• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Penelitian Terdahulu

Andi Irawan (2000), meneliti tentang Analisis Penawaran dan Permintaan Beras di Luar Jawa. Tujuan utama penelitian ini adalah menganalis penawaran dan permintaan beras luar Jawa dan prospek kawasan ini dalam mendukung swasembada beras dengan menggunakan model persamaan simultan. Model ini terdiri atas sub model; produksi, konsumsi dan perdagangan. Hasil penelitian menunjukkan Pertama, Perilaku areal panen padi di luar Jawa ternyata hanya dipengaruhi oleh harga padi. Walaupun demikian elastisitas areal panen terhadap harga padi adalah inelastis.

Fenomena ini menunjukkan harga padi akan mendorong petani meningkatkan produksi padi melalui peningkatan areal (ekstensifikasi), bukan melalui peningkatan produktivitas (intensifikasi) karena harga padi tidak signifikan pengaruhnya terhadap produktivitas padi. Kedua, Produksi beras luar Jawa tidak signifikan pengaruhnya terhadap impor beras menunjukkan produksi beras di luar Jawa belum mampu menjadi kontributor yang signifikan dalam mengurangi impor beras nasional. Hal ini menunjukkan luar Jawa belum berperan besar sebagai pensuplai beras nasional. Ketiga, Permintaan beras di luar Jawa tidak dipengaruhi oleh harga beras tetapi sangat ditentukan oleh jumlah penduduknya. Hal ini menunjukkan permintaan beras luar Jawa di masa mendatang akan semakin meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk luar Jawa. Keempat, Harga padi di luar Jawa sangat ditentukan oleh harga dasar namun respon (elastisitas) harga padi terhadap harga dasar adalah inelastis (kurang dari satu), dan kelima, harga beras eceran luar Jawa dipengaruhi oleh harga dasar dan harga padi dengan nilai elastisitas harga beras eceran terhadap harga dasar dan harga padi itu adalah inelastis.

Andi Mulyana (2003), Penetapan Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Sumatera Selatan dari Perspektif Pasar Monopoli Bilateral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dalam rentang harga hasil pendekatan pasar monopoli bilateral, dalam pengertian apakah telah memberikan perlindungan kepada petani dan mendekati harga yang mencerminkan kekuatan tawar menawar yang seimbang, atau lebih mengarah pada harga monopsonis, atau malah mengarah pada harga monopoli.

Tiga pola perusahaan inti rakyat (PIR) menjadi sampel untuk dikaji kondisi dan datanya (1998-2002) dalam penelitian ini, yaitu PIR Transmigrasi manajemen swasta dan BUMN, dan PIR-KUK. Alat analisis yang digunakan adalah model ekonometrika persamaan tunggal permintaan dan penawaran TBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga TBS ketetapan Pemerintah Daerah telah melindungi petani plasma dari kemungkinan penerapan harga pasar monopsoni yang dapat terjadi tanpa intervensi kebijakan tersebut. Namun tingkat harga TBS tersebut dalam perspektif pasar monopoli bilateral, di mana KUD merepresentasikan petani sebagai monopolis, masih cenderung lebih dekat ke harga monopsonis. Hal ini juga mencerminkan lebih kuatnya posisi tawar perusahaan inti ketimbang petani, dan posisi harga TBS sebagai turunan harga CPO dunia. Diperlukan komitmen dan upaya yang lebih serius oleh kedua pihak untuk meningkatkan kerjasama kemitraan dalam rangka mendapatkan harga TBS yang lebih adil.

Ramli (2000), meneliti tentang Analisis Efisiensi Ekonomi Usaha PIR Lokal dalam Penggunaan Faktor Produksi (Studi Kasus Kebun Kelapa Sawit Petani Anggota KUD Harapan Tani Sei Lambat Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat), berdasarkan pengujian dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas, hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani kelapa sawit tidak serempak mempengaruhi peningkatan hasil produksi. Luas lahan dan pemakaian pupuk urea mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat produksi secara nyata, pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan tenaga kerja dan

pemakaian bahan seperti pestisida, pupuk TSP dan KCI mempunyai pengaruh yang negatif terhadap tingkat produksi secara tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95%.

Silvi CH Sumianti (2007) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kuantitas Ekspor Komoditi Pertanian Indonesia: Minyak Sawit, Karet Alam dan Kakao (1971-2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor komoditi pertanian (minyak sawit, karet alam dan kakao) dari Indonesia dengan sistem persamaan dengan menggunakan Engle-Grenger dan Johansen co-integration untuk melihat hubungan keseimbangan jangka panjang serta prosedur model koreksi kesalahan (error-correction model) untuk melihat efek dinamik dan kecepatan penyesuaian dalam jangka pendek. Hasil dari Engle-Grenger dan Johansen co-integration menunjukkan bahwa terdapat kointegrasi pada ketiga model penawaran kuantitas komoditi pertanian tersebut. Uji kointegrasi juga menunjukkan pengaruh produksi, harga relatif, nilai tukar dan PDB nasional terhadap penawaran kuantitas ekspor minyak sawit, karet alam dan kakao dalam jangka panjang, di mana dalam jangka panjang produksi memberi pengaruh yang positif dan nyata untuk karet alam dan kakao, namun tidak memberi pengaruh nyata untuk minyak sawit. Harga relatif dalam jangka panjang memberi pengaruh yang positif dan nyata untuk minyak sawit dan kakao, namun tidak untuk karet alam. Sementara nilai tukar dalam jangka panjang memberi pengaruh yang positif dan nyata untuk karet alam dan kakao, namun tidak memberi pengaruh nyata untuk minyak sawit. Sedangkan PDB nasional memberi pengaruh yang positif dan nyata dalam jangka panjang kakao, namun tidak memberi pengaruh nyata untuk untuk minyak

sawit dan karet alam. Dengan error correction model (ECM) dapat diketahui pengaruh lag kuantitas ekspor masing-masing komoditi, produksi, harga relatif, nilai tukar dan PDB nasional terhadap penawaran kuantitas ekspor minyak sawit, karet alam dan kakao, serta dummy kebijakan pemerintah terhadap penawaran minyak sawit dalam jangka pendek. Lag kuantitas ekspor atau kuantitas ekspor sebelumnya untuk minyak sawit dan kakao memberi pengaruh yang positif dan nyata untuk kuantitas ekspor minyak sawit dan karet alam berikutnya, sementara kuantitas ekspor karet alam sebelumnya tidak memberi pengaruh yang nyata. Produksi dalam jangka pendek memberikan pengaruh yang positif dan nyata untuk kuantitas ekspor karet alam dan kakao, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata untuk minyak sawit. Sementara harga relatif dalam jangka pendek memberi pengaruh yang positif dan nyata untuk kuantitas ekspor untuk minyak sawit, karet alam, dan kakao. Demikian juga nilai tukar dalam jangka pendek memberi pengaruh yang positif dan nyata ketiga komoditi pertanian tersebut. Sedangkan PDB nasional dalam jangka pendek memberi pengaruh yang positif dan nyata untuk kuantitas ekspor kakao, namun PDB nasional tidak memberi pengaruh yang nyata untuk kuantitas ekspor minyak sawit dan kakao. Sementara, dummy kebijakan pemerintah memberi pengaruh yang negatif dan nyata terhadap kuantitas ekspor minyak sawit. Signifikansi secara statistik dari koreksi kesalahan (error-correction term) jangka pendek untuk minyak sawit dan karet alam memvalidasi adanya hubungan jangka panjang dan jangka pendek.

Dokumen terkait