• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.4 Penentuan Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bangle dengan Metode Difusi Cakram

Penentuan aktivitas ekstrak etanol 70% rimpang bangle konsentrasi 4000, 2000, 1000, 500, 250 dan 125 ppm menunjukkan adanya aktivitas antimikroba, pengukuran zona hambat dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak bangle Mikroba Uji Konsentrasi

(ppm)

Diameter zona hambat (mm)

Ekstrak bangle Kontrol positif Kontrol negatif Staphylococcus aureus ATCC 25925 125 0 32 0 250 0 32 0 500 6,67 32 0 1000 7 32 0 2000 7,3 32 0 4000 8 32 0 Microsporum canis 125 9 7,67 0 250 10 8 0 500 11 8,33 0 1000 13 8,67 0 2000 13,67 9 0 4000 14 12 0

Keterangan : (0) = tidak terdapat zona bening disekeliling cakram

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini digunakan sampel berupa rimpang bangle (Zingiber

purpureum Roxb.) yang mana tanaman ini mempunyai khasiat sebagai obat

tradisional untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Penggunaan bangle sebagai obat tradisional masih perlu diteliti dan dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan uji

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ekstrak etanol 70% rimpang bangle terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25925dan jamur microsporum canis.

Metode ekstraksi dalam penelitian ini menggunakan maserasi dengan pelarut etanol 70% karena selain sifatnya yang mampu melarutkan semua komponen senyawanya dapat tersari secara sempurna juga bersifat tidak toksik terhadap mamalia sehingga aman terhadap manusia dalam penggunaannya. Setelah melalui proses maserasi, kemudian dilakukan ekstraksi menggunakan

rotary evaporator untuk menguapkan pelarut yang masih tersisa sehingga

didapatkan ekstrak kental. Pemilihan metode maserasi didasarkan pada keuntungan yang diberikan yaitu pengerjaannya mudah, menggunakan alat yang sederhana, baik untuk senyawa yang tidak tahan panas.

Setelah didapatkan ekstrak kental dilakukan penetapan standar mutu dan kandungan kimia ekstrak. Persyaratan mutu ekstrak meliputi parameter standar umum dan parameter standar spesifik. Standarisasi ini dimaksudkan agar dapat menjamin bahwa produk ekstrak mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan (Depkes RI, 2000).

Berdasarkan hasil pemeriksaan organoleptik ekstrak pada Tabel 4.1 dinyatakan bahwa ekstrak berkosistensi kental, berwarna kuning kecoklatan, berbau tajam, dan berasa pahit. Penentuan organoleptik ini termasuk salah satu parameter spesifik yang ditentukan secara visual dan bertujuan untuk pengenalan awal secara sederhana dan bersifat subjektif. Pada Tabel 4.2 nilai rendemen yang diperoleh sebesar 13,75% dari 400 gram serbuk bangle. Penentuan rendemen berfungsi untuk mengetahui metabolit sekunder yang terbawa pelarut. Penentuan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal, ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan organik saja. Kadar abu ekstrak didapat sebesar 6,72%, dari literatur standar penentuan kadar abu simplisia bangle tidak boleh lebih besar dari 8,5% (Rahardjo, Mono. et al.,2004). Kadar air ekstrak didapat sebesar 29,8774%, dari literature standar penentuan kadar air untuk ekstrak cair >30% (Voigt, 1995).

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui komponen yang terdapat dalam ekstrak uji, dari perlakuan pada Tabel 4.3, menunjukkan bahwa

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta senyawa yang positif meliputi flavonoid, saponin, terpenoid dan triterpenoid, senyawa yang diduga berperan sebagai antimikroba dalam ekstrak bangle adalah golongan senyawa terpenoid yaitu monoterpen dimana minyak atsiri merupakan komponen utama terhadap Zingiber purpureum Roxb. (Wanauppathamkul, 2003).

Pada penelitian ini pengujian aktivitas antimikroba digunakan metode difusi. Metode difusi cakram digunakan untuk melihat ada tidaknya zona hambat yang terbentuk disekeliling cakram, terbentuknya zona hambat menunjukkan larutan uji mempunyai aktivitas sebagai antimikroba.

Sterilisasi larutan uji menggunakan autoklaf pada temperatur 1210C selama 15 menit karena larutan uji terhadap konsentrasi yang digunakan tidak dapat melewati penyaring bakteri.

Penentuan efek antimikroba dengan cara difusi cakram dipengaruhi oleh ketebalan lempeng agar, ukuran inokulum, daya difusi larutan uji dan kepekaan mikroba terhadap larutan uji, makin besar inokulum daya hambat antimikrobanya makin kecil sehingga diameter yang terbentuk semakin kecil.

Pengujian aktivitas antimikroba dengan metode difusi cakram pada bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25925dan jamur Microsporum canis dapat dilihat pada tabel 4.4 dimana konsentrasi yang digunakan adalah 4000, 2000, 1000, 500, 250, dan 125 ppm. Uji aktivitas ekstrak bangle terhadap bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 25925 pada konsentrasi 4000; 2000; 1000; 500

ppm, secara berturut-turut memiliki diameter zona hambat 8; 7,3; 7; 6,67 mm, pada konsentrasi 250 dan 125 ppm tidak mempunyai aktivitas. Sedangkan uji aktivitas ekstrak bangle terhadap jamur Microsporum canis pada konsentrasi 4000; 2000; 1000; 500; 250; 125 ppm, secara berturut-turut memiliki zona hambat 14; 13,67; 13; 11; 10; 9 mm. Ukuran diameter zona hambat dari Aktivitas antimikroba dapat diklasifikasikan sebagai berikut : dikatakan kuat >12 mm, dikatakan sedang 9-12 mm, dikatakan lemah 6-9 mm (Arora et al., 1997). Pengujian aktivitas ekstrak bangle pada bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25925 konsentrasi 4000-500 ppm dikatakan mempunyai aktivitas lemah, dan jamur Microsporum canis pada konsentrasi 4000-1000 mempunyai aktivitas kuat, konsentrasi 500-125 ppm dikatakan mempunyai aktivitas sedang.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kontrol positif yang digunakan sebagai antibakteri adalah amoksilin 25 µg dengan diameter zona hambat 32 mm. Sedangkan kontrol positif yang digunakan sebagai antijamur adalah klotrimazol. Klotrimazol pada konsentrasi 2000 ppm mempunyai diameter zona hambat 9 mm. Kontrol negatif yang digunakan etanol 70%. Perbandingan diameter zona hambat antara kontrol positif dan kontrol negatif terhadap ekstrak rimpang bangle dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Gambar 4.1. Diagram hasil aktivitas antimikroba ekstrak etanol 70% rimpang bangle terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25925 0 5 10 15 20 25 30 35 0 32 0 0 6.67 7 7.3 8 Z on a Ha mb a t (m m) Konsentrasi (ppm) kontrol negatif kontrol positif ekstrak bangle 125 250 500 1000 2000 4000

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.2. Diagram hasil aktivitas antimikroba ekstrak etanol 70% rimpang bangle terhadap Microsporum canis

Apabila dibandingkan dengan ekstrak etanol 70% rimpang bangle konsentrasi 500 ppm diameter zona hambat 6,67 mm dengan amoksilin 25µg diameter zona hambat 32 mm maka dapat dilihat bahwa ekstrak etanol 70% rimpang bangle mempunyai aktivitas sangat lemah dari amoksilin terhadap

Staphylococcus aureus sedangkan ekstrak etanol 70% rimpang bangle konsentrasi

125 ppm diameter zona hambat 9 mm dari larutan klotrimazol konsentrasi 125 ppm diameter zona hambat 7,67 mm maka dapat dilihat bahwa larutan klotrimazol mempunyai aktivitas lemah dari ekstrak etanol 70% rimpang bangle terhadap jamur Microsporum canis.

0 2 4 6 8 10 12 14 125 250 500 1000 2000 4000 9 10 11 13 13.67 14 7.67 8 8.33 8.67 9 12 0 0 0 0 0 0 Zona H am bat (m m ) Konsentrasi (ppm)

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB 5

Dokumen terkait