Suatu penelitian tidak selalu beranjak dari nol secara murni, akan tetapi pada umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh karena itu, dirasa perlu mengenai penelitian yang terdahulu sebagai bahan relevansinya. Dalam hal ini penelitian yang relevan antara lain dari:
a. Ratni Kartini, H.Darmasetiawan, A.Karo Karo, dan Sudirman (2002) Jurusan Fisika FMIPA Institut Pertanian Bogor mengenai “PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT POLIMER BERPENGUAT SERAT ALAM”. Telah dilakukan pembuatan komposit dengan matriks polimer yaitu epoksi dan polyester dengan bahan penguat (filler) serat alam, yaitu serat pisang dan serat ijuk yang dikombinasikan satu sama lain menjadi empat macam komposit yaitu komposit epoksi-pisang, epoksi-ijuk, polyester-pisang, dan polyester-ijuk. Untuk keempat macam komposit tersebut, pengaruh penambahan lapisan serat pada matriks polimer terhadap sifat mekanik dan mikrostruktur bahan komposit dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan, secara umum penambahan lapisan serat menurukan nilai kekuatan tarik komposit, kecuali untuk komposit bermatriks epoksi dengan penguat serat ijuk. Nilai kekuatan tarik tertinggi diperoleh komposit epoksi-serat ijuk 3 lapis yaitu 45,44 MPa, sedangkan komposit epoksi-serat pisang 3 lapis memiliki nilai kekuatan tarik sebesar 30,47MPa. Nilai kekuatan tarik terendah diperoleh komposit polyester-serat pisang 3 lapis yaitu 15,62 MPa, sedangkan jika ditambahkan serat ijuk 3 lapis kekuatan tariknya menjadi 22,18 MPa. Selain itu, penambahan serat pada matriks polimer secara umum menurunkan nilai kekerasan komposit. Dari pengamatan struktur mikro temyata kurangnya ikatan antara serat dengan matriks polimer dan distribusi serat pada matriks polimer mempengaruhi nilai kekuatan tarik dan nilai kekerasan bahan komposit.
b. Dita Satyadarma, Yanuar, dan Burhan Noerdin (2011) Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma. Beijudul “ANALISIS GAYA PADA REM CAKRAM (DISK BRAKE) UNTUK KENDARAAN RODA EMPAT”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besaran gaya yang terjadi pada rem cakram untuk kendaraan roda empat dengan analisis perhitungan dari komponen rem dengan pembebanan pedal 5kgf, l0kgf, 15kgf, 20kgf, 25kgf. Besar diameter master silinder 1,58 cm, Yang berfungsi untuk mengubah gerak pedal rem kedalam tekanan hidrolik. Diameter silinder cakram 2,20 cm dan perbandingan tuas pedal menunjukan semakin besar pembebanan pedal rem maka gaya yang menekan master rem (Fk), gaya tekanan minyak rem (Pe), gaya yang menekan pad rem (Fp), dan gaya gesek pengereman (Fp.) akan semakin besar, sedangkan semakin besar gaya yang menekan pedal rem maka jarak waktu pengereman akan semakin kecil. Dari alat uji yang kami buat untuk penelitian ini dapat disimpulkan : (1) Semakin besar gaya pijak pedal menghasilkan pengereman yang singkat. (2) Semakin tinggi kecepatan roda semakin membutuhkan waktu untuk pengereman bila besar gaya pijak pedal konstan. (3) Koefisien gesek antara piringan dengan sepatu rem dimungkinkan tidak konstan karena waktu yang didapat tidak proposional kenaikanya.
c. Dian Prasetyo (2012) di Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas maret Surakarta mengenai “PEMANFAATAN SERAT IJUK SEBAGAI BAHAN GESEK ALTERNATIF KAMPAS REM SEPEDA MOTOR”. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) Nilai kekerasan pada spesimen 1 sebesar 19,5 HB, spesimen 2 sebesar 20,6 HB, spesimen 3 sebesar 22,6 HB, spesimen 4 sebesar 24,5 HB dan spesimen 5 sebesar 25,6 HB. (2) Nilai keausan pada spesimen 1 sebesar 1,13 x 10'7 mm2/kg, spesimen sebesar 1,03 x 10-7 mm2/kg, spesimen 3 sebesar 0,96 x 10-7 mm2/kg, spesimen 4 sebesar 0,87 x 10-7 mm2/kg dan spesimen 5 sebesar 0,85 x 10-7 mm2/kg. (3) Nilai kekerasan kampas rem serat ijuk yang mendekati nilai standar kampas rem merk Indoparts adalah pada kampas rem spesimen 1 dengan komposisi 55% serat ijuk, 15% serbuk kuningan, 20% MgO dan 10% resin yaitu sebesar 19,5 HB. (4) Nilai keausan kampas rem serat ijuk yang mendekati dengan nilai standar kampas rem merk
Indoparts adalah kampas rem spesimen 4 dengan komposisi 25% serat ijuk, 45% serbuk kuningan, 20% MgO dan 10% resin yaitu sebesar 0,87 x 10-7 mm2/kg. 5) Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan semakin banyaknya komposisi serat ijuk maka semakin rendah nilai kekerasan spesimen kampas rem dan semakin tinggi nilai keausan spesimen kampas rem. Jadi variasi komposisi serat ijuk sangat berpengaruh terhadap nilai keausan spesimen kampas rem dan nilai kekerasan spesimen kampas rem.
d. Shirley Savetlana, Hamdan, and M.A. Maleque (2013) Department of
Mechanical and Manufacturing Engineering, University Putra Malaysia.
Berjudul “PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY”. Pada penelitian ini, pengekstrakan serat ijuk menggunakan sisir kawat yang berfungsi memisahkan serat ijuk dari pelepahnya lalu dilakukan pemilihan serat berdiameter 3 mm menggunakan micrometer sekrup. Kemudian serat ijuk direndam dalam larutan NaOH 5% selama 2 jam dan dikeringkan selama 15 menit. Serat selanjutnya dipotong dengan panjang 30 mm, 60 mm, dan 90 mm.Lebih lanjut, pembuatan komposit menggunakan metode hand lay up dengan pencampuran resin epoxy dan hardener dengan perbandingan campuran 1:1 mengacu pada ASTM D638. Selanjutnya dilakukan pencampuran matrik dan serat dengan fraksi massa 80%:20% menggunakan variasi panjang serat. Selanjutnya spesimen uji dipanaskan dalam oven dengan suhu70°C selama 10 menit. Kemudian dilakukan pengujian tarik untuk resin epoxy mumi dan untuk komposit dengan variasi panjang serat 30 mm, 60 mm, dan 90 mm. Foto daerah patahan dengan Scanning Electron
Microscope (SEM) digunakan untuk melihat mekanisme perpatahan komposit.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan regangan tertinggi dicapai pada komposit dengan panjang serat 90 mm. Kekuatan tarik yang didapat sebesar 36,37 MPa dan regangan sebesar 9,34%. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan komposit ialah daya ikat serat dengan matrik,
pendistribusian serat yang merata, dan panjang kritis serat. Hasil foto SEM pada patahan komposit serat ijuk menunjukkan terjadinya fiber breaking. Hal ini menunjukan bahwa daya ikat antara matrik dan serat yang cukup baik, tetapi sebaran serat pada matrik tidak merata yang mengakibatkan kekuatan tarik komposit yang optimal tidak bisa dicapai.
e. Z. Leman, H.Y. Sastra, S.M. Sapuan, M.M. Hamdan, and M.A. Maleque (2005). Department of Mechanical and Manufacturing Engineering, University Putra Malaysia. Berjudul “PENELITIAN IMPAK PADA STRUKTUR KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOKSI” Komposit serat alam telah berperan penting pada saat ini di beberapa komponen non-struktural dan semi-struktural di bidang teknik karena memenuhi kekuatan dan kekakuan komponen tersebut, di samping biaya yang rendah, ketersediaan yang melimpah dan dapat diperbarui. Oleh karena itu, ada beberapa alasan penting mengenai jenis studi baru ini, dari serat alami dan salah satunya adalah serat Arenga Pinnata. Studi Arenga Pinnata komposit serat termasuk baru, ada beberapa hasil penelitian yang dihasilkan dalam literatur, yaitu pada sifat tarik dan sifat lentur. Namun, sampai sekarang, masih ada penelitian yang dilakukan pada Arenga Pinnata atau serat Ijuk yang diperkuat dengan komposit epoxy untuk disajikan dalam makalah ini. Resin epoxy yang meresap pada potongan serat panjang dan cincang diletakkan secara terpisah dalam cetakan terbuka dan kemudian dikompresi untuk mendapatkan ketebalan yang diinginkan. Sampel dipotong dari laminasi komposit dan tes dampak dilakukan sesuai dengan ASTM D256-54T. Kekuatan hasil dari komposit serat diperkuat meningkat dari 28,8 J/m (tanpa isian) ke 67.26 J/m (dengan serat cincang) dan 114.27 J/m (dengan serat panjang).
f. Arif Kurniawan (2015) Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Berjudul “KAJI EKSPERIMENTAL PERFOMANSI PENGEREMAN KAMPAS REM SERAT IJUK SEBAGAI SUPLEMEN
MATERI KAJIAN MATA KULIAH KOMPOSIT DI PROGRAM STUDI