• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian yang pertama dilakukan oleh Suhardi Mukhlis yang berjudul “Community Develpoment Dengan Internalisasi Nilai Budaya Maritim Di Provinsi Kepulauan Riau Untuk Memperkuat Provinsi Berbasis Kemaritiman”.

Dalam penelitiannya ia melakukan penelitian konseptual yang kemudian melahirkan konsep Community Development dengan internalisasi nilai-nilai budaya maritim khusunya bagi masyrakat di Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini menghasilkan sebuah konsep untuk penguatan masyarakat di

Provinsi Kepulauan Riau yang outputnya adalah kesadaran memiliki wilayah maritim tersebut dengan segala karakteristik daerah yang kemudian akan memperkuat Provinsi Kepulauan Riau sebagai provinsi berbasis kemaritiman. Relevansi pada kajian yang pertama, disini peneliti juga ingin meneliti mengenai implementasi nilai budaya bahari. Namun penelitian disini peneliti ingin melihat Implementasi nilai pada pembelajaran di sekolah.

Kajian selajutnya dilakukan oleh Heni Waluyo Siswanto dengan judul “Pendidikan Budaya Bahari Memperkuat Jati Diri Bangsa”. Penelitiannya mengatakan bahwa pendidikan budaya bahari yang dimaksud yakni perilaku hidup dan tata cara manusia sebagai masyarakat sutau bangsa terhadap laut dan pemanfaatan seluruh potensi kekayaan maritim yang ada didalam, diatas, dan disekitar laut guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dan perekonomian suatu negara saat ini dan masa datang dengan norma sosial dan teknologi yang mendukungnya. Relevansi terhadap kajian yang kedua, peneliti sama-sama ingin meneliti mengenai budaya bahari dalam pendidikan. Namun, dalam penelitian ini peneliti ingin juga melihat bagaimana nilai-nilai yang ada dimasyarakat pesisir diimplementasikan ke dalam pembelajaran.

Kajian berikutnya dilakukan oleh Supriyadi yang berjudul “Pentingnya penanaman Budaya Maritim Sejak Dini sebagai Bentuk Kewaspadaan

Nasional Dalam Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia”. Di

dalam penelitiannya menyebutkan bahwa salah satu bentuk pendidikan karakter bangsa dan bela negara dalam mewujudkan poros maritim dunia adalah dengan cara pengembangan sejak dini budaya maritim terhadap

generasi muda. Pengembangan budaya maritim ini juga bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang orientasi utamanya adalah kehidupan di laut karena pada dasarnya Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan. Pengenalan budaya maritim dapat diterapkan pada pendidikan dasar generasi muda, pengembangan pariwisata, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan tentang menjaga lingkungan laut. Relevansi terhadap kajian yang ketiga, disini peneliti sama-sama meneliti mengenai penanaman budaya bahari pada pembelajaran, Namun subjek yang digunakan berbeda. Penelitian disini menggunakan sekolah yang berada dalam kawasan pesisir.

Kajian berikutnya oleh Lia Nurul Azizah yang berjudul ”Pengembangan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Historical Analysis And Interpretation

Skill Peserta Didik Dengan Sumber Belajar Nilai-Nilai Tradisi Bahari

Masyarakat Indramayu Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Mixed

Methods Etnografi dan Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 2 SMAN 1 Sindang

Kabupaten Indramayu)”. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dan metode penelitian tindakan kelas, dengan model Kemmis dan Taggart. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dengan membawa siswa ke sumber belajar di luar sekolah, dan mengenalkannya pada pewarisan sejarah hidup yang nyata, membuat siswa sadar akan akar budaya mereka, dan menyukai pelajaran dan pembelajaran sejarah yang baru. Pembelajaran inovatif juga memperbaiki proses belajar dan produk siswa pada akhir semester. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan pendekatan baru terhadap pengajaran dan pembelajaran sejarah maritim, khususnya terhadap guru dan sekolah yang

berada di dekat pantai. Relevansi dalam penelitian yang keempat peneliti sama-sama ingin meneliti mengenai nilai budaya bahari yang diterapkan di sekolah yang berada dalam kawasan pesiisr. Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif bukan penelitian tindakan kelas

Kajian selanjutnya oleh Tsabit Azinar Ahmad dengan judul “Urgensi dan Relevansi Pembelajaran Sejarah Maritim Untuk Wilayah Pedalaman”. Dalam penelitian ini bahwa aspek kemaritiman saat ini tengah menjadi isu nasional. Akan tetapi penerapnnya dalam ranah pendidikan, khusunya pembelajaran sejarah masih terkendala. Pembelajaran sejarah maritim akan mengalami kendala ketika disampaikan pada wilayah-wilayah yang tidak bersinggungan langsung dengan aspek kemaritiman. Untuk itu, perlu ada pendekatan khusus yang dilakukan dalam pembelajaran sejarah maritim. upaya untuk mewujudkan ketertarikan antara daerah pesisir dan pedalaman dilakukan dengan berdasarkan pada peremis utama bahwa “laut merupakan pintu gerbang perubahan” dan “selalu terdapat ketertarikan antara laut, dan daerah pesisir, dan daerah pedalaman” dengan pengembangan fokus tersebut diharapkan tidak ada lagi kesenjangan antara kawasan pedalaman dan pesisir dalam melihat potensi laut sebagai pemersatu bangsa. Relevansi dengan penelitian ini adalah bahwa peneliti sama-sama ingin melihat bagaiman pembelajaran sejarah dalam pendidikan, namun fokus disini yang berbeda. Dalam penelitian ini difokuskan pada wilayah pesisir bukan wilayah pedalaman.

Kajian berikutnya dari Munsi Lampe yang berjudul “Bugis-Makkasar Seamanship And Reproduction Of Maritime Cultural Values In Indonesia”.

Dari penelitiannya menyimpulkan bahwa pada dasarnya budaya maritim pada nilai-nilai pelaut Bugis-Makassar diantaranya: (1) reproduksi pengalaman navigasi panjang (persepsi manusia tentang konsisi perairan, ruang, dan pulau-pulau) dan inetraksi maritim (interkasi pelaut dengan dunia sosial eksternal mereka di Indonesia.; (2) pengalaman adalah faktor yang paling menentukan untuk pembentukan dan pengayaan maritim nilai-nilai budaya dan konsep air nusantara; (3) nilai-nilai utama yang diambil dari tanah adalah antar lain harga diri dan keyakinan bawaaan direproduksi oleh pengalaman navigasi menjadi sikap yang ketat dan perilaku petualangan, bekerja etos, daya saing, sikap terbuka, termasuk pandangan religius; (4) memiliki kesadaran dan pengakuan terhadap berbagai etnis di Indonesia, cinta negara, bahasa kesatuan, dan persatuan nasional; (5) penguatan integrasi dan harmonisasi sosial antar etnis pengembangan komunitas maritim. Relevansi dalam penelitian diatas adalah sama-sama ingin melihat nilai-nilai budaya bahari atau budaya maritim. Namun, disini penelitian ingin memfokuskan pada Kota Tegal sebagai Kota Bahari.

Dari beberapa kajian diatas banyak yang sudah meneliti tentang nilai bahari pada pembelajaran sejarah, namun belum banyak juga yang meneliti tentang nilai budaya bahari pada pembelajaran sejarah di Kota Bahari yakni Tegal. Oleh karena itu, peneliti meneliti tentang nilai budaya bahari yang sudah diterapkan di SMA N 2 Tegal.

Dokumen terkait