Ketiga jenis proksi di atas yang menggambarkan keberagaman ukuran IOS memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beberapa rasio sebagai proksi IOS. Hal ini terjadi karena IOS bersifat unobservable (Gaver dan Gaver, 1993) dalam Saputro (2003). Proksi gabungan IOS dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi
measurement error yang ada pada proksi dengan rasio individual, sehingga akan
menghasilkan pengukuran yang baik untuk IOS (Smith dan Watts, 1992; Gaver dan Gaver, 1993) dalam Saputro (2003).
2.5. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Dividend signalling theory merupakan teori yang menyatakan bahwa
pengumuman dividen merupakan sinyal yang diberikan oleh manajer mengenai keyakinan mereka tentang perkembangan perusahaan di masa depan (Miller dan Rorke,1985) dalam Setiawan dan Subekti (2004). Berdasarkan teori ini, pada dasarnya terdapat asimetri informasi antara manajer dengan investor. Manajer sebagai pihak dalam tentu mempunyai pengetahuan dan akses yang lebih baik terhadap informasi-informasi privat mengenai kemampuan perusahaan daripada investor yang hanya bisa meramalkan perkembangan perusahaan melalui sinyal-sinyal yang diberikan oleh manajer. Salah satu sinyal-sinyal yang disampaikan oleh manajer kepada investor adalah pengumuman dividen.
Pengumuman dividen dapat digunakan investor untuk memperkecil asimetri informasi dengan manajer, sehingga pengumuman dividen merupakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna. Apabila manajer mengumumkan dividen yang meningkat dari periode sebelumnya, berarti manajer memiliki
keyakinan bahwa laba perusahaan akan mengalami peningkatan. Tetapi jika manajer mengumumkan penurunan dividen, maka laba perusahaan diramalkan akan menurun. Berdasarkan informasi tersebut, jika peningkatan dividen dianggap sebagai kabar baik maka investor akan bereaksi positif. Sebaliknya, jika pengumuman dividen yang menurun tersebut dianggap kabar buruk maka investor akan bereaksi negatif.
Penelitian mengenai kandungan informasi pengumuman dividen telah banyak di lakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia, hasilnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Setiawan dan Subekti (2004) telah mengumpulkan beberapa penelitian mengenai kandungan informasi pengumuman dividen baik dari luar negeri maupun Indonesia. Gonedes (1978) dan Brooks (1996) tidak berhasil membuktikan kandungan informasi dividen, sedangkan peneliti lain berhasil menemukan kandungan informasi dividen (Petit,1972; Aharony dan Swary,1980; Bajaj dan Vijh,1995; Benartzi, Michaely dan Thealer,1997; Mikhail, Walther dan Willis,1999). Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Amsari (1993), Soetjipto (1997), Raharjo (2000) tidak berhasil membuktikan kandungan informasi pengumuman dividen, namun Suparmono (2000), Setiawan dan Hartono (2003), Setiawan dan Subekti (2004), dan Bandi dan Hartono (2000) berhasil membuktikan adanya kandungan informasi dalam pengumuman dividen.
Gonedes (1978) dalam Setiawan dan Subekti (2004) melakukan pengujian kandungan informasi dividen terhadap 258 pengumuman dividen selama periode 1952-1972 di Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada abnormal
merupakan informasi yang digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa pengumuman dividen tidak mempunyai kandungan informasi bagi investor.
Penelitian yang dilakukan oleh Petit (1972) dalam Setiawan dan Subekti (2004) tentang validitas hipotesis pasar modal efisien dengan mengestimasi kecepatan dan akurasi harga saham terhadap perubahan tingkat pendapatan dividen selama periode 1964-1969 diperoleh hasil bahwa harga saham menyesuaikan secara cepat dan tepat pada hari pengumuman dividen dan pada hari sesudahnya. Hasil penelitian Aharony dan Swary (1980) menunjukkan bahwa pengumuman perubahan dividen memberikan informasi yang berguna dengan ditunjukkan oleh perubahan harga saham, pengumuman perubahan dividen yang meningkat diikuti oleh harga saham yang juga meningkat dan sebaliknya jika ada pengumuman perubahan dividen yang menurun akan diikuti oleh penurunan harga saham.
Amsari (1993) dalam Setiawan dan Subekti (2004) melakukan pengujian terhadap 47 perusahaan yang mengumumkan dividen selama tahun 1990-1992 di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian menunjukkan abnormal return pada periode jendela secara statistik tidak berbeda dengan nol. Dengan kata lain, pengumuman dividen tidak mempunyai kandungan informasi yang berarti bagi investor. Soetjipto (1997) menguji tentang pengaruh pengumuman dividen terhadap return saham di Bursa Efek Jakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut berjumlah 40 yang terbagi menjadi 12 pengumuman dividen meningkat, 9 pengumuman dividen tetap dan 19 pengumuman dividen menurun. Hasil penelitian tersebut tidak dapat membuktikan adanya kandungan informasi dividen. Hal itu
berarti pengumuman dividen tidak mengandung informasi yang berarti bagi investor.
Sujoko (1999) dalam Setiawan dan Hartono (2003) melakukan pengujian terhadap pengumuman dividen meningkat selama periode 1994-1996. Dalam penelitiannya Sujoko menggunakan model : market adjusted, mean adjusted dan
market model untuk menghitung abnormal return. Hasilnya menunjukkan selama
3 hari, yaitu : sehari sebelum pengumuman, hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman dividen meningkat terdapat reaksi pasar yang signifikan positif.
Suparmono (2000) dalam Setiawan dan Hartono (2003) menguji pengumuman dividen yang terjadi selama periode 1991-1998. Sampel penelitian terdiri dari 182 perusahaan yang mengumumkan pengumuman dividen meningkat dan 158 perusahaan yang mengumumkan pembayaran dividen menurun. Temuannya menunjukkan ada reaksi pasar yang signifikan pada t-5 dan t-0 untuk dividen meningkat dan pada t-0 untuk dividen menurun. Penelitian terhadap
cumulative abnormal return menunjukkan bahwa pada pengumuman dividen
meningkat ternyata pasar bereaksi lambat, sehingga investor dapat menikmati
abnormal return positif selama 7 hari (t-5 sampai dengan t+1). Sedangkan untuk
pengumuman dividen menurun ternyata investor bereaksi dengan cepat, sehingga mereka hanya mengalami kerugian pada jangka pendek saja yaitu saat pengumuman, sedangkan periode yang lebih panjang (7 hari) ternyata investor tidak mengalami penurunan abnormal return. Perbandingan reaksi pasar terhadap
bad news dan good news juga menunjukkan bahwa pasar bereaksi lebih kuat
Bandi dan Hartono (2000) menguji pengaruh dividen pada reaksi harga saham dan volume perdagangan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah reaksi harga dan volume peradagangan lebih dekat ada dependensi dari pada keeratan hubungan keduanya. Selain itu, pengumuman dividen menghasilkan reaksi volume berbeda dengan reaksi harga.
Setiawan dan Hartono (2003) melakukan pengujian terhadap 132 pengumuman dividen meningkat selama periode 1992-1996. Hasil pengujian terhadap abnormal return menunjukkan pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi dan pasar bereaksi dengan cepat. Pasar bereaksi signifikan positif hanya pada hari pengumuman sehingga investor tidak bisa menikmati
abnormal return dalam waktu lama. Setiawan dan Subekti (2004) menguji
kandungan informsi pengumuman dividen selama krisis moneter. Pengujian dilakukan terhadap 57 pengumuman dividen meningkat, 22 pengumuman dividen tetap, dan 59 pengumuman dividen menurun selama periode 1998-2002. Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa pengumuman dividen di Indonesia selama krisis moneter mempunyai kandungan informasi berguna bagi investor. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis yang diajukan berkaitan dengan kandungan informasi pengumuman dividen adalah sebagai berikut :
H1a = Investor bereaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat H1b = Investor bereaksi positif terhadap pengumuman dividen tetap
Menurut dividend signalling theory, manajer menunjukkan keyakinan mereka akan laba perusahaan di masa mendatang melalui pengumuman dividen. Berdasarkan teori tersebut, pengumuman dividen meningkat merupakan kabar baik sehingga akan direspon positif oleh pasar. Akan tetapi, pengumuman dividen meningkat tidak dapat begitu saja diinterpretasikan sebagai kabar baik. Sebelum mengambil keputusan, investor harus terlebih dahulu harus menganalisis prospek perusahaan yang mengumumkan kenaikan dividen. Hal ini dikarenakan pengumuman dividen meningkat membutuhkan cost yang tinggi, karena perusahaan harus mampu membayar dividen yang jumlahnya lebih besar dari tahun sebelumnya dan perusahaan juga harus mampu mempertahankan tingkat pembayaran dividen yang telah meningkat. Apabila di kemudian hari ternyata perusahaan tidak mampu mempertahankan kinerjanya, maka mereka tidak akan mampu mempertahankan pembayaran dividen. Perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan likuiditas dan pada akirnya akan merugikan investor. Perusahaan yang mampu menanggung cost kenaikan dividen merupakan perusahaan yang bertumbuh dan informasi tersebut merupakan informasi yang bernilai ekonomis. Investor yang canggih akan bereaksi positif terhadap informasi yang bernilai ekonomis. Jika perusahaan yang mengumumkan kenaikan dividen tidak mampu menanggung cost kenaikan dividen maka informasinya merupakan informasi yang tidak bernilai ekonomis sehingga investor akan bereaksi negatif.
Penelitian yang menguji ketetapatan reaksi pasar dilakukan oleh Sujoko (1999). Sujoko (1999) melakukan pengujian terhadap dividend signalling theory di Bursa Efek Jakarta selama periode 1994-1996. Penelitian tersebut menggunakan
nilai pasar aset dibandingkan nilai buku sebagai proksi perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa investor merespon positif kedua subsampel, yaitu pengumuman dividen meningkat yang dikeluarkan oleh perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh. Investor tidak mempertimbangkan prospek perusahaan yang mengumumkan kenaikan dividen.
Setiawan dan Hartono (2003) melakukan penelitian yang menguji ketepatan reaksi investor terhadap pengumuman dividen meningkat. Penelitian tersebut melibatkan 132 sampel perusahaan yang mengumumkan dividen meningkat selama tahun 1992 sampai 1996. Sampel dalam penelitian tersebut dikelompokkan menjadi 60 perusahaan bertumbuh dan 72 perusahaan tidak bertumbuh. Hasil penelitiannya menunjukkan pengumuman dividen di Indonesia mempunyai kandungan informasi dan pasar bereaksi dengan cepat, hal ini ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang signifikan pada hari pengumuman. Pengujian terhadap ketepatan reaksi pasar menunjukkan pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman dividen meningkat yang dilakukan oleh perusahaan bertumbuh dan justru memberikan reaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat oleh perusahaan tidak bertumbuh. Secara lebih lanjut, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa investor belum canggih dalam memberikan reaksi atas pengumuman dividen meningkat.
Penelitian Setiawan dan Subekti (2004) juga belum dapat membuktikan kemampuan investor dalam mengolah informasi pengumuman dividen meningkat. Setiawan dan Subekti (2004) menguji pengumuman dividen meningkat selama periode 1998-2002. Sampel 57 perusahaan yang kemudian dikelompokkan menjadi
37 perusahaan bertumbuh dan 20 perusahaan tidak bertumbuh berdasarkan proksi
Capital Expenditure to Market Value of Assets (CAPMVA). Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa pengumuman dividen di Indonesia mempunyai kandungan informasi dan pasar bereaksi dengan cepat. Pengujian terhadap ketepatan reaksi pasar menunjukkan pasar bereaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat yang dilakukan oleh perusahaan bertumbuh dan juga memberikan reaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat oleh perusahaan tidak bertumbuh. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marfuah (2006) menggunakan periode pengamatan tahun 2000-2002. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang ditunjukkan dengan adanya reaksi positif atas pengumuman dividen meningkat. Hasil pengujian terkait dengan ketepatan reaksi investor menunjukkan bahwa investor bereaksi atas pengumuman dividen meningkat baik yang diberikan oleh perusahaan bertumbuh dan tidak bertummbuh. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis yang diajukan berkaitan dengan kandungan informasi pengumuman dividen adalah sebagai berikut :
H2a = Investor bereaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat dari perusahaan bertumbuh
H2b = Investor bereaksi negatif terhadap pengumuman dividen meningkat dari perusahaan tidak bertumbuh
BAB III