• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian oleh Tiara (2005) yang berjudul “Analisis Perubahan Struktur Ekonomi Dan Basis Ekonomi Propinsi DI Yogyakarta Tahun 1998-2004 (Implementasi Pelaksanaan Otonomi Daerah)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kinerja pembangunan Propinsi DIY yang diindikasikan dengan pergeseran struktur ekonomi, pola pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sektor unggulan antara era sebelum dan pada era otonomi daerah. Metode analisis data yang digunakan antara lain analisis Deskriptif, analisis Shift-Share E-M, analisis LQ. Hasil bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi yang ditunjukkan dengan menurunnya kontribusi sektor primer dan meningkatnya kontribusi kelompok sektor lain. Berdasarkan analisis ShiftShare E-M didapat hasil pergeseran struktur ekonomi

Strategi Perusahaan  Struktur dan Persaingan 

KondisiFaktor KondisiPermintaan

Industri Pendukung Dan Industri Terkait Peran

Pemerinta

Peran Kesempatan

pada era sebelum otonomi daerah sebesar Rp. 614.149,57 juta, sedangkan pada era otonomi daerah sebesarRp. 2.093.742 juta.

2.Penelitian oleh Wibisono (2002) dengan judul “Analisis Penentuan Sektor Basis Kabupaten Nganjuk tahun 1996 – 2000” menjelaskan dengan analisis Reskalling LQ (Locationt Quotient) dan DLQ (Dynamic Location Quotient), sektor basis atau sektor prioritas di Kabupaten Nganjuk tahun 1996 – 2000 adalah sektor pertanian menempati urutan pertama dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,3642 sehingga sektor ini merupakan sektor basis dengan indeks rata-rata terbesar. Urutan kedua ditempati oleh sektor perdagaangan, hotel dan restoran dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,3466 dan yang menempati urutan ketiga adalah sektor jasa-jasa yang memiliki nilai rata-rata sebesar 1,3111. Hal ini menunjukkan ketiga sektor tersebut merupakan sektor basis yang menggambarkan bahwa sektor tersebut memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nganjuk serta sektor ini sudah mampu memenuhi kebutuhan di daerahnya bahkan berpotensi untuk ekspor. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor yang mempunyai potensi menjadi sektor basis di masa yang akan datang dengan menggunakan metode DLQ adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan.

3.Penelitian oleh Yudono (2006) yang berjudul “Penentuan sektor basis pendorong pembangunan wilayah di Kabupaten Banyuwangi” dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ), Coefisien Resuffle (CR), Dynamic Location Quotient (DLQ), dan Skaling didapat hasil penelitian yaitu berdasarkan perhitungan LQ Berdasarkan perhitungan LQ didapat 3 sektor basis, yaitu sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pada tahun 2004 sektor pertanian merupakan sektor basis terbesar dengan nilai LQ 2,5968. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan atau prioritas dan sebagai pendorong dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.

28   

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya

No. Peneliti dan Judul Variabel Metode Hasil Penelitian 1. Penelitian oleh Tiara

(2005) yang berjudul “Analisis Perubahan Struktur Ekonomi Dan Basis Ekonomi Propinsi DI Yogyakarta Tahun 1998-2004 (Implementasi Pelaksanaan Otonomi Daerah)”. Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, PDRB, sub sektor. Metode analisis data yang digunakan antara lain analisis Deskriptif, analisis Shift- Share E-M, analisis LQ.

Hasil bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi yang ditunjukkan dengan menurunnya kontribusi sektor primer dan meningkatnya kontribusi kelompok sektor lain. Berdasarkan analisis ShiftShare E-M didapat hasil pergeseran struktur ekonomi pada era sebelum otonomi daerah sebesar Rp. 614.149,57 juta, sedangkan pada era otonomi daerah sebesarRp. 2.093.742 juta. 2. Penelitian oleh

Wibisono (2002) dengan judul “Analisis Penentuan Sektor Basis Kabupaten Nganjuk tahun 1996 – 2000”. Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, PDRB, sub sektor. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Reskalling LQ(Locationt Quotient) dan DLQ (Dynamic Location Quotient). Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor yang mempunyai potensi menjadi sektor basis di masa yang akan datang dengan menggunakan metode DLQ adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan.

3. Penelitian oleh Yudono (2006) yang berjudul “Penentuan sektor basis pendorong pembangunan wilayah Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, Menggunakan analisis Location Quotient (LQ),Coefisien

hasil penelitian yaitu berdasarkan

perhitungan LQ Berdasarkan perhitungan LQ

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dan penelitian sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama meneliti sektor basis dengan menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi, PDRB, dan sub sektor. Metode analisis yang digunakan juga sama dengan menggunakan metode analisis LQ.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini tidak hanya meneliti sektor basis, tetapi juga meneliti sektor unggul di daerah untuk masa yang akan datang dengan menggunakan metode analisis DLQ. Selain itu, sektor ini juga meneliti pergeseran struktur ekonomi dan potensi daya saing wilayah dengan menggunakan metode analisis Shift Share dan analisis Porter’s Diamond.

di Kabupaten Banyuwangi”. PDRB, sub sektor. Resuffle (CR), Dynamic Location Quotient (DLQ), dan Skaling. didapat 3 sektor basis, yaitu sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pada tahun 2004 sektor pertanian merupakan sektor basis terbesar dengan nilai LQ 2,5968. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan atau prioritas dan sebagai pendorong dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.

30   

2. 3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menunjukkan alur berfikir secara konseptual, terfokus pada satu tujuan dilaksanakannya suatu penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam proses penelitian. Kerangka konseptual dapat diturunkan dari masalah dalam penelitian dan kebijakan-kebijakan yang dapat mengatasi masalah tersebut, kemudian diturunkan kedalam metode analisis yang digunakan dalam penelitian dan akhirnya akan mendapatkan hasil dari penelitian tersebut. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Ketertinggalan Pulau

Pembangunan Jembatan Suramadu

Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Dari Sisi Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Bangkalan

AnalisisLQ dan DLQ

Analisis Porter’s Diamond

Hasil Analisis Sektor BasisDan Potensi Daya Saing Wilayah Kab.Bangkalan Pasca

Berdirinya Jembatan Suramadu Analisis Shift

Dokumen terkait