• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkebunan

2.6. Penelitian Terdahulu

Situmorang (2010), melakukan penelitian untuk mengetahui keadaan ekspor karet alam Sumatera Utara dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan analisis path dan berfokus pada studi pengaruh variabel kurs, inflasi, dan harga karet alam ekspor Sumatera Utara terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara melalui produksi karet alam. Hasil analisis menunjukkan bahwa kurs, inflasi, harga karet alam ekspor secara bersama-sama berpengaruh nyata positif terhadap produksi karet alam Sumatera Utara. Secara parsial, kurs memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi karet alam Sumatera Utara sedangkan inflasi dan harga karet alam ekspor memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap produksi karet

alam Sumatera Utara. Kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi karet alam ekspor berpengaruh positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Secara parsial, kurs, harga karet alam ekspor, produksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara dan inflasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Secara bersama-sama, kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi karet alam berpengruh nyata terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara.

Putra (2011), melakukan penelitian pengaruh nilai tukar rupiah, harga pupuk kelapa sawit, luas lahan kelapa sawit, dan harga ekspor minyak kelapa sawit terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Utara. Data penelitian diestimasi

dengan menggunakan regresi linier berganda dengan memakai metode Ordinary Least

Square. Hasil penelitian menunjukkan nilai tukar Rupiah, harga pupuk kelapa sawit, luas lahan kelapa sawit, dan harga ekspor minyak kelapa sawit memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Utara, dan luas lahan memiliki pengaruh paling dominan.

Sumanjaya (2005), yang menganalisis faktor-faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia, menunjukkan bahwa ekspor dan investasi memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara nilai tukar yang meningkat tajam, justru mempunyai hubungan yang negatif dan bahkan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Inflasi sering meningkat sejalan dengan kebijaksanaan. Keseluruhan faktor di atas memberikan pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi.

Mahendra (2006), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Hasil analisis menunjukkan bahwa

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial variabel ekspor dan variabel investasi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Sedangkan variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

Nensy (2005), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Penelitian membahas tentang pengaruh ekspor, investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ekspor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, sedangkan variabel investasi dan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Hal ini disebabkan karena investasi yang terjadi jumlahnya sedikit dan pengeluaran pemerintah untuk menyeimbangi pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga sangat besar. Dimana secara bersama-sama ketiga variabel tesebut mampu memberikan penjelasan tingkat variasi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebesar 70,6% sedangkan sisanya 29,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.

Zai (2008), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor karet Sumatera Utara (periode 1997 – 2006). Berdasarkan hasil analisis data volume ekspor karet Sumatera Utara disimpulkan variabel nilai free of broad (FOB), produksi perkebunan karet rakyat dan total produksi PTPN II, PTPN III dan PTPN IV mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara. Ketiga variabel memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara. Nilai koefisien determinasi adalah 0,774 sehingga dapat diartikan bahwa volume ekspor karet Sumatera Utara 77,4% dipengaruhi oleh nilai

free of broad (FOB), produksi perkebunan karet rakyat dan total produksi PTPN II, PTPN III dan PTPN IV 77,4% sedangkan 22,6 % lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

Bakara (2005), melakukan analisis tentang pengaruh intervensi BI dalam menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis jalur dapat diambil kesimpulan bahwa suku bunga SBI, Giro Wajib Minimum dan nilai tukar Rupiah secara parsial dan simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah. Penetapan suku bunga SBI dan Giro Wajib Minimum yang terlalu tinggi ditetapkan Bank Indonesia akan mengakibatkan suku bunga pinjaman pada bank-bank umum juga tinggi. Hal ini akan mengurangi iklim investasi dan loanable funds

yang diberikan kepada masayarakat. Kestabilan nilai tukar Rupiah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dilihat pada krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah telah menyebabkan mempengaruhi keadaan moneter dalam negeri serta mengganggu seluruh aktifitas perekonomian Indonesia. Krisis nilai tukar Rupiah telah menyebabkan harga barang-barang dan jasa meningkat secara tajam, laju inflasi yang tinggi, fungsi sektor perbankan sebagai intermediary financial terganggu, sektor produksi terhambar sehingga jumlah pengangguran meningkat, yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional mengalami penurunan.

Afifuddin, dkk (1994) penelitiannya menganalisis faktor yang mempengaruhi respon pekebun dalam menentukan keputusan untuk investasi. Dengan melihat hubungan faktor harga kelapa sawit, harga karet, anggaran pembangunan pemerintah untuk kelapa sawit dan harga faktor produksi, masing-masing pada waktu masa

penanaman kelapa sawit dengan menggunakan model luas lahan. Temuan mereka, luas lahan menghasilkan dipengaruhi oleh harga minyak kelapa sawit, investasi dan tingkat upah buruh masing-masing time lag 4 tahun. Investasi dan tingkat upah, masing-masing bermakna pada tingkat keyakinan 95% dan 99%. Harga minyak kelapa sawit tidak signifikan dimasukkan kaerena hubungan sesuai teori.

Dokumen terkait