BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Pohan (2012) dalam studi penelitiannya mengenai “Analisis Lokasi Pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Pematangsiantar Dalam Rangka Meraih Bonus Demografi”. Variabel yang diteliti adalah sebaran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis potensi wilayah dan penentuan lokasi pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Pematangsiantar dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis location quotient (LQ) dan analisis gravitasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa jumlah unit SMK di Kota Pematangsiantar sebanyak 36 unit SMK yang terdiri dari 3 SMK Negeri dan 33 SMK Swasta, dengan tingkat penyebaran tidak merata yaitu 4 unit SMK di Kecamatan Siantar Marihat; 4 unit SMK di Kecamatan Siantar Marimbun, 7 unit SMK di Kecamatan Siantar Selatan, 7 unit SMK di Kecamatan Siantar Barat, 5 unit SMK di Kecamatan Siantar Utara, 7 unit SMK di Kecamatan Siantar Timur., 1 unit SMK di Kecamatan Siantar Martoba, dan 1 unit SMK di Kecamatan Siantar Sitalasari. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor listrik, gas dan air, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Pematangsiantar dan diprioritaskan dalam
pengembangan SMK berbasis potensi wilayah sektor basis, dengan sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai prioritas pertama karena memiliki nilai rata- rata LQ paling tinggi di antara sektor basis yang lain. Penentuan lokasi pendirian SMK di Kota Pematangsiantar dalam rangka meraih bonus demografi berdasarkan analisis interaksi atau gravitasi dalah kecamatan memiliki nilai daya tarik rendah yaitu Kecamatan Siantar Sitalasari karena memiliki luasan wilayah kecamatan terluas di Kota Pematangsiantar dan hanya memiliki 1 SMK Swasta.
Sokib dan Wiraawan (2010) dalam studi penelitiannya mengenai “Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pengembangan Komptenesi Keahlian Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Gresik”. Variabel yang diteliti adalah program pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dunia kerja maka perlu penentuan Kopetensi Keahlian yang sesuai dengan kebutuhan sektor industri di Wilayah Gresik dan juga perlu ditentukan keberadaannya untuk dapat melayani warga di wilayah tersebut. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kebutuhan SMK untuk mengetahui kebutuhan SMK kelompok teknologi dan industri. Untuk menentukan lokasi Kompetensi keahlian SMK dilakukan beberapa tahapan analisis yaitu AHP untuk menentukan nilai pembobotan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi Kompetensi keahlian SMK, analisis Super Impose (GIS) untuk mengetahui lokasilokasi yang sesuai untuk pendirian SMK dan Analisis Scoring untuk mentukan lokasi Kompetensi keahlian SMK paling ideal. Hasil analisis menunjukkan bahwa di Gresik Selatan kekurangan 4 Lokasi kompetensi keahlian SMK Kelompok Teknologi Industri. Adapun lokasi empat kompetensi keahlian SMK tersebut adalah
2 Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Driyorejo yaitu di Desa Banjaran dan Desa Petikan. Satu Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Wringinanom yaitu di Desa Sumberame. Satu Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Menganti yaitu di Desa Domas.
Karyono (2009) dalam studi penelitiannya “Penentuan Lokasi SMK di Banyuwangi Dengan Menggunakan Analisis Multi Kriteria AHP (Analytic
Hierarchy Process )”. Variabel yang diteliti adalah sebaran sekolah tingkat SD,
SMP, dan SMA, serta SMK dengan menggunakan analisis spasial, analisis kurva kumulatif dan penentuan lokasi SMK dengan menggunakan analisis AHP (Analytic
Hierarchy Process). Berdasarkan analisis spasial dan analisis kumulatif terhadap
sebaran sekolah di Kabupaten Banyuwangi dapat disimpulkan bahwa sebaran sekolah tingkat Sekolah Dasar sudah merata, tingkat sekolah Menengah Pertama cukup merata, tingkat Skolah Menengah Atas cukup merata, sedangkan untuk Sekolah Menengah Kejuruan kurang merata. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode AHP (Analytic Hierarchy Process), maka diketahui bahwa ada 8 kriteria dominan yang mempengaruhi pemilihan lokasi pembangunan SMK. Kriteria tersebut secara berurut, yaitu : Angka Partisipasi Kasar (APK), Penduduk, Tingkat Pelayanan, Kedekatan Praktek, Aksesibilitas, Jumlah Lulusan, Ketersediaan Sarana, dan Kondisi Geografis. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan AHP dan Skoring tiap-tiap kecamatan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prioritas pembangunan SMK baru di Kabupaten Banyuwangi adalah di Kecamatan Banyuwangi, kemudian Kecamatan Muncar, Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Sempu, dan Kecamatan Gambiran.
Miarsih (2009) dalam studi penelitiannya “Kajian Penentuan lokasi Gedung SD-SMP Satu Atap Di Kabupaten Demak. Variabel yang diteliti adalah penentuan lokasi Gedung SD-SMP Satu Atap di Kabupaten Demak. Kriteria yang digunakan dalam penentuan lokasi adalah sesuai dengan pedoman pelaksanaan SD-SMP Satu Atap Tahun 2006 yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Nasional. Metode pendekatan yang digunakan adalah ketersediaan dan kebutuhan sarana pendidikan, pengaruh karakteristik penduduk terhadap tingkat partisipasi pendidikan dan persebaran pengguna sarana pendidikan dan aksesibilitas penduduk terhadap pelayanan sarana pendidikan. Analisis yang digunakan meliputi analisis ketersediaan dan kebutuhan sarana pendidikan, analisis sebaran penduduk terhadap lokasi sarana pendidikan di Kabupaten Demak, analisis karakteristik penduduk dan analisis kesesuaian lokasi SD-SMP Satu Atap pada tiap kecamatan di Kabupaten Demak. Teknik analisis yang digunakan adalah alat analisis perbandingan dan analisis statistik deskriptif. Hasil dari studi ini adalah menentukan Desa Wedung Kecamatan Wedung sebagai lokasi yang memiliki ketersediaan sarana dan prasana yang cukup sesuai dengan standar minimal sarana prasarana untuk dijadikan lokasi SD-SMP Satu Atap.
Mirza (2008) dalam studi penelitiannya mengenai Pengembangan Sekolah Kejuruan Berbasis Potensi Pengembangan Wilayah di Kabupaten Brebesa. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah ; Mengidentifikasi potensi, kondisi dan masalah kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan kejuruan, kekuatan ekonomi wilayah dan kebutuhan angkatan kerja, menganalisis keseluruhan hasil identifikasi tersebut di atas sebagai dasar kelayakan penetapan lokasi dan jenis sekolah
kejuruan yang akan dikembangkan. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis kualitatif, menggunakan prinsip komponen analisis, merupakan reduksi data primer pendidikan dan data sekunder pendidikan. Metode yang dipakai untuk analisis pengembangan potensi wilayah adalah dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ), pada analisis potensi pendidikan analisis yang digunakan adalah Principal Component Analysis (PCA) dengan alat Software Statistik Minitab. Nilai skor kedua potensi tersebut dilakukan urutan prioritas kebutuhan sekolah kejuruan, Hasil temuan diperoleh adalah nilai kebutuhan terendah yaitu merupakan prioritas dibangunnya sekolah kejuruan baru dengan program jurusan yang sesuai dengan pengembangan potensi wilayah. Hasil penelitian disimpulkan dan direkomedasikan untuk dipakai sebagai dasar penetapan kebijakan program pembangunan bidang pendidikan selanjutnya dalam upaya peningkatan SDM yang sesuai dengan program pengembangan potensi wilayah melelui sekolah kejuruan.