• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian yang Berkaitan dengan Topik Skripsi ini

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 41-79)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Penelitian yang Berkaitan dengan Topik Skripsi ini

Furi (2007) mengadakan penelitian tentang persepsi siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 tentang keterampilan mendengarkan aktif ibunya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 berpandangan bahwa keterampilan mendengarkan

aktif ibunya masih kurang tinggi.

Sarianne (2008) mengadakan penelitian tentang persepsi keterampilan mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan kegiatan bimbingan. Sampel dalam penelitian tersebut adalah seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

keterampilan mendengarkan aktif sebagian besar siswa kelas X SMA

Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 belum setinggi yang diharapkan atau masih kurang dan perlu ditingkatkan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Sugiyono (2009: 6) menyebutkan bahwa metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu secara alamiah (bukan buatan).

Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data dari subjek. Metode ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stela Duce Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

B. Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Siswa kelas X SMA Stela Duce Yogyakarta terdiri dari lima pararel kelas, yaitu XA 30 siswa, XB 29 siswa, XC 30 siswa, XD 29 siswa dan XE 29 siswa. Semua anggota populasi dijadikan subyek penelitian. Karena itu penelitian ini termasuk penelitian populasi. Rincian jumlah siswa masing-masing kelas disajikan dalam tabel 1.

28

Tabel 1

Rincian Jumlah Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013

Kelas Jumlah Siswa

Xa 30

Xb 29

Xc 30

Xd 29

Xe 29

Total siswa 147

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya (Furchan. 2007: 46). Kuesioner ini dikembangkan dari aspek-aspek kemampuan mendengarkan aktif yang meliputi: (1) kemampuan memahami/mengungkapkan kembali ide/fakta/pendapat/pikiran (pribadi, belajar, karier, sosial); (2) kemampuan memahami perasaan (amarah, kesedihan, rasa takut, kesenangan, cinta, rasa heran, kejijikan, malu).

Kuesioner disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada teknik penyusunan skala Guttman yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti, sehingga terdiri dari empat alternatif tanggapan, tanggapan yang paling tepat

diberi skor 1 dan tanggapan yang kurang tepat diberi skor 0 (Djaal dan Mulyono, 2007).

D. Validitas dan Reliabilitas 1. Pengujian Validitas

Validitas yaitu suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2012: 131). Validitas digunakan untuk mengetahui kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data yang valid. Instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dan mampu mengungkap data yang diteliti secara tepat.

Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat

pengujian isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2012: 132). Penelaahan butir-butir pada instrumen

dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A, salah satu dosen bimbingan dan konseling yaitu A. Setyandari, S.Pd, Psi, M.A dan Guru Bimbingan dan Konseling SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yaitu V. Siwi Sridinarti, S.pd. Setelah instrumen ditelaah, disadarilah bahwa perlu dilakukan perbaikan pada instrumen agar setiap komentar yang dibuat mudah dipahami. Perbaikan juga terdapat pada kata pengantar dan petunjuk agar mudah dipahami oleh responden.

Setelah diperoleh expert judgment, kuesioner diujicobakan. Untuk menguji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 17.0 dengan metode Split-half, karena skala yang digunakan merupakan skala dikotomi. Suatu instrument di katakana valid, jika mempunyai nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai r kritis sebesar 0,30. Apabila koefisien validitas tersebut kurang dari 0,30 dianggap tidak valid (Azwar, 2012: 143).

Dari uji coba diketahuilah bahwa dari 40 item pernyataan, ada 6 item yang mempunyai koefisien validitas kurang dari nilai r kritis sebesar 0,30 yaitu item nomor 3, 6, 8, 15, 23 dan 28. 34 item temasuk valid karena mempunyai koefisien validitas > 0,30. Item-item yang gugur tidak dipakai dalam pengambilan data sesungguhnya. Kisi-kisi instrumen yang final disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta 2012/2013

(Final)

No Aspek-aspek kemampuan Indikator Pernyataan Jumlah

ide/fakta/pendapat/pikiran Sosial 10,11,12,13,27,35 7

,36

2 Mampu Amarah 14,9, 2

memahami/mengungkapkan Kesedihan 15,30 2

2. Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan kestabilan dan konsistensi hasil instrumen atau alat ukur, sehingga nilai yang diukur tidak berubah (Arikunto, 2010: 231). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Guttman Split-half dengan program SPSS for windows versi 17,0. Dari pengujian diperoleh nilai reliabilitas Guttman Split-half sebesar 0,829. Nilai ini menunjukkan bahwa kuesioner

mendengarkan aktif termasuk reliabel karena lebih besar dari 0,7 (Ghozali, 2011: 47).

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan

Pada tahap peneliti melakukan beberapa usaha sebagai persiapan melakukan penelitian, yaitu:

a. Menyusun kuesioner tentang kemampuan mendengarkan aktif.

b. Menentukan responden yaitu siswa kelas kelas X A SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 sebagai subjek uji coba dan siswa kelas X B, C, D dan E SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 sebagai subjek penelitian.

c. Meminta ijin untuk melakukan uji coba maupun penelitian kepada pihak sekolah.

d. Pengujian instrumen oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi pada saat bimbingan dan guru BK SMA Stela Duce 2 Yogyakarta.

e. Menghubungi pihak SMA Stela Duce Yogyakarta untuk meminta ijin melaksanakan uji coba kuesioner pada para siswa kelas X.

f. Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner dengan melakukan uji coba kuesioner kepada para siswa kelas kelas X A SMA

Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 15 Mei 2013.

g. Menganalisis data uji empirik dengan memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner kemampuan mendengarkan aktif dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows Versi 17.0 dengan metode split-half.

h. Menghubungi pihak SMA Stela Duce 2 Yogyakarta untuk meminta ijin melaksanakan penelitian pada para siswa kelas X.

2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Kuesioner yang telah diujicobakan digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pengisian kuesioner dilaksanakan pada para siswa kelas X SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 28-30 Mei 2013. Penyebaran kuesioner penelitian dilakukan oleh peneliti dan dibantu guru BK. Saat pelaksanaan penelitian, peneliti membagikan kuesioner kepada siswa dan menjelaskan maksud dari penelitian. Peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner tersebut. Kemudian peneliti mempersilahkan siswa mengisi kuesioner. Saat mengisi kuesioner siswa terlihat serius, suasana kelas tenang. Siswa mengatakan bersemangat membaca dan mengisi, karena model kuesioner yang diisi merupakan model baru. Siswa baru pertamakali mengisi kuesioner dengan model yang peneliti pakai. Keseriusan juga terlihat dari cara mereka bertanya apakah diperbolehkan mengganti jawaban. Siswa diperbolehkan mengganti jawabannya apabila merasa kurang yakin dengan jawaban yang

pertama. Pada saat penelitian kuesioner yang dibagikan berjumlah 147 eksemplar dan kembali sebanyak 132 eksemplar.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean, standar deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah ditentukan penulis. Langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa keabsahan administrasi hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut.

2. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi 0.

3. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing item kuesioner dan skor rata-rata subjek.

4. Mengkategorikan subjek yang berpedoman pada penjelasan menurut Azwar (2012: 148).

Adapun kategorisasi kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 secara keseluruhan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: jumlah item 34; nilai tertinggi: 1x34=34, nilai terendah: 0x34=0, sehingga luas jarak sebenarnya: 34-0=34. Dengan demikian satuan deviasi standarnya adalah

34/6=5,7 dan mean teoritisnya adalah (34+0)/2=17. Kategorisasi kemampuan mendengarkan aktif siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3

Kategori Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

No Formula Kategori Rentang skor Keterangan

1 X < [µ - 1,5σ] 0 – 8,45 Sangat Kurang Mampu

2 [µ - 1,5σ] < X < [µ - 0,5σ] 8,46 – 14,15 Kurang Mampu 3 [µ - 0,5σ] < X < [µ + 0,5σ] 14,16 – 19,85 Cukup Mampu 4 [µ + 0,5σ] < X < [µ + 1,5σ] 19,86 – 25,55 Mampu

5 [µ + 1,5σ] < X 25,56 - 34 Sangat Mampu

Sumber: Azwar (2012: 148)

5. Menyajikan hasil olahan data dalam bentuk tabel “penggolongan kemampuan mendengarkan aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.” Tabel ini menjadi dasar untuk melihat hasil penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Hasil penelitian mengenai kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013, (2) Pembahasan hasil penelitian.

A. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Dari pengolahan data, diperoleh hasil mengenai kemampuan siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan aktif, seperti yang ditampilkan pada tabel 4.

Tabel 4

Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

No Rentang Skor Kategori Kemampuan Jumlah Persentase Mendengarkan Aktif Siswa

Siswa

1 0 – 8,45 Sangat Kurang Mampu 13 12,38

2 8,46 – 14,15 Kurang Mampu 29 27,62

3 14,16– 19,85 Cukup Mampu 19 18,10

4 19,86– 25,55 Mampu 43 40,95

5 25,56- 34 Sangat Mampu 1 0,95

105 100,00

Dari tabel 4 tampak bahwa :

1. Ada 13 siswa (12,38%) yang sangat kurang mampu dalam mendengarkan aktif.

37

2. Ada 29 siswa (27,62%) yang kurang mampu dalam mendengarkan aktif.

3. Ada 19 siswa (18,10%) yang cukup mampu dalam mendengarkan aktif.

4. Ada 43 siswa (40,95%) yang mampu dalam mendengarkan aktif.

5. Ada 1 siswa (0,95%) yang sangat mampu dalam mendengarkan aktif. Dengan memperhatikan banyaknya siswa yang termasuk cukup mampu,

kurang mampu dan yang sangat kurang mampu, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang mampu mendengarkan aktif.

B. Pembahasan

Sudah dikemukanan di atas bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang mampu dalam mendengarkan aktif. Ada beberapa dampak atau akibat yang dapat timbul apabila siswa kurang mampu dalam mendengarkan aktif. Pertama, siswa dapat mengalami kesulitan. Siswa yang kurang mampu dalam mendengarkan aktif cenderung tidak teliti dalam memperhatikan petunjuk, saran, peringatan, sehingga dapat mengalami kesulitan atau masalah akibat kelalaian yang seharusnya tidak perlu terjadi. Siswa yang kemampuannya kurang dalam mendengarkan aktif akan mudah salah memahami atau menafsirkan suatu informasi, siswa dapat memperoleh dan memiliki pengetahuan yang salah. Gordon (2009: 66) menyatakan bahwa mendengarkan aktif merupakan cara yang ampuh untuk menyelesaikan masalah. Apabila orang kurang mampu dalam mendengarkan aktif, orang yang bersangkutan bisa

jadi tidak akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri atau membantu orang lain mengatasi masalahnya.

Kedua, siswa tidak dapat menerima banyak informasi. Dengan

rendahnya kemampuan mendengarkan aktif, siswa hanya akan menerima sedikit informasi sehingga tidak dapat menambah wawasannya misalnya dalam hal yang berkaitan dengan pelajaran. Ketiga, membuat siswa cenderung untuk memaksakan pendapatnya. Dengan kemampuan mendengar aktif yang rendah, seorang siswa tidak memiliki banyak informasi yang dapat digunakan sebagai referensi dalam mengambil keputusan, sehingga setiap keputusan yang diambilnya dapat kurang tepat dan tidak mempertimbangkan atau mendengarkan pendapat orang lain. Gordon (2009: 57) menyatakan bahwa salah satu manfaat mendengarkan aktif adalah mempengaruhi orang untuk mau lebih mendengarkan pendapat-pendapat orang lain, sehingga keputusan yang diambilnya dapat lebih bijaksana.

Keempat, siswa dapat kurang mampu memahami orang lain dengan tepat.

Dengan kemampuan mendengarkan aktif yang rendah, siswa tidak mampu memahami sepenuhnya apa yang dibicarakan oleh orang lain, sehingga tidak bisa mengikuti jalan pikirannya. Kondisi ini dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan tidak tahu harus bertindak, bersikap dan memposisikan diri seperti apa dalam hubungannya dengan orang lain. Padahal salah satu manfaat dari mendengarkan aktif adalah mengembangkan hubungan yang hangat dengan pendengar, sehingga terjalin hubungan yang harmonis, pendengar

mampu mengikuti jalan pikiran pembicara sehingga dapat memposisikan dirinya sesuai keinginan pembicara.

Kelima, siswa mempunyai rasa marah dan curiga terhadap orang lain.

Kemampuan mendengarkan aktif yang rendah dapat membuat siswa curiga terhadap orang-orang di sekitarnya, dan dapat membuat siswan tidak mampu memberikan tanggapan yang baik terhadap emosi dari pembicara, tidak mampu menunjukkan empati dan meredakan emosinya. Pendengar yang baik mampu mendorong terjadinya katarsis yaitu berkurangnya perasaan negatif karena ada kesempatan untuk mengungkapkannya secara terbuka (Gordon, 2009: 57).

Dampak keenam dari kurangnya kemampuan mendengarkan aktif adalah siswa kurang menghayati cinta dalam hidup. Salah satu ungkapan rasa cinta yang meyakinkan adalah dengan mendengarkan. Seseorang akan merasa sangat dihargai dan dipedulikan, apabila didengarkan apa yang diungkapkannya. Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif, membuat orang tidak mampu menghargai pembicaraan orang lain, sehingga tidak mampu menunjukkan rasa cinta pada orang yang sedang mengajaknya berbicara. Kondisi ini membuat orang yang bersangkutan tidak mampu menolong pembicara untuk tidak terlalu takut dengan perasaan-perasaan negatif (Gordon, 2009: 57).

Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif dari siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dapat disebabkan oleh berbagai faktor: pertama, karena siswa kiranya belum pernah dilatih untuk mendengarkan aktif baik dirumah dan disekolah. Supratiknya (1995)

menegasakan bahwa untuk membangun hubungan yang erat dan memuaskan, pembicara harus merasa bahwa pendengar menerima pembicara tanpa syarat dan tanpa penilaian. Kedua, siswa merasa bosan dengan apa yang dibicarakan pembicara, merasa tidak tertarik dengan bahan pembicaraan, merasa sudah tahu dengan apa yang akan dibicarakan pembicara. Ketiga, kurang tersedianya kesempatan/waktu bagi siswa untuk belajar meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif. Faktor-faktor tersebut dapat membuat siswa malas untuk sungguh-sungguh mendengarkan orang lain dan menjadi kurang tanggap terhadap perasaan orang lain.

Untuk meningkatkan kemampuan mendengar aktif siswa diperlukan kerjasama antara siswa, guru dan orang tua. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam mendengarkan aktif antara lain: pertama, siswa belajar mengungkapkan dengan kata-katanya sendiri apa yang diungkapkan/ dimaksudkan pembicara. Kedua, bersikap seperti anak kecil yang selalu ingin tahu dengan memberi pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri, berpikir secara terbuka terhadap ide orang lain dan membiarkan pembicara mengeluarkan semua pendapatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Gordon (2009: 59), untuk menjadi pendengar yang baik, orang harus bersedia mendengarkan apa yang dikatakan pembicara, bersedia menolong pembciara dalam menghadapi masalahnya pada saat itu, dapat menerima perasaan-perasaan pembicara yang berbeda dengan perasaan pendengar, percaya pada kemampuan pembicara untuk mengatasi perasaannya dan mencari penyelesaian terhadap masalah tersebut, menyadari bahwa perasaan hanya sementara dan

mampu melihat pembicara yang dihadapinya sebagai pribadi yang unik, yang mempunyai kehidupan sendiri dan identitas sendiri.

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif siswa antara lain: pertama, guru dapat mengadakan pelatihan kemampuan komunikasi, khususnya mendengarkan aktif. Kedua, mengadakan seminar yang menunjang peningkatan kemampuan mendengarkan aktif siswa, dapat mendatangkan pembicara yang ahli dalam bidang komunikasi khususnya mendengarkan aktif. Ketiga, mengadakan sharing dengan siswa terkait kemampuan mendengarkan aktif. Dalam sharing

tersebut siswa dapat saling mengkomunikasikan gagasan, pendapat, kesulitan dalam mendengarkan aktif

Keluarga terutama orang tua, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mendengarkan aktif. Keluargalah merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar mendengarkan, bagaimana mengerti pesan dari anggota keluarga yang lain dan bagaimana memantulkan kembali pesan dengan kata-kata sendiri sesuai maksudnya.

Keluarga yang mempunyai kebiasaan berkumpul merupakan tempat yang baik untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif. Dengan berkumpul, orang tua berkesempatan mengajak anak untuk terbuka, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat dan perasaannya, memberikan contoh dari mendengarkan aktif dengan tepat dan membiarkan anak untuk mendengrkan aktif.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dikemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran bagi pihak-pihak yang terkait.

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang mampu dalam mendengarkan aktif, sehingga perlulah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan beberapa saran untuk berbagai pihak. 1. Guru Pembimbing

Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa meningkatkan kemampuannya dalam mendengarkan aktif, dengan mengadakan pelatihan yang relevan. Layanan bimbingan dan konseling atau pelatihan tentang kemampuan mendengarkan aktif bisa melalui bimbingan kelompok, atau bimbingan klasikal.

2. Sekolah

Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan terhadap guru pembimbing dalam pelaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.

43

3. Peneliti lain

a. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti menggunakan empat alternatif tanggapan. Peneliti lain dapat membuat alternatif tanggapan menjadi lima atau tiga.

b. Kemampuan yang diungkap dalam penelitian ini lebih mengungkap kemampuan kognitif yaitu tafsiran atau tanggapan yang lebih tepat; belum tentu responden dalam kenyataannya mampu secara spontan memberikan respons yang empatik.

Peniliti lain yang ingin mengembangakan topik ini dianjurkan agar lebih mengungkap kemampuan responden memberikan tanggapan berdasarkan pengalamanya. Peneliti lain diharapkan mencoba mengungkap kemampuan subyek penelitiannya dalam mendengarkan aktif berdasarkan pengalaman konkrit, misalnya subyeknya dihadapkan pada situasi konkrit kemudian dilihat responnya yang sepontan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2005. Psikologi Remaja:

Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara

Alwi, Hasan dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesi., Edisi Ketiga. Jakarta:

Balai Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Croft, Richard S. 2004T.Teori Komunikasi. New York: Harper Devito. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Profesional Books

Djaal dan Mulyono, Pudji. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.

Jakarta: PT Grasindo Jakarta

Furchan, H.Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Furi, Frisca Ema Ratna. 2007. Persepsi Siswa-Siswi Kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 tentang Keterampilan Mendengarkan Aktif Ibunya. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: BP UNDIP

Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Gordon, Thomas. 2009. Menjadi Orang Tua Efektif; Cara Pintar Mendidik Anak agar Bertanggungjawab. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Gunarsa, Singgih D dan Gunarasa, Yuli. 2008. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

45

Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Safaria, F. 2005. Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Kanisius

Sarianne, Mega. 2008. Persepsi Keterampilan Mendengarkan Aktif para Siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 dan Implikasinya terhadap Usulan kegiatan Bimbingan. Skripsi. Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta Supratiknya, 1995. Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta:

Kanisius

Winkel, W.S dan Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.

Jakarta: Gramedia

Lampiran 1: Angket Komunikasi Siswa

Angket Komunikasi Siswa Kata Pengantar

Adik-adik terkasih,

Pada kesempatan ini, saya memohon kesediaan adik-adik untuk mengisi kuesioner ini. Maksud kuesioner ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman adik-adik dalam berkomunikasi. Informasi yang adik-adik berikan dengan menjawab kuesioner ini, akan diolah dan hasilnya akan digunakan untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling di sekolah.

Jawaban adik-adik terhadap kuesioner ini tidak mempengaruhi penilaian terhadap adik. Setiap jawaban adik adalah baik asal benar-benar sesuai dengan pengalaman adik-adik dan saya mengharapkan adik-adik menjawabnya dengan jujur. Jawaban adik akan dirahasiakan, dan adik-adik tidak perlu menuliskan namamu.

Atas perhatian dan bantuan adik-adik, saya mengucapkan banyak terimakasih.

Petunjuk:

Bacalah komentar atau situasi yang berikut dengan teliti. Lalu lingkarilah nomor dari tanggapan yang paling tepat menunjukkan bahwa anda memahami hal yang dimaksudkan oleh orang yang bersangkutan (perasaan dan ide yang mau dikemukakannya). Dengan kata lain pilihlah tanggapan yang paling tepat supaya orang yang anda hadapi itu sungguh-sungguh merasa diperhatikan dan dipahami.

SELAMAT BEKERJA DAN TERIMAKASIH

Sekolah: Nomor :

Kelas: Tanggal Pengisian:

Komentar 1: Tidak enak rasanya karena saya belum sembahyang.

Tanggapan :

1. Sebaiknya kamu sembahyang dulu agar merasa tenang.

2. Kamu merasa tidak nyaman kalau belum sembahyang?

3. Tampaknya sembahyang perlu bagimu supaya kamu merasa enak.

4. Kamu merasa tidak enak karena belum sembahyang.

Komentar 2: Saya merasa tidak siap menghadapi UAS. Akhir-akhir ini banyak masalah yang menggangu konsentrasi belajar saya.

Tanggapan :

1. Masalah apa yang mengganggu konsentrasimu?

2. Sebaiknya sementara waktu kamu jangan terlalu memikirkan masalah tersebut. Cobalah memusatkan konsentrasi pada UAS.

3. Kamu merasa tidak siap menghadapi ujian karena banyak masalah yang

3. Kamu merasa tidak siap menghadapi ujian karena banyak masalah yang

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 41-79)

Dokumen terkait