• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.8 Penelitian Terdahulu

Ismadi (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pemetaan Posisi Kompetitif dan Daya Tarik PT INALUM” Penelitian ini bertujuan menemukenali daya tarik dan posisi PT Inalum dalam peta persaingan industri dasar aluminium di tingkat dunia dalam rangka menarik investor baru untuk meningkatkan pasokan aluminium primer nasional serta merumuskan alternatif strategi untuk meningkatkan posisi bersaing PT Inalum ke depan.

Pemetaan posisi kompetitif dan daya tarik PT Inalum dilakukan melalui proses analisis internal dan eksternal industri Aluminium. Analisis internal untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan PT Inalum dengan metode benchmarking. Analisis ini dilakukan dari sisi teknologi operasi dan daya saing biaya menggunakan perangkat kurva industri. Analisis eksternal untuk mengetahui kekuatan persaingan dalam industri Aluminium dengan pendekatan analisis 5 kekuatan persaingan Porter’s. Penyusunan strategi menggunakan perangkat SWOT analisis, Boston Consulting Group (BCG) matrik dan matrik strategi besar.

Penelitian Ismadi (2011) tersebut menyimpulkan bahwa posisi daya saing dan daya tarik PT Inalum dibanding Industri sangat atraktif di tengah struktur

persaingan industri Aluminium yang tinggi. Biaya keekonomian PT Inalum sangat rendah dengan marginal profit sebesar 23 % dibanding rata-rata industri sebesar 9

%. Berdasarkan CRU radar map PT Inalum unggul pada faktor tenaga listrik dan dampak lingkungan namun perlu perbaikan pada suplai bahan baku.

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Model Penelitian

Model konseptual yang sering juga disebut kerangka teoritis ialah sebuah model yang ditunjukkan dalam bentuk diagram yang memperlihatkan struktur dan sifat hubungan logis antar variabel penelitian yang telah diidentifikasi dari teori dan temuan-temuan hasil review artikel akan digunakan dalam menganalisis masalah penelitian.

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan tujuan penelitian, maka peneliti membuat kerangka konseptual yang disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Perubahan lingkungan bisnis setelah pengambilalihan oleh Pemerintah dari PMA menjadi BUMN

Analisis Faktor Internal Analisis Faktor Eksternal

Formulasi Strategi dan Kebijakan Analisis SWOT

Analisis Internal Eksternal Matriks Visi, Misi, dan Nilai

3.2 Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dikemukakan pada Gambar 3.1 dan untuk fokusnya penelitian yang dilakukan, perlu dijelaskan definisi dari masing-masing variabel.

a. Faktor Internal

1) Sumber Daya Manusia atau SDM yaitu berkaitan dengan potensi SDM yang dimiliki PT Inalum dalam mengelolan berbagai sumber daya yang ada.

2) Pemasaran yakni proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

3) Organisasi adalah proses manajerial yang terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

4) Operasional adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa.

5) Keuangan, merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja.

6) Sistem Informasi adalah Sistem Informasi merupakan sistem yang mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari semua

sumber dan menggunakan berbagai media untuk menampilkan informasi.

b. Faktor Eksternal

1) Permintaan dan Penawaran. Faktor ini berkaitan dengan data-data permintaan dan penawaran atas aluminium ingot primer di Indonesia dan di dunia.

2) Kebijakan Pemerintah. Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat regulasi, deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi. Faktor-faktor politik, pemerintahan, dan hukum, karenanya, dapat mempresentasikan peluang atau ancaman baik bagi organisasi kecil maupun besar

3) Persaingan. Faktor ini berkaitan tingkat persaingan dalam industri peleburan aluminium primer.

4) Ekonomi. Faktor ekonomi berkaitan dengan kondisi ekonomi nasional dan internasional yang berpengaruh terhadap industri aluminium.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Indonesia Asahan Aluminium (PT. Inalum) Kuala Tanjung Kabupaten Batubara yang dimulai pada bulan April 2014 hingga September 2014, dengan jadwal kegiatan seperti terlihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Geladikarya No

. Jenis Kegiatan Minggu ke-

0 2 4 6 8 10 14 16 18

1.

Pengajuan topik/usulan

geladikarya xx xx xx

2. Kolokium xx

3. Pengumpulan dan analisis data xx xx xx xx xx xx 4.

Penyusunan draft laporan

geladikarya xx xx xx xx xx

5. Seminar perusahaan xx

6. Penyusunan laporan akhir xx xx

7. Sidang geladikarya xx

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research), yakni suatu penelitian yang dilakukan untuk mendapat temuan-temuan praktis atau untuk keperluan pengambilan keputusan operasional karena tujuannya untuk pengambilan keputusan operasional guna mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan baru (Sinulingga, 2012).

4.3 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang meliputi seluruh elemen yang ada dalam wilayah penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah terdiri dari pihak-pihak yang berkompeten memberikan informasi mengenai operasional dan kinerja PT Inalum sebanyak 78 orang yakni :

1) Direktur : 5 orang

2) General Manager : 21 orang

3) Manager : 49 orang

4) Konsultan Industri Aluminium : 3 orang

4.4 Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara (Interview), kepada pihak-pihak yang berhak dan berwenang memberi data dan informasi tentang operasional, kinerja, strategi bisnis PT Inalum.

b. Daftar Pertanyaan (Kuesioner) yang diberikan kepada Direktur, General Manager, Manager di PT Inalum dan konsultan industri aluminium.

c. Studi dokumentasi, dengan mengumpulkan dan mempelajari data serta informasi dari PT Inalum.

Terdapat 2 (dua) jenis data yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung melalui pertanyaan terbuka kepada pihak yang berhak dan berwenang memberi informasi mengenai kinerja sesuai dengan rantai nilai di PT Inalum.

b. Data Sekunder melalui studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data internal PT Inalum dari laporan kinerja perusahaan dan studi pustaka atau secara elektronik dengan fasilitas internet dari laporan, buletin, jurnal tentang industri aluminium yang diterbitkan lembaga riset maupun konsultan internasional

4.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dari keempat kelompok responden tersebut diolah dengan alat analisis data sebagai berikut :

a. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) b. Matriks EFE (External Factor Evaluation) c. Matriks IE (Internal Eksternal)

d. Matriks SWOT

BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah dan Perkembangan PT Inalum

PT. Inalum merupakan perusahaan Joint Venture yang didirikan berdasarkan Master Agreement of Hydroelectrical Power and Smelter Plant Project (Master Agreement) antara pemerintah Republik Indonesia dengan 12 investor Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Aluminium Co. Ltd. yang diresmikan pada tanggal 6 Januari 1976. PT. Inalum membangun dan mengoperasikan pabrik peleburan aluminium di daerah Kuala Tanjung dan pabrik pembangkit listrik tenaga air di sepanjang sungai Asahan di daerah Paritohan. Kapasitas design untuk pabrik peleburan adalah 225.000 ton/tahun dan untuk pabrik pembangkit listrik 603 MW.

Sesuai dengan Master Agreement tersebut, PT. Inalum hanya memproduksi aluminium ingot yang penjualannya dijamin akan diserap oleh para pembeli yang sekaligus sebagai investor sebesar persentase saham yaitu 60% dari hasil produksi.

Dengan demikian, penjualan kepada pemegang saham tersebut merupakan captive market.

Sebagaimana dituangkan dalam Anggaran Dasar PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), maksud dan tujuan Perseroan ini ialah melakukan usaha di bidang industri aluminium terpadu serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

PT INALUM (Persero) merupakan BUMN yang bergerak di sektor industri logam dasar, yaitu aluminium. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan

(Persero) PT Indonesia Asahan Aluminium, sesuai dengan akte notaris Aryanti Artisari, SH., MKn. Nomor 35 tanggal 8 Mei 2014, bisnis Perseroan mencakup kegiatan usaha utama sebagai berikut:

1. Membangun dan menyelenggarakan usaha di bidang produksi dan pengolahan Alumina, Pabrik Kalsinasi Kokas termasuk produk turunannya, Pabrik Peleburan Aluminium (Aluminium Smelter) termasuk produk turunannya.

2. Membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik untuk menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas.

3. Melaksanakan kegiatan pemasaran, penjualan dan distribusi hasil produksi sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas dan produk sejenis lainnya.

4. Membangun dan mengoperasikan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan usaha utama.

5.2 Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan

PT INALUM (Persero) telah menetapkan visi sampai 2025 sebagai berikut:

“Menjadi Perusahaan Global Terkemuka Berbasis Aluminium Terpadu Ramah Lingkungan”

Visi tersebut hendak diwujudkan atau direalisasikan melalui 4 (empat) misi PT INALUM (Persero), yakni:

1. Menjalankan operasi peleburan aluminium terpadu yang menguntungkan, aman dan ramah lingkungan untuk meningkatkan nilai bagi pemangku kepentingan.

2. Memberikan sumbangsih kepada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional melalui kegiatan operasional dan pengembangan usaha berkesinambungan.

3. Berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), serta Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang tepat sasaran.

4. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) secara terencana dan berkesinambungan untuk kelancaran operasional dan pengembangan industri aluminium.

Dalam mewujudkan visi serta melaksanakan misi, PT INALUM (Persero) mendasarkan pada nilai-nilai utama “ProsPeKTIF” yang terdiri dari:

1. Profesional. Kami bekerja secara profesional dengan menerapkan praktek bisnis terbaik.

2. Pengembangan. Kami tumbuh menjadi besar melalui pengembangan berkesinambungan.

3. Kerjasama. Kami tangguh melampaui harapan melalui kerjasama yang sinergi.

4. Tanggung jawab. Kami bertanggungjawab untuk memberikan kontribusi terbaik.

5. Integritas. Kami menjalankan bisnis dengan integritas.

6. Faedah. Kami berusaha menjalankan bisnis yang menguntungkan untuk kesejahteraan.

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Faktor-Faktor Internal 6.1.1 Sumber daya manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan. Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset (dikenal dengan istilah Human Capital) bagi suatu organisasi atau perusahaan. SDM di suatu perusahaan tidak lagi diposisikan sebagai faktor produksi melainkan aset perusahaan yang harus terus dikelola dan dikembangkan.

Memiliki karyawan yang tepat (termasuk bakat, motivasi, semangat kerja, dan keahlian) adalah kunci menghadapi masalah apa saja di dalam sebuah perusahaan, mereka tidak hanya akan mencari solusi yang tepat, tetapi mengubah ancaman dan masalah tersebut menjadi peluang dan basis kemenangan.

Menyadari hal ini, PT INALUM (Persero) terus berusaha untuk mencari dan mempertahankan para karyawan bertalenta sesuai dengan kebutuhan, tidak mementingkan kuantitas namun jauh lebih mempertimbangkan kualitas dan produktivitas.

Pembentukan karyawan unggul dimulai dengan proses perekrutan karyawan yang dilakukan berdasarkan pada tuntutan kompetensi yang dibutuhkan mengikuti pola dan model perilaku, pola pikir, pola tindak, dan kebiasaan serta

motivasi karyawan unggulan, serta penegakan sistem yang tegas yang mengukur kinerja karyawan secara jelas dan akurat.

PT INALUM (Persero) tidak hanya menyediakan produk aluminium dan tenaga listrik, namun juga menyediakan modal intelektual berupa SDM. Sebagai aset, peningkatkan kompetensi SDM secara terencana dan berkesinambungan ditujukan untuk kelancaran operasional dan pengembangan industri aluminium, misalnya sebagai technical advisor atau engineer yang mensupervisi berbagai proyek dari perusahaan lain terkait industri aluminium.

Terkait dengan pengelolaan SDM, PT INALUM (Persero) telah mengembangkan dan melaksanakan beberapa strategi, diantaranya:

1. Melakukan pemetaan SDM untuk mewujudkan struktur atau komposisi SDM yang ideal.

2. Mengembangkan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, serta pendidikan formal ke Strata S-2 sesuai kebutuhan perseroan.

3. Menyempurnakan struktur organisasi, termasuk di dalamnya peran dan fungsi serta tanggung jawab dari masing-masing posisi di dalam organisasi.

4. Melaksanakan program kesejahteraan berupa dana pensiun bagi seluruh karyawan tetap

5. Melaksanakan program kesehatan dan keselamatan kerja melalui kegiatan-kegiatan olah raga, seminar kesehatan, perlombaan kesehatan dan keselamatan kerja serta berbagai hiburan bagi karyawan dan keluarga secara rutin.

Gambar 6.1 Distribusi Umur dan Pendidikan Karyawan per 31 Mei 2014 (jumlah karyawan 1.901 orang)

6.1.2 Struktur organisasi

Setelah perubahan status perusahaan menjadi perusahaan perseroan (Persero), struktur organisasi diubah mulai dari level direksi maupun di tingkat departemen ( satu level di bawah direksi) dibuat menjadi lebih lebar sehingga memungkinkan kaderisasi lebih terbuka.

Untuk mewujudkan rencana peningkatan kapasitas produksi dan proyek-proyek pengembangan, dibentuklah satu direktorat baru yaitu Direktorat Pengembangan dan Bisnis yang juga berfungsi untuk menangani kegiatan penjualan dan pemasaran yang semula di dikelola oleh Direktorat Bisnis.

Direktorat Produksi berubah nama menjadi Direktorat Operasi dengan tambahan tugas untuk memastikan beroperasinya PLTA dengan baik yang semula merupakan direktorat tersendiri yaitu Direktorat PLTA. Departmen Logistik dan Departemen Pengadaan yang semula berada di bawah Direktorat Bisnis menjadi masing-masing berada di bawah Direktorat Keuangan dan Direktorat Utama.

Struktur organisasi baru di bawah direktorat mengalami perubahan yang signifikan dimana terjadi penguatan fungsi Legal dan Kepatuhan dan Internal Audit yang semula level seksi menjadi level departemen untuk mengantisipasi dan menjaga agar perubahan lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap operasional PT INALUM berada pada koridor kepatuhan terhadap hukum, perundang-undangan dan tata kelola yang baik dan benar. Selain itu dibentuk departemen dan seksi baru yaitu Departemen Perencanaan Strategis dan Departemen Proyek Pengembangan serta Seksi Pendanaan, Seksi Manajemen Risiko, Seksi Good Corporate Governance (GCG) dan Seksi PKBL untuk mewujudkan visi dan misi PT INALUM.

Sebagai BUMN baru, PT INALUM (Persero) telah menetapkan struktur organisasi baru pada 1 April 2014 seperti tertera pada Gambar 6.2.

Gambar 6.2 Struktur Organisasi PT Inalum

6.1.3 Pemasaran

Pada tahun fiskal 2013, jumlah penjualan Aluminium Ingot meningkat 3,83% dibandingkan tahun fiskal 2012 dari 250.954 Ton menjadi 260.561 Ton.

Sebelum berakhirnya Perjanjian Induk, pemasaran produk aluminium ingot ke Jepang sebesar 60% sementara domestik hanya 40%. Namun setelah menjadi BUMN, penjualan domestik lebih besar daripada penjualan ekspor seperti terlihat dalam Tabel 6.1 berikut.

Tabel 6.1 Perbandingan Penjualan

Sumber: PT INALUM, 2014

6.1.4 Keuangan

Kinerja perusahaan tidak terlepas dari usaha keras perusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan keuntungan di tengah-tengah kondisi perekonomian dunia yang kurang sehat sehingga berdampak terhadap penurunan

Tahun Fiskal 2012 (Apr'12 - Mar'13)

harga aluminium dunia serta kenaikan harga bahan baku utama. Kenaikan jumlah produksi pada akhirnya terkompensasi dengan adanya kondisi tersebut.

Dalam beberapa hal manajemen mampu mengidentifikasi dan mengambil kebijakan sehingga masih mampu memberikan keuntungan kepada perusahaan.

Adapun kinerja perusahaan pada periode 2009-2013 tercermin dalam laporan berikut ini.

Upaya PT INALUM mengoperasikan pabrik pada kapasitas produksi dan penjualan yang tinggi belum dirasakan dampaknya terhadap perolehan laba bersih, karena perkembangan ekonomi global mengalami banyak perubahan terutama setelah krisis ekonomi yang melanda Amerika dan Eropa pada tahun 2008 hingga tahun 2011 membuat permintaan aluminium dunia melemah yang berdampak kepada turunnya harga aluminium dunia sampai saat ini (tahun 2014).

Penurunan harga jual tersebut menyebabkan penurunan laba bersih yang

signifikan pada tahun 2012, demikian juga terhadap peningkatan harga bahan baku alumina dan biaya pembuatan anoda yang bergerak naik mencapai 39% pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2010. Hal tersebut mengakibatkan perjalanan usaha periode 2010-2012 menghadapi tantangan yang berat dimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi bersih dari penjualan mengalami penurunan terutama pada tahun 2012.

Sementara telah terjadi peningkatan laba pada tahun 2013 terutama dipengaruhi oleh penurunan biaya depresiasi sebesar 63% dari tahun 2012 yang disebabkan oleh sebagian besar aktiva yang telah habis masa depresiasinya dan perolehan premiun dari porsi penjualan ekspor. Untuk lebih meningkatkan keuntungan dimasa yang akan datang, perusahaan perlu mengoptimalkan jumlah produksi, meningkatkan efisiensi, diversifikasi dan melakukan pengembangan usaha dalam jangka panjang.

Net Profit Margin

Net Profit Margin (NPM) menunjukkan seberapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Penurunan NPM pada periode 2010-2012 dipengaruhi oleh penurunan laba sebagai akibat dari peningkatan harga bahan baku produksi serta penurunan harga jual aluminium, namun pada 2013 NPM mengalami peningkatan seiring dengan penurunan depresiasi yang signifikan, penerimaan premium, serta hilangnya kewajiban terhadap NAA dan Otorita Asahan.

Return on Equity

Return on Equity (ROE) menginformasikan kemampuan dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak. Secara umum pengembalian atas ekuitas periode 2011-2012 mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan laba pada periode tersebut. Namun ROE tahun 2013 mulai membaik dibandingkan periode sebelumnya yang ditandai dengan peningkatan laba pada tahun tersebut. Kedepannya, nilai daripada ekuitas akan ditingkatkan guna menaikkan ROE.

Return on Asset

Return on Asset (ROA) menginformasikan tingkat pengembalian aset yang digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan. ROA periode 2011-2012 mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh penurunan laba pada periode tersebut. Seiring dengan meningkatnya laba pada 2013, ROA mengalami peningkatan sebesar 168% dari tahun sebelumnya. Kedepannya, produktivitas aset akan ditingkatkan guna menaikkan ROA.

Cash Ratio

Cash Ratio mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menutup kewajiban lancar dari kas dan yang setara dengan kas. Rasio kas tahun 2011 sebesar 693% atau naik 118% dari 2010, sementara tahun 2013 sebesar 1.101%

atau naik 52% dari 2012. Indikator ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya terus mengalami peningkatan.

Kondisi ini disebabkan karena hutang perusahaan telah selesai pada tahun 2011.

Rasio kas yang tinggi tersebut perlu diberdayakan agar lebih produktif, misalnya untuk pengembangan usaha.

Current Ratio

Current ratio menginformasikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.

Current ratio perusahaan pada periode 2011-2012 mengalami peningkatan yang signifikan, namun pada tahun 2013 mengalami penurunan 20% dari tahun sebelumnya menjadi 1.691% yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah kewajiban lancar sebesar 40%.

Collection Period

Collection period menginformasikan kemampuan perusahaan dalam melakukan penagihan piutang dagang dari sejak timbul hingga dapat tertagih dan kembali menjadi setara kas. Collection period tahun 2013 selama 173 hari atau lebih cepat 32 hari dari tahun 2012. Kondisi ini memberi pengaruh positif pada arus kas dari aktifitas operasi.

Inventory Turn Over

Inventory turn over menunjukkan kemampuan perusahaan memutar persediaan menjadi uang kas. Inventory turn over perusahaan periode 2009-2013 cenderung stabil. Kondisi ini menunjukkan bahwa dana yang tertanam dalam persediaan berputar rata-rata 3 kali dalam satu tahun. Hal ini menunjukkan perputaran persediaan perusahaan yang efektif sehingga tidak terjadi penumpukan persediaan.

Total Asset Turn Over

Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari

volume penjualan. Total asset turn over perseroan periode 2010-2013 cenderung mengalami penurunan. Total asset turn over tahun 2013 mengalami penurunan 6% dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan berkurangnya efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

Total Equity to Asset

Total equity to asset merupakan rasio akan penggunaan modal sendiri perusahaan dalam mendanai aset perusahaan. Semakin tinggi total equity to asset maka akan semakin rendah kebutuhan pendanaan eksternal yang diperlukan, begitu pula tingkat beban bunga akan rendah yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan laba. Total equity to asset periode 2011-2013 cenderung stabil berkisar 96%-97% yang menggambarkan efisiennya pola pengelolaan modal sendiri untuk mendanai aset perusahaan yang akan digunakan untuk menghasilkan laba.

6.1.5 Operasional

Dari aspek biaya produksi, posisi PT INALUM (Persero) pada industri aluminium dunia (terkecuali Tiongkok) sangat kompetitif dengan biaya produksi 1.610 US$/T.Al pada 2013. Sementara itu rata-rata biaya produksi industri aluminium dunia adalah 1.900 US$/T.Al. seperti tertera pada Gambar 6.2. Selain biaya produksi yang kompetitif, PT Inalum mendapatkan pengakuan dari internasional dalam pengelolaan pengurangan emisi dengan diterimanya Certificate of Emission Reduction (CER) dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) sebagai satu-satunya perusahaan peleburan Aluminium di dunia yang menerima penghargaan tersebut.

Sumber : Data olahan PT INALUM

Gambar 6.3 Biaya Produksi Rata-Rata Dunia

6.1.6 Penelitian dan Pengembangan

PT Inalum telah melakukan riset internal untuk meningkatkan produktivitas maupun kualitas produk dengan melaksanakan seminar peningkatan teknologi yang dibuat secara reguler untuk mempresentasikan hasil riset yang telah dilakukan oleh masing-masing seksi atau departemen. Salah satu hasil riset dan pengembangan yang terlihat nyata adalah peningkatan kapasitas produksi dari kapasitas terpasang hanya 225.000 ton menjadi 254.000 ton per tahun.

Diantara kegiatan riset dan pengembangan yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 hingga 2014 yaitu:

- Program peningkatan efisiensi turbin dengan merancang desain baru untuk Runner di PLTA Sigura-gura dan Tangga

COGS INALUM 2013 = 1610 $/T.Al

- Modifikasi Busbar untuk meningkatkan line current dari 170 kA menjadi 192 kA dan 210 kA dapat meningkatkan produksi aluminium ingot

Dengan perubahan struktur organisasi setelah menjadi BUMN, Departemen Riset dan Pengembangan dihapuskan dan fungsinya digantikan oleh dua departemen yaitu Departemen Engineering untuk melakukan kajian, modifikasi, optimalisasi dan efisiens pada peralatan guna mendukung peningkatan kapasitas produksi dan Departemen Pengembangan yang akan melaksakan pembangunan PLTU dan smelter baru yang memiliki produktivitas tinggi, serba otomatis, hemat energi dan ramah lingkungan. Saat ini yang menjadi tantangannya adalah kompetensi sumber daya internal untuk dapat menguasai teknologi PLTU yang cukup berbeda dengan PLTA yang sudah ada.

6.1.7 Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen di PT Inalum berbasis komputer yang dapat melakukan semua tugas akuntansi standar bagi semua unit organisasi dengan berbagai sistem aplikasi yang masih terpisah-pisah seperti tertera pada Gambar 6.4.

Sumber : Data olahan PT INALUM

Gambar 6.4 Peta Sistem Informasi PT Inalum

Gambar 6.4 Peta Sistem Informasi PT Inalum

Dokumen terkait