• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian dalam bentuk Jurnal dengan judul “Pembatalan Akta Hibah Wasiat yang dibuat di hadapan Notaris dan Akibat Hukumnya.”

Latar belakang yang digunakan dalam penulisan Jurnal ini adalah harta warisan seringkali menimbulkan berbagai masalah hukum dan sosial, oleh karena itu memerlukan pengaturan dan penyelesaian secara tertib dan teratur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pembuatan suatu testamen terikat oleh bentuk dan cara tertentu kalau diabaikan dapat menimbulkan batalnya testamen. Sesuai pada ketentuan Pasal 875 KUHPerdata bahwa wasiat yang dibuat dihadapan Notaris dapat dibatalkan apabila ternyata dalam prosedur pembuatannya tidak dilakukan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku terhadap akta hibah wasiat.

Fokus penelitian yang digunakan dalam penulisan Jurnal ini adalah:

a. Bagaimana pembatalan akta hibah wasiat yang dibuat di hadapan Notaris yang objeknya merupakan harta bersama yang dapat dihibah wasiatkan oleh suami/istri saja?

b. Bagaimana akibat hukum dari akta hibah wasiat yang dibuat di hadapan Notaris yang dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum oleh pengadilan?

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Jurnal ini adalah penelitian Yuridis-Normatif yang berbentuk diagnostik dan perspektif. Data diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer, sekunder dan tersier. Metode berpikir yang digunakan adalah metode berpikir deduktif.

Dari hasil penelitian Jurnal ini diketahui bahwa prosedur pembuatan akta hibah wasiat dalam hal pembuatan surat wasiat oleh istri, pada saat pasangan suami-istri masih hidup, maka diperlukan adanya persetujuan dari pasangan yang lain, hal ini mengacu pada peraturan mengenai Harta Bersama yaitu Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.31

Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian penulis ialah:

a. Jurnal ini lebih cenderung kepada penelitian terhadap kasus (putusan) tentang hibah wasiat. Sedangkan, peneliti hanya membahas dari segi peraturan dalam undang-undang saja.

b. Sama-sama menggunakan pendekatan Yuridis-Normatif

2. Penelitian dalam bentuk Jurnal dengan judul “Tinjauan Hukum dan Akibatnya terhadap Wasiat tanpa Akta Notaris ditinjau dari Kompilasi Hukum Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.”

31Eko Hariyanti, Magister Kenotariatan, “Pembatalan Akta Hibah Wasiat yang dibuat di hadapan Notaris dan Akibat Hukumnya.”

25

Latar belakang yang digunakan dalam penulisan Jurnal ini adalah Wasiat tanpa akta Notaris dalam pandangan KHI tidak ada kewajiban mengikut sertakan Notaris dalam pembuatan wasiat sedangkan, KUHPerdata diwajibkan mengikut sertakan Notaris. Persamaan wasiat tanpa akta Notaris dalam KHI dengan KUHPerdata adalah mempunyai dasar hukum tertulis, merupakan pernyataan terakhir dari pewasiat setelah sebelum meninggal dunia dan pelaksanaannya setelah si pemberi wasiat meninggal dunia, dapat dicabut dan dapat gugur atau dibatalkan, mempunyai tujuan untuk kemaslahatan manusia agar tidak terjadi pertengkatan di antara ahli waris.

Perbedaan wasiat tanpa akta Notaris dalam KHI minimal umur 21 tahun sedangkan KUHPerdata minimal umur 18 tahun, dilihat dari yang menerima wasiat dalam KHI yaitu orang lain atau lembaga sedangkan KUHPerdata orang luar dan ahli waris, dilihat dari bentuknya dalam KHI yaitu lisan atau tertulis atau dihadapan Notaris sedangkan KUHPerdata tertulis di hadapan Notaris atau dititipkan/disimpan oleh Notaris, dilihat dari batasan pemberian wasiat dalam KHI yaitu maksimal 1/3 dari seluruh harta warisan sedangkan KUHPerdata maksimal 1/2 harta jika pewasiat mempunyai seorang anak, 1/3 jika memiliki dua orang anak, dan 1/4 jika memiliki tiga orang anak, kesemuanya itu merupakan anak yang sah termasuk dalam pengertian anak turun sebagai pengganti anak dalam garis turun masing-masing dan maksimal 1/2 apabila pewasiat hanya meninggalkan ahli waris garis lurus ke atas, anak luar kawin yang telah

diakui secara sah. Akibat hukum wasiat tanpa adanya akta Notaris, menjadikan wasiat tersebut rawan akan gugatan dari pihak-pihak yang berkepentingan karena pembuktiannya kurang kuat dan tidak ada kepastian hukum.

Fokus penelitian yang digunakan dalam penulisan Jurnal ini adalah:

a. Bagaimana wasiat tanpa akta Notaris dalam pandangan KHI dan KUHPerdata?

b. Apa persamaan dan perbedaan wasiat tanpa akta Notaris dalam pandangan KHI dan KUHPerdata?

c. Bagaimana akibat hukum wasiat tanpa adanya akta Notaris?

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Jurnal ini adalah Penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis-Normatif, pengumpulan datanya ditekankan pada sumber bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan dengan penelaahan kaidah hukum dan teori ilmu hukum.

Dari hasil penelitian Jurnal ini diketahui bahwa Wasiat tanpa akta Notaris dalam pandangan KHI tidak ada kewajiban mengikut sertakan Notaris dalam pembuatan wasiat sedangkan KUHPerdata diwajibkan mengikut sertakan Notaris. Persamaan wasiat tanpa akta Notaris dalam KHI dengan KUHPerdata adalah mempunyai dasar hukum tertulis, merupakan pernyataan terakhir dari pewasiat setelah sebelum meninggal dunia dan pelaksanaannya setelah si pemberi wasiat meninggal dunia,

27

dapat dicabut dan dapat gugur atau dibatalkan, mempunyai tujuan untuk kemaslahatan manusia agar tidak terjadi pertengkatan di antara ahli waris.

Akibat hukum wasiat tanpa adanya akta Notaris, menjadikan wasiat tersebut rawan akan gugatan dari pihak-pihak yang berkepentingan karena pembuktiannya kurang kuat dan tidak ada kepastian hukum.32

Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian penulis ialah

a. Sama-sama mengkaji tentang akta wasiat yang dibuat oleh Notaris.

Namun, dalam hal ini peneliti lebih menekankan pada kekuatan hukum dari akta wasiat yang dibuat oleh Notaris.

b. Sama-sama menggunakan pendekatan Yuridis-Normatif

3. Penelitian dalam bentuk Skripsi dengan judul “Pertanggungjawaban Notaris terhadap Akta Autentik yang dibuat di hadapannya (Studi terhadap Notaris di Kota Semarang).”

Latar belakang yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini adalah Jabatan Notaris merupakan jabatan umum yang dikehendaki oleh peraturan perundang – undangan dengan tujuan untuk membantu masyarakat dalam membuat akta autentik sebagai bukti tertulis yang sah baik dibuat oleh Notaris maupun dibuat di hadapan Notaris. Akan tetapi dalam menjalankan jabatannya, Notaris seringkali dipanggil untuk menjadi saksi bahkan tersangka terkait dengan akta autentik sehingga dipandang perlu adanya penelitian terkait dengan Pertanggungjawaban Notaris Terhadap Akta

32Adam Lukmanto & Munsharif Abdul Chalim, “Tinjauan Hukum dan Akibatnya terhadap Wasiat tanpa Akta Notaris ditinjau dari Kompilasi Hukum Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.”

Autentik Yang Dibuat di hadapannya (Studi Terhadap Notaris di Kota Semarang).

Fokus penelitian yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini adalah

a. Bagaimana pertanggungjawaban Notaris terhadap akta autentik yang dibuat di hadapannya?

b. Bagaimana akibat hukum terhadap akta autentik yang dibuat di hadapan Notaris jika memuat keterangan tidak benar?

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini adalah Penelitian yang bersifat yuridis empiris dengan mengkaji dan meneliti data sekunder terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan data primer yang diperoleh dilapangan yaitu melakukan penelitian menggunakan metode wawancara terhadap Notaris di Kota Semarang yang diambil secara acak serta penelitian ke Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Semarang untuk mendapatkan data pendukung.

Dari hasil penelitian Skripsi ini diketahui bahwa pada Tahun 2014 sampai dengan 2015 Notaris yang dipanggil ke pengadilan melalui Majelis Pengawas Daerah hanya untuk diminta keterangan terkait dengan akta yang diterbitkan atau sebagai saksi dalam persidangan bukan sebagai tersangka atas akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris. Terlepas dari hal tersebut tanggung jawab Notaris adalah dari awal dimana para pihak menghadap dengan tujuan membuat akta autentik baik Notaris sebagai notulen dan konsultan hukum hingga akta yang dikehendaki terbit dan

29

tanggug jawab Notaris terhadap akta tersebut mengikuti Notaris tanpa batas sampai terpenuhinya prestasi atas akta tersebut. Akibat hukum terkait dengan terbuktinya akta yang menjadi sengketa dalam persidangan maka status autentik akta dapat didegradasi oleh hakim menjadi akta di bawah tangan yang hanya memiliki kekuatan di bawah tangan atau dibatalkan oleh putusan pengadilan.

Berdasarkan hal demikian maka Notaris harus lebih berhati-hati dalam melakukan pelayanan terhadap kehendak para pihak yang menghendaki adanya akta autentik yang dibuat di hadapan Notaris. Selain itu harus ada kesadaran hukum bagi setiap masyarakat terkait dengan akta autentik serta peningkatan pengawasan dan kepastian hukum untuk Notaris serta sanksi-sanksi yang tegas untuk dapat terciptanya keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan bagi seluruh masyarakat.33

Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian penulis ialah

a. Sama-sama mengkaji tentang akta autentik sebagai bukti tertulis yang sah baik dibuat oleh Notaris maupun dibuat di hadapan Notaris.

b. Perbedaannya ialah dari segi pendekatan, pendekatan dalam tesis ini ialah menggunakan pendekatan yuridis empiris, sedangkan peneliti sendiri menggunakan pendekatan Normatif.

33Ida Nurkasanah, Fakultas Hukum, “Pertanggungjawaban Notaris terhadap Akta Autentik yang dibuat di hadapannya (Studi terhadap Notaris di Kota Semarang).”

B. Kajian Teori

Dokumen terkait