• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya

sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan

tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat (Wijaya, 2009:9). Menurut Arikunto (2006:2-3), terdapat

tiga kandungan isi PTK (Classroom Action Research), yaitu; penelitian, tindakan, dan kelas:

a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

c. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada bagian pengertian ruang tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti, yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam kurun waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.

Menurut Masnur Muslich (2011:12-14), karakteristik PTK

adalah sebagai berikut:

a. Masalah PTK berasal dari guru.

b. Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran. c. PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif.

d. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

e. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian tindakan kelas adalah

penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri

untuk memperbaiki pembelajaran, menjembatani kesenjangan antara

teori dan praktik untuk memunculkan adanya perbaikan dalam

proses belajar mengajar di kelas.

2. Prinsip PTK

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:7-11), beberapa prinsip

PTK antara lain sebagai berikut:

a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Hal ini dikarenakan bila dalam penelitian dilakukan perubahan, atau terjadi pada situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin sama dengan bila dilakukan saat situasi wajar.

b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa manusia tidak suka hal-hal yang statis, tetapi selalu ingin sesuatu yang lebih baik. Dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela,dengan senang hati, karena menunggu hasilnya lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan.

c. SWOT sebagai dasar berpijak

Dengan berpijak pada SWOT, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.

d. Upaya empiris dan sistematik

Prinsip keempat ini adalah penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistematik, berpijak

pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.

e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan Tindakan yang dipilih peneliti harus : 1) Khusus spesifik, tidak terlalu luas.

2) Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi, dan kesulitan bentuk lain.

3) Dapat diterima oleh subyek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan, dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.

4) Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subyek yang dikenai tindakan.

5) Tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya, yaitu kapan dapat dilihat hasilnya.

3. Tahap PTK

Menurut Arikunto (2006:17-20), PTK memiliki beberapa alur

atau tahap yaitu:

a. Menyusun rancangan tindakan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang melakukan pengamatan proses jalannya tindakan.

b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah pada tahap ini pelaksana harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berperilaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan yang dimaksud semula.

c. Pengamatan (observing)

Dalam tahap ini berisi pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebenarnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan. Karena seharusnya pengamatan dilakukan ketika tindakan dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

d. Refleksi (reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata

bahasa Inggris reflection, yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

Menurut Arikunto (2006:17-20), siklus tahapan penelitian

tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas

4. Syarat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto (2006:23-24), ada beberapa syarat yang

harus diperhatikan dalam melakukan PTK:

a. PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. PTK oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan terus menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi. c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya

dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan- kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya.

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan Pelaksanaan Refleksi SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Refleksi ?

d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.

e. Penelitan harus benar-benar disadari oleh peneliti maupun pihak yang menjadi pelaku. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan dengan rencana yang ada.

f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.

5. Instrumen PTK

Instrumen yang diperlukan dalam PTK dari sisi hal yang

diamati menurut Reed dan Bergemen (http://ptkguru.wordpress.com

/2008/05/11/-penelitian-tindakan-kelas-bentuk-dan-skenario tinda

kan-serta-pengembangan-instrumen-untuk-mengukur-keberhasilan-

tindakan) adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan terhadap perilaku guru (observing teacher)

Instrumen observasi terhadap perilaku guru salah satunya adalah catatan anekdotal. Catatan anekdotal memfokuskan hal- hal spesifik yang terjadi dalam kelas. Catatan anekdotal terhadap perilaku guru ini berisikan bagaimana guru menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas.

b. Pengamatan terhadap kelas (observing classroom)

Observasi terhadap kelas dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal kelas yang meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas. c. Pengamatan perilaku siswa (observing students)

Observasi terhadap siswa dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal perilaku siswa. Masing-masing individu dapat diamati secara individual maupun kelompok pada saat sebelum, saat berlangsung dan sesudah penelitian tindakan kelas.

d. Wawancara

Wawancara digunakan untuk melengkapi data hasil observasi. Wawancara dapat dilakukan kepada guru dan siswa. Metode wawancara ini membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data yang jelas.

6. Sasaran atau Objek PTK

Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan dirancang

sebelumnya, maka objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif

dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa

gerak (Arikunto, 2006:24). Secara lebih lanjut Arikunto (2006:25-

26) menjabarkan objek dan sasaran PTK sebagai berikut :

a. Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium/bengkel, maupun ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.

b. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, terutama cara guru memberi bantuan kepada siswa, ketika sedang membimbing siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.

c. Unsur materi pelajaran, dapat dicermati dalam GBPP dan yang sudah dikembangkan dalam Rencana Tahunan, Rencana Semesteran, dan Analisis Materi Pelajaran.

d. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium.

e. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian.

f. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa dirumahnya.

g. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.

7. Manfaat PTK

Manfaat yang dapat diperoleh dari PTK menurut Susilo

(2007:18) antara lain:

a. Inovasi pembelajaran.

b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas.

c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.

Di samping itu, ada manfaat lain yang diperoleh guru dalam

menerapkan pembelajaran kooperatif (Mulyasa, 2009:17):

a. Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran.

b. Guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul.

c. Melalui PTK guru akan terlatih untuk mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah.

d. Kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru.

Berdasarkan pendapat dua tokoh tersebut dapat disimpulkan

bahwa manfaat dari pembelajaran kooperatif adalah menghasilkan

inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, meningkatkan

profesionalitas guru, dan meningkatkan kemampuan reflektif guru.

Dokumen terkait