antara warga asing, kebijakan kemanan dan kesehatan masyarakat global.18 Dimana disini lebih difokuskan terkait dua isu kesehatan yang paling gencar di dunia internasional, yaitu penyakit menular HIV/AIDS. Artikel ini menjelaskan bagaimana hubungan luar negeri menjadi sangat penting untuk mengantisipasi berbagai isu-isu terkait permasalahan kesehatan yang semakin marak. Dan juga dibahas resiko kesehatan di negara berkembang akan berdampak bagi negara-negara barat yang menjadi fokus perhatian penulis disini. Selain itu terkait isu keamanan yang paling berbahaya disini bukan terkait penyebaran yang dilakukan oleh imigran, melainkan ancaman dari senjata biologis yang muncul di awal tahun 1990an. Oleh karena itu, perhatian telah difokuskan pada hubungan antara kesehatan dan kebijakan luar negeri dan keamanan di dua bidang penyakit menular dan bio-teror.

18

Collin Mcinnes dan Kelley Lee.2006. Health, Security and Foreign Policy. Diakses melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDMQFjAB&url =http%3A%2F%2Fcgch.lshtm.ac.uk (30 januari 2014, 22.42 WIB)

9

Strategi kemanan nasional disini menjadi sangat penting untuk terus melindungi warga negaranya karena kesehatan yang buruk akan merusak struktur ekonomi dan sosial dari negaranya.

Dalam penelitian-penelitian terdahulu di atas, terdapat perbedaan serta persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Dari penelitian terdahulu yang pertama memiliki tema yang sama, yakni terkait kebijakan luar negeri suatu negara dalam kerangka kerja WHO (FCTC). Sedangkan perbedaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu disini ialah penelitian terdahulu menolak untuk meratifikasi WHO (FCTC) tersebut dengan pertimbangan aspek politik dan ekonomi. Penelitian penulis disini ialah setuju dengan kerangka kerja WHO(FCTC) mengingat Brunei merupakan negara yang dari segi ekonomi sangat baik dan ingin meningkatkan harapan hidup masyarakat Brunei melalui pemberantasan tembakau dan rokok.

Penelitian terdahulu kedua menekankan pembahasan terhadap hubungan antara warga asing, kebijakan kemanan dan kesehatan masyarakat global. Penelitian ini difokuskan terhadap dua isu kesehatan yang sangat berbahaya yaitu HIV/AIDS. Hubungan yang saling mempengaruhi terkait kesehatan dan kebijakan luar negeri menjadi landasan dalam menjaga keamanan nasional. Adapun dari segi perbedaan dari penulis disini ialah penulis lebih memfokuskan permasalahan kesehatan terkait Non Communicable Diseases (NCDs) atau penyakit tidak menular. Sedangkan penelitian terdahulu memfokuskan permasalahan kesehatan suatu negara dari pengendalian penyakit menular seperti HIV/AIDs.

10

Nama Judul

Teori dan Konsep

Hasil

Eka Dualolo Alasan Indonesia

tidak Menandatangani dan Meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) di Asia Pasifik Teori Kebijakan Luar Negeri

Penelitian terkait alasan Pemerintah Indonesia untuk tidak menandatangani WHO (FCTC). Banyak aspek yang

menjadi tolak ukur

Pemerintah Indonesia tidak meratifikasi (FCTC). Tiga alasan utama ialah alasan cost, benefits, and risk. Hubungan politik dan ekonomi disini menjadi faktor yang sangat dipertimbagkan oleh Pemerintah Indonesia. Collin Mcinnes dan

Kelley Lee

Health, Security and Foreign Policy

Strategi Keamanan Nasional

menekankan pembahasan terhadap hubungan antara warga asing, kebijakan kemanan dan kesehatan

masyarakat global.

Memfokuskan dua isu

penting yaitu HIV/Aids. Dan juga ancaman senjata biologis

11

yang semakin berkembang. Strategi keamanan nasional masing-masing negara disini

untuk melindungi

masyarakatnya dan menjaga hubungan antar negara

1.5. Kerangka Teori atau Konsep

1.5.1. Teori Pengambilan Keputusan

Model Aktor Rasional

Dalam kasus ini, kajian teori yang digunakan yaitu teori politik luar negeri dari Graham T. Allison untuk menganalisa model kebijakan luar negeri Pemerintah Brunei. Politik luar negeri suatu negara dirumuskan dalam suatu proses pembuatan keputusan (decision making process). Penulis menggunakan teori pembuat keputusan dari Graham T. Allison model pertama yaitu Model Aktor Rasional. Dalam model ini, kebijakan luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan-tindakan aktor rasional dimana alternatif-alternatif terbaik diambil berdasarkan pemikiran strategis atau pertimbangan untung rugi (cost and benefits) atas masing-masing alternatif. Dengan demikian politik luar negeri memusatkan perhatian pada kepentingan nasional dan tujuan dari suatu bangsa.19

19

Ridwan Herdiawan.2013. “Kepentingan Turki dalam Penempatan Sitem Pertahanan Anti-Misil Balistik NATO di Turki. diakses melalui

http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-12

Pada Model Aktor Rasional ini, Graham T. Allison memfokuskan pada ‘state centric’. Dimana pengaruh yang ditimbulkan disini dilihat dari pemimpinnya yang menjadi objek unit analisis.20 Analisis dari model pembuat keputusan ini didasari oleh tujuan dan sasaran yang ingin di capai. Dalam proses pengambilan keputusan, terdapat pilihan-pilihan dan konsekuensi yang akan diterima oleh pemerintah suatu negara. Sehingga pilihan terbaik akan diambil menjadi kebijakan luar negeri untuk mencapai tujuan negara. Penjelasan sederhana dari Mohtar Mas’oed mengenai model aktor rasional ialah memandang politik luar negeri terlahir dari tindakan-tindakan aktor dengan proses intelektual yang lebih menekankan perilaku individu dalam setiap pemerintahan demi mencapai kepentingan nasionalnya. Juga dijelaskan bahwa untuk mencapai kepentingan nasional, peran individulah yang lebih dominan dalam mengambil keputusan.21

Dalam fenomena yang sedang dikaji, penulis melihat bahwa politik luar negeri Brunei dalam mengambil sebuah kebijakan sangat dominan oleh peran Sultan sebagai rezim di negaranya, yakni Sultan Haji Hassanal Bolkiah yang menjabat pada saat ini. Mengingat Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarki konstitusional yang mengarah ke absolut dengan Sultan yang menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, sekaligus merangkap sebagai perdana menteri, menteri keuangan

content/uploads/2013/05/ejournal%20hlm%20163-177%20pdf%20%2805-01-13-02-48-42%29.pdf (30 Oktober 2014, 20.34 WIB)

20

Scoot Burchil dan Andrew Linklater.2009.”Teori Hubungan Internasional”.Nusa Media, Bandung Hlm.18

21

13

dan menteri pertahanan di Brunei. Peran Sultan dianggap paling penting untuk merumuskan suatu kebijakan luar negeri guna melindungi masyarakatnya. Dalam hal ini terkait ratifikasi WHO FCTC, Brunei mengambil langkah tersebut untuk melindungi permasalahan kesehatan terkait tembakau dan rokok yang mengancam kesehatan masyarakat Brunei.

1.5.2. Konsep Health Security

Penulis disini menggunakan konsep Health Security sebagai pisau analisa guna menjelaskan bagaimana perlindungan pemerintah terhadap masyarakat Brunei. Health security sendiri merupakan bagian dari Human security. Human security pertama kali diperkenalkan di UNDP 1994 yakni dalam Human Development Report. Dalam UNDP 1994 Human Security didefinisikan sebagai;

“human security means: safety from such chronic threats as hunger, disease and repression; and protection from sudden and hurtful disruptions in the patterns of daily life-whether in homes. In jobs or in communities”22

Dari definisi diatas, laporan UNDP 1994 menspesifikasikan elemen apa saja yang termasuk dalam Human Security, diantaranya adalah keamanan di bidang ekonomi yakni bebas dari adanya kemiskinan. Keamanan mengenai makanan, dimana masyarakat harus memiliki akses yang mudah dalam memperoleh makanan. Keamanan lingkungan yakni berupa perlindungan dari masalah polusi. Keamanan pribadi lebih menekankan kepada penyiksaan, perang,

22

Hiroshi Ohta.2009.The Interlinkage of Climate Security and Human Security: The Convergence on Policy Requirements. (diakses melalui

http://cast.ku.dk/events/cast_conferences/climatesecurity/ohta-humansecurityclimatesecurityandir-march-09.pdf/ hal 22 (30 januari 2014, 22.05 WIB)

14

tindakan kriminal, penggunaan obat terlarang, kekerasan domestik, bunuh diri, dan bahkan kecelakaan lalu lintas. Keamanan komunitas lebih kepada perlindungan terhadap budaya tradisional dan kelompok etnik. Keamanan politik disini dijelaskan mengenai kebebasan berpolitik, dan kebebasan dari penindasan dalam berpolitik dan keamanan kesehatan yang didalamnya menjelaskan mengenai akses terhadap kesehatan dan proteksi dari berbagai penyakit.23

Konsep dari Human Security sendiri dapat digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan tujuh aspek yang telah dijelaskan oleh UNDP sendiri tanpa memandang negara tersebut termasuk dalam kategori maju berkembang atau sedang berkembang. Pada intinya jaminan kesehatan, merupakan bagian penting dari keamanan manusia. Hal ini menjadi basis pertama pertahanan terhadap keadaan darurat dalam kesehatan. Akibat dari hadirnya globalisasi menjadikan permasalahan ini lebih kompleksitas, berurusan dengan skala dan tingkat jaminan kesehatan akan membutuhkan upaya internasional yang lebih besar dan dukungan dari berbagai elemen yang terkait.24

Menurut Rebecca Katz dan Daniel A Singer definisi yang lebih luas terkait dengan Health Security ialah berfokus pada ancaman terhadap individu. Konsep keamanan manusia, hak dan kemampuan individu, komunitas dan masyarakat untuk memiliki keamanan hidup yang bebas dari rasa takut. Menjaga kesehatan publik biasanya menjadi perhatian dalam negeri. Namun, dengan lahirnya globalisasi, kesehatan masyarakat semakin diakui sebagai hal penting dalam

23

Ibid.Hlm. 22

24

William Aldis.2008.”Health Security as a public health concept: a critical analysis. Diakses melalui http://heapol.oxfordjournals.org/content/23/6/369.full ( 21 Juli 2014, 10.10 WIB)

15

kebijakan luar negeri. Sehingga kebijakan luar negeri dipandang sebagai sebuah mekanisme penting untuk melindungi kesehatan masyarakat.25

Secara historis, kesehatan telah menduduki eselon yang lebih rendah dari prioritas nasional. Namun dalam beberapa dekade terakhir, para pembuat atau penentu suatu kebijakan dalam negara semakin mengenali dampak merugikan krisis kesehatan pada kepentingan nasional. Masalah kesehatan tertentu kini telah diangkat dalam agenda nasional, karena memiliki implikasi penting untuk menentukan suatu kebijakan luar negeri yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional. Meskipun karakteristik masalah kesehatan sebagai isu kebijakan luar negeri dapat memberikan visibilitas yang lebih besar dan dana yang lebih besar.26

Dalam menganalisa fenomena yang sedang dikaji penulis lebih menspesifikasikan kepada Health Security. Karena melihat bagaimana kebijakan Pemerintah Brunei dalam menangani permasalahan kesehatan yang ada di negaranya. Terlepas Brunei dikategorikan sebagai negara maju maupun negara berkembang, Brunei sendiri mulai memperhatikan kesehatan sejak tahun 1996 melalui pidato yang disampaikan oleh Sultan Hasanah Bolkiah selaku pemimpin negara. Pidato-pidato Sultan disini telah terbukti melalui kebijakan yang telah diambil Sultan dalam regulasi tembakau dan rokok di Brunei.

25

Rebecca Katz. WHO. “Foreign Policy and Health Security”. Diakses melalui http://www.who.int/trade/glossary/story030/en/ ( 12 Oktober 2014, 14.21 WIB)

26

16

Dalam beberapa dekade terakhir, dampak dari adanya asap rokok merupakan penyebab utama kematian di Brunei. Hal ini dibuktikan melalui penyakit-penyakit Non Communiable Diseases (NCDs) yang telah dialami masyarakat Brunei. Pemerintah melalui Sultan melihat permasalahan kesehatan di Brunei sebagai ancaman yang sangat serius. Karena itu penulis melihat bahwa langkah maupun kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh Pemerintah Brunei melalui ratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) adalah sebagai bentuk Health Security pemerintah terhadap permasalahan kesehatan. Dimana Pemerintah Brunei terus melakukan pengawasan serta pengembangan terkait regulasi yang telah dijalankan di Negara Brunei.

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Tingkat Analisa

Tingkat analisa memiliki peran penting dalam sebuah penelitian, karena memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu fenomena atau peristiwa. Ketika meneliti sebuah peristiwa ataupun fenomena, maka kita akan melihat banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut. Dengan adanya tingkat analisa, maka mampu membantu peneliti memilah dan memilh salah satu faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor yang lainnya.27 Disini peneliti menggunakan satu jenis level analisis yaitu Induksionis, dimana pada level ini unit analisa (variabel dependennya) berada pada tingkat yang lebih rendah

27

17

dibandingkan dengan unit eksplanasinya (variabel independennya).28 Pada fenomena yang sedang dikaji disini, yang menjadi unit analisanya adalah kebijakan Pemerintah Brunei dan unit eksplanasinya adalah dampak dari ratifikasi WHO FCTC .

Alasan penulis menggunakan level analisis Induksionis terkait fenomena yang dikaji ialah adanya perjanjian kerangka kerja WHO FCTC yang dibahas mampu dijelaskan melalui kebijakan Health Security Pemerintah Brunei dalam meregulasi tembakau dan rokok. Oleh karena itu, disini peneliti lebih melihat kebijakan luar negeri pemerintah Brunei untuk meratifikasi (WHO FCTC) dalam bidang kesehatan sebagai bentuk perlindungan pemerintah kepada masyarakat Brunei.

1.6.2. Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Eksplanatif, dimana penulis berusaha menjelaskan atau menerangkan mengenai alasan Pemerintah Brunei dalam meratifikasi WHO FCTC. Kebijakan luar negeri Pemerintah Brunei dibidang kesehatan sebagai bentuk perlindungan pemerintah terhadap masyarakat Brunei. Untuk menjelaskan hal tersebut, penulis berusaha mencari tahu. bagaimana instrumen atau nilai-nilai pokok dari perjanjian FCTC yang diadopsi oleh Pemerintah Brunei memiliki pengaruh terhadap permasalahan pengendalian tembakau di Brunei melalui regulasinya.

28

18 1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yakni melalui study pustaka, dimana data-data yang diperoleh berasal dari buku, majalah dan juga Internet. Dalam melakukan pengumpulan data, penulis mencari dan mengambil data dari berbagai sumber dan dikumpulkan lalu dipilih data yang dianggap masuk dan mampu membantu penulis menjelaskan fenomena yang sedang dikaji.

1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian yang dibahas adalah sejak Pemerintah Brunei mulai memfokuskan perhatiannya kepada permasalahan kesehatan yaitu mulai bergabungnya Brunei dengan WHO dan meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) pada tahun 2004 serta meregulasi tembakau dan rokok yang menjadi akar dari berbagai macam penyakit di Brunei. Sehingga yang menjadi perhatian peneliti disini adalah perkembangan kebijakan pemerintah Brunei di bidang kesehatan melalui ratifikasi WHO FCTC dan pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat Brunei. Penulis membatasi fenomena ini dimulai dari tahun 2004-2014.

1.7. Hipotesa

Dari penelitian diatas, maka hipotesa penulis disini ialah kesehatan memang telah menjadi isu prioritas nasional di Brunei. Sultan Brunei telah memfokuskan permasalahan kesehatan sejak tahun 1990an melalui pidato-pidatonya mengingat dalam beberapa dekade terakhir, ancaman kesehatan telah

19

berdampak buruk bagi masyarakat Brunei. Kesehatan juga telah dimasukkan dalam agenda resmi pembangunan masyarakat Brunei yaitu Health Promotion Blueprint 2011-2015 dan Vision Brunei 2035, yang dimana dalam agenda tersebut pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Brunei.

Selain itu, bentuk keseriusan Pemerintah Brunei dalam bidang kesehatan juga ditunjukkan dengan keikutsertaan Brunei dalam WHO dengan meratifikasi perjanjian internasional terkait pengendalian tembakau yaitu FCTC pada tahun 2004. Kehadiran perjanjian internasional dalam FCTC sangat mendukung langkah Pemerintah Brunei dalam fokusnya terhadap permasalahan kesehatan. Non Communicable Diseases telah menjadi penyumbang utama kematian di Brunei melalui penyakit kanker yang tingkat pertumbuhannya kian hari kian meningkat. Adapun rokok di Brunei telah menyumbang sebesar 90% penyakit kanker pada masyarakatnya. Kesepakatan dalam FCTC disini selaras dengan agenda tujuan pembangunan nasional Brunei yang juga didalamnya terdapat strategi untuk meredam penggunaan tembakau di negaranya. Penulis melihat bahwa langkah yang diambil Sultan Brunei ialah bentuk dari Health Security Pemerintah terhadap masyarakatnya.

20 1.8. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Penelitian Terdahulu

Dokumen terkait