• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian oleh Muchamad (2001) yang berjudul “Konsep Ekspresi Kota Sebagai Pendekatan Membangun atau Memperkuat Citra Kota”, penelitian ini mencoba menggagas sebuah alternatif membangun citra kota melalui pendekatan konseptual. Konsep ekspresi kota adalah konsep yang ditawarkan dan dibangun dari konsep ekspresi arsitektur yang sudah ada dengan penyesuaian pada elemen- elemen konsepnya. Penelitian ini bersandar pada argumentasi rasionalistik, dimana konsep ekspresi kota dibangun dari kajian kepustakaan yang selanjutnya dianalisa sesuai kondisi empiris elemen kota. Untuk membangun sebuah citra kota lebih terbuka peluangnya melalui pendekatan keilmuan (metodologis) dan akan diperoleh penjelasan bagaimana membangun citra kota, bukan hanya menjawab apa yang menjadi citra kota. Hasil analisa diperoleh 3 komponen konsep ekspresi kota yaitu elemen kota, morfologi kota dan respon. Sedang upaya untuk membangun atau memperkuat citra kota dapat dilakukan dengan mengindentifkasi elemen-elemen spesifik pembentukan kota, identifikasi proses desain yang sudah ada, memahami hubungan antar elemen yang membentuk kota, memahami bagaimana kota berbicara melalui desain bangunan dan lingkungan binaannya, dan memahami respon warga kota dan masyarakat lain terhadap cerita tentang kota tersebut. Kelima upaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk membangun dan memperkuat citra kota yang sudah ada.

Penelitian oleh Gehrels, et al. (2003) yang berjudul “Choosing Amsterdam: Brand, Concept and Organization of The City Marketing”, penelitian

mereka dengan memanfaatkan konsep pemasaran kota yang berfokus pada tiga target yaitu perusahaan, investor dan penduduk. Ketiganya adalah kelompok potensial yang mampu mengembangkan pembangunan perekonomian kota baik dalam skala nasional maupun internasional. Peneliti menggunakan data-data observasi dari penelitian-penelitian terdahulu untuk mendukung hasil dari opini publik yang berkembang saat penelitian berlangsung. Dengan mempelajari analisa SWOT dari Kota Amsterdam, dapat dibuat konsep strategi pemasaran yang tepat. Hasil analisa menunjukkan bahwa Kota Amsterdam sudah memiliki citra kota yang kuat di internasional, hal ini membuat selalu banyak wisatawan asing yang memilih mengunjungi Kota Amsterdam sebagai salah satu destinasi wajib jika melakukan liburan di Eropa. Kota Amsterdam dirasa perlu berinvestasi lebih pada pelayanan rumah sakit, hal ini ditujukan agar wisatawan merasa lebih aman ketika mengunjungi Kota Amsterdam karena tidak hanya keamanan dari segi kriminalitas yang rendah tetapi juga pelayanan kesehatan yang memadai dengan akses yang mudah.

Penelitian oleh Mihalis (2005) yang berjudul “Branding the City through Culture and Entertaiment”, penelitian ini tertarik pada berita dan konstribusi dari

teori-teori yang sudah ada berkenaan dengan topik budaya dan hiburan yang mampu berperan terhadap pembangunan perekonomian lokal. Budaya dan hiburan ini kemudian menjadi wajah/merek kota. Peneliti mengambil objek penelitian di kota-kota Eropa kemudian juga mempelajari adanya perubahan peran dari area- area industri yang terlantar menjadi daerah budaya dan hiburan yang mampu menyumbang dalam perkembangan ekonomi lokal. Dalam hal ini peran promosi kota yang baik sangat diperlukan. Hasil penelitian membuktikan deskripsi dari konsep pembangunan yang menjadi tren dari branding dengan berfokus pada budaya dan hiburan. Diketahui bahwa kota yang sukses menerapkan strategi promosi yang baik dan mengelola budaya menjadi hiburan, adalah kota yang memiliki pembangunan ekonomi lokal yang baik pula.

Penelitian oleh Rahajeng (2007) yang berjudul “Solo The Spirit of Java”,

penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif yang didukung dengan kajian teoritis. Peneliti berfokus pada city branding dari Kota Solo dan efeknya pada kemajuan pariwisata di Kota Solo. Hasil penelitian menunjukkan adanya

sinergi yang baik antara branding Kota Solo ”The Spirit of Java” dan

pembangunan antar daerah di kawasan Subosukowonosraten. Hal ini karena kawasan yang kemudian lebih dikenal sebagai Solo ini memiliki potensi yang cukup besar, dan slogan yang diciptakan tersebut sesuai dengan image yang dimiliki. Pencetusan identitas baru ini memberikan angin segar bagi kawasan bersangkutan. Terbukti, dengan brand baru ini, kini Solo semakin terkenal, perekonomiannya makin maju, dan banyak wisatawan yang berkunjung untuk menikmati Kota Solo yang makin indah. Eksistensi Solo sebagai kota besar dengan potensi budaya, perdagangan dan industri makin diakui perlu adanya keterlibatan, kerjasama, dan peningkatan komitmen dari berbagai pihak. Namun tetap diperlukan adanya perbaikan, yaitu dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Upaya perbaikan dapat dicapai dengan pelibatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program yang sedang berlangsung,monitoringdan evaluasi. Pemerintah perlu terus mensosialisasikan sekaligus menunjukan upaya yang serius untuk tercapainya tujuan yang akan memajukan perekonomian Solo, yang juga akan berdampak pada peningkatan taraf kehidupan masyarakatnya.

Penelitian oleh Aziz dan Abdullah (2011) yang berjudul “Culture Heritage Tourism Development in Kota Lama Kanan Kuala Kangsar Perak”, berlokasi di Kota Lama Kanan Malaysia metode penelitian menggunakan analisis kualitatif. Peneliti melakukan wawancara dan diskusi dengan komunitas atau penduduk lokal di Kota Lama Kanan dan wisatawan terkait sejarah dan isu-isu populer tentang Kota Lama Kanan. Peneliti mengidentifikasi kebudayaan-kebudayaan lokal dan benda-benda tradisonal untuk menguatkan karakter Kota Lama Kanan. Hasil dari penelitian menunjukkan lokasi bersejarah yang sangat diminati oleh wisatawan asing adalah benteng tua, Jembatan Victoria, Monumen Sultan Mansur Shah I dan Rumah Tok Setia. Keempat tempat tersebut dapat digolongkan sebagai warisan budaya seperti rumah tradisional Malaysia, kerajinan tangan dan border emas buatan lokal.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Author/

Tahun/Artikel

Sampel/ Uji

Statistik Hasil Penelitian

1. Bani Noor Muchamad (2001), “Konsep Ekspresi Kota Sebagai Pendekatan Membangun atau Memperkuat Citra Kota”. Jurnal Program Studi Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat. Uji Statistik: Penelitian dilakukan secara kualitatif. Dalam membangun citra-kota merujuk pada: 1. Konsep ekspresi kota yang terdiri dari elemen kota 2. Proses desain, model proses desain 3. Morfologi kota 4. Desain yang berbicara 5. Respon 6. Makna metafora.

1. Diperoleh 3 komponen konsep ekspresi kota yaitu elemen kota, morfologi kota dan respon. 2. Upaya untuk membangun atau

memperkuat citra kota dapat dilakukan dengan:

a. Mengindentifkasi elemen- elemen spesifik

pembentukan kota

b. Identifikasi proses desain c. Memahami hubungan antar

elemen yang membentuk kota

d. Memahami bagaimana kota berbicara melalui desain bangunan dan lingkungan binaannya

e. Respon warga kota dan masyarakat lain terhadap cerita tentang kota tersebut.

2. Gehrels, Munster, Prins, Thevenet (2003), “Choosing Amsterdam: Brand, Concept and Organization of The City Marketing”. Journal City of Amsterdam Okt 2003. Uji Statistik: 1. Metode kualitatif 2. Analisa SWOT

1. Kota Amsterdam sudah

memiliki citra kota yang kuat di internasional, hal ini membuat selalu banyak wisatawan asing yang memilih mengunjungi Kota Amsterdam sebagai salah satu destinasi wajib jika

melakukan liburan di Eropa. 2. Kota Amsterdam dirasa perlu

berinvestasi lebih pada

pelayanan rumah sakit, karena tidak hanya kriminalitas yang rendah tetapi juga pelayanan kesehatan yang memadai dengan akses yang mudah.

No Author/ Tahun/Artikel

Sampel/ Uji

Statistik Hasil Penelitian

3. Kavaratzis Mihalis (2005), “Branding the City through Culture and Entertainment”. Urban and Regional Studies Institute University of Groningen. Uji Statistik: Analisis deskriptif kualitatif dengan memaparkan teori- teori dari berbagai penelitian terdahulu yang memiliki tema terkait.

1. Membuktikan deskripsi dari konsep pembangunan yang menjadi tren daribranding

dengan berfokus pada budaya dan hiburan.

2. Diketahui bahwa kota yang sukses menerapkan strategi promosi yang baik dan mengelola budaya menjadi hiburan, adalah kota yang memiliki pembangunan ekonomi lokal yang baik pula.

4. Shabrina O. Rahajeng (2007), “Solo The Spirit of Java”. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro.

Sampel: Sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden. Uji Statistik: Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif yang didukung dengan kajian teoritis.

1. Adanya sinergi yang baik antarabrandingKota Solo ”The Spirit of Java” dan

pembangunan antar daerah di kawasan Subosukowonosraten. 2. Denganbrand, Solo semakin

terkenal, perekonomian semakin maju, dan banyak wisatawan yang berkunjung untuk menikmati Kota Solo yang makin indah.

3. Eksistensi Solo sebagai kota besar dengan potensi budaya, perdagangan dan industri makin diakui perlu adanya keterlibatan, kerjasama, dan peningkatan komitmen dari berbagai pihak.

4. Namun tetap diperlukan

adanya perbaikan, yaitu dengan melibatkan partisipasi

masyarakat.

5. Pemerintah perlu terus mensosialisasikannya,

sekaligus menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh untuk tercapainya tujuan yang akan memajukan perekonomian Solo, yang tentunya juga akan berdampak pada peningkatan taraf kehidupan

No Author/ Tahun/Artikel

Sampel/ Uji

Statistik Hasil Penelitian

5. Khursiah Abd Aziz dan Fakhrul Zaman Abdullah (2011), “Culture Heritage Tourism Development in Kota Lama Kanan Kuala Kangsar Perak”. Jurnal Universitas Tun Abdul Razak. Universiti Tun Abdul Razak E- Journal Vol. 7, No. 2, June 2011. Sampel: 10 rumah tangga penduduk. Uji Statistik: 1. Metode penelitian analisis kualitatif. 2. Peneliti melakukan wawancara dan diskusi dengan komunitas atau penduduk lokal di Kota Lama Kanan dan wisatawan terkait sejarah dan isu-isu populer tentang Kota Lama Kanan.

Hasil dari penelitian menunjukkan lokasi bersejarah yang sangat diminati oleh wisatawan asing adalah benteng tua, Jembatan Victoria, Monumen Sultan Mansur Shah I dan Rumah Tok Setia. Keempat tempat tersebut dapat digolongkan sebagai warisan budaya seperti rumah tradisional Malaysia, kerajinan tangan dan border emas buatan lokal.

6. Chaerani, R.Y (2011), “Pengaruh City Branding Terhadap City Image (Studi Pencitraan

Kota Solo: ‘The

Spirit of Java’)”. Jakarta: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Sampel: 214 responden. Uji Statistik: 1. City Branding Hexagon 2. Elaboration Likelihood Model 3. Analisa regresi linier berganda

1. Analisiscity brandingyang dilakukan melalui dimensi

presence, potential, place, pulse, people,danprerequisite

menunjukkan bahwa Kota Surakarta memiliki aspek

potentialdanpeopleyang paling menonjol, namun Kota Solo lemah dalam dimensiplace.

2. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap variabelcity image

menunjukkanbrandingkota telah merubah aspek afektif, namuncity brandingKota Solo belum bisa memotivasi untuk mengunjungi Kota Solo hingga merekomendasikan Solo sebagai destinasi wisata maupun tempat tinggal.

Penelitian saat ini berjudul, “City Branding Pariwisata Untuk Meningkatkan Daya Saing Daerah Di Kabupaten Situbondo”. Research gap

dengan penelitian terdahulu adalah penelitian-penelitian terdahulu dilakukan di kota atau daerah yang memang sudah terkenal objek pariwisatanya, dan hendak merumuskan suatu konsep pencitraan kota yang baru atau usaha memperkuat citra kota yang telah terbentuk. Metode penelitian yang sering digunakan adalah analisis kualitatif karena hendak mengobservasi ke lapangan melalui sumber- sumber ahli yang mengetahui dengan baik sejarah dan sistem kota. Terdapat pula penelitian terdahulu yang menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis SWOT, guna mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari city branding yang telah terbentuk, serta memformulasikan strategi untuk memperkuat citra yang sudah ada. Sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengangkat sektor pariwisata dari Kabupaten Situbondo, yang selama ini kurang dikenal hingga didapatkancity brandingdari kota tersebut.

Penelitian saat ini memandang bahwa dengan mengangkat sektor pariwisata secara luas tidak hanya berdampak pada peningkatan nilai PDRB, melainkan ikut mengangkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Situbondo. Hal ini didukung dengan penelitian Valeriani (2010) yang menyatakan bahwa pariwisata berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan per kapita, yang berarti semakin baik pembangunan fasilitas pariwisata maka akan semakin baik pula pendapatan per kapita. Grand theory dalam penelitian ini mengacu pada konsep production approach (pendekatan produksi) pada sektor pariwisata berdasarkan pada keunggulan competitive dan comparative yang disesuaikan dengan Model Dinnie (2010) dan teori daya saing Porter (1990), sehingga nantinya dapat diformulasikan brand image atau city branding dari Kabupaten Situbondo.