• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Penentuan Beyond Use Date (Masa Edar) Sediaan Racikan Pulveres

CampuranKetotifen Fumarat dan Siproheptadin HCl dari Rumah Sakit X

Penetuan masa edar (beyond use date) yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam metode, yaitu dengan metode uji stabilitas menggunakan 3 peringkat suhu, uji stabilitas dipercepat dengan 1 peringkat suhu, dan dengan menggunakan 25% dari sisa waktu expired date sediaan aslinya.

Suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 400C, 500C, dan 600C serta lamanya penyimpanan adalah 7 hari. Pemilihan peringkat suhu tersebut karena menurut Reynolds (2002), pada uji stabilitas dipercepat suhu yang digunakan harus sedikit lebih tinggi dari suhu kamar dan perbedaan suhunya tidak boleh terlalu ekstrim.

Pemilihan lama pemanasan selama 7 hari didasarkan pada hasil uji stabilitas dipercepat dengan satu peringkat suhu, yaitu 400C selama 1 bulan dapat digunakan untuk memprediksi stabilitas suatu sediaan selama 6 bulan ke depan yang digunakan untuk memprediksi beyond use date (masa edar) dengan lebih cepat (Kupiec, 2003). Peresepan sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl adalah selama 1 bulan untuk mengobati penyakit asthma pada anak. Uji stabilitas dipercepat denga n suhu 400C selama 1 bulan

24

dapat digunakan untuk memprediksi stabilitas suatu sediaan selama 6 bulan ke depan maka untuk memprediksi stabilitas dari sediaan racikan pulveres selama 1 bulan, dapat dilakukan uji stabilitas dipercepat dengan suhu 400C selama 7 hari.

1. Uji stabilitas dipercepat dengan 3 peringkat suhu

Uji stabilitas dipercepat dengan menggunakan 3 peringkat suhu dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mencari beyond use date sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl karena pada uji stabilitas dipercepat dengan menggunakan 3 peringkat suhu dapat digunakan untuk mengetahui hubungan linieritas antara konsentrasi dengan suhu yang digunakan untuk mencari besarnya tetapan kecepatan reaksi. Nilai log k dari masing- masing peringkat suhu diplotkan dengan 1/T (T = suhu dalam 0Kelvin) kemudian diekstrapolasi untuk mengetahui nilai k pada suhu ruangan (250C). Nilai k250 digunakan untuk mencari t50 dan t90 dari senyawa tersebut dengan menggunakan persamaan Arhenius.

Secara umum beyond use date dapat diketahui dengan menghitung t90 senyawa tersebut karena t90 digunakan sebagai waktu kadaluwarsa, tetapi penghitungan waktu kadaluwarsa perlu disesuaikan dengan monografi dari masing- masing senyawa. Menurut Anonim (1995), batasan kadar siproheptadin HCl dalam tablet siproheptadin HCl adalah tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari berat tabletnya. Karena dalam sediaan pulveres yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl maka pendekatan beyond use date menggunakan t90 yang lebih singkat dari ketotifen fumarat atau siproheptadin HCl.

24

Pemanasan dengan suhu 400C, 500C, dan 600C selama 7 hari dapat menyebabkan perubahan kadar pada ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl dalam sediaan racikan pulveres. Hal ini tampak dari adanya perbedaan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin dari hari ke hari baik dalam satu peringkat suhu yang sama maupun antar peringkat suhu sesuai pada tabel V.

Tabel V. Kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl setelah pemanasan selama 7 hari pada 3 peringkat suhu

Kadar ketotifen fumarat (%B/B) X ± SE Kadar siproheptadin HCl (% B/B) X ± SE Hari 400C 500C 600C 400C 500C 600C 0 0,24 ± 0,02 0,24 ± 0,02 0,24 ± 0,02 0,40 ± 0,02 0,40 ± 0,02 0,40 ± 0,02 1 0,25 ± 0,01 0,26 ± 0,01 0,25 ± 0,01 0,40 ± 0,02 0,40 ± 0,01 0,35 ± 0,01 2 0,25 ± 0,01 0,25 ± 0,01 0,23 ± 0,03 0,39 ± 0,01 0,37 ± 0,01 0,32 ± 0,02 3 0,28 ± 0,01 0,28 ± 0,01 0,24 ± 0,01 0,41 ± 0,02 0,35 ± 0,01 0,30 ± 0,01 4 0,23 ± 0,03 0,25 ± 0,03 0,22 ± 0,02 0,37 ± 0,02 0,35 ± 0,03 0,27 ± 0,01 5 0,24 ± 0,01 0,25 ± 0,00 0,28 ± 0,01 0,34 ± 0,02 0,29 ± 0,01 0,33 ± 0,02 6 0,35 ± 0,03 0,27 ± 0,02 0,24 ± 0,01 0,40 ± 0,03 0,29 ± 0,02 0,25 ± 0,01 7 0,27 ± 0,01 0,25 ± 0,01 0,24 ± 0,00 0,36 ± 0,01 0,33 ± 0,01 0,30 ± 0,01

Kadar Ketotifen Fumarat Setelah Pemanasan Selama 7 Hari Pada 3 Peringkat Suhu

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0 1 2 3 4 5 6 7 Hari

Kadar Ketotifen Fumarat

(%B/B)

suhu 40 suhu 50 suhu 60

Gambar 7. Grafik kadar ketotifen fumarat setelah pemanasan selama 7 hari pada 3 peringkat suhu

24

Kadar Siproheptadin HCl Setelah Pemanasan Selama 7 Hari Pada 3 Peringkat Suhu

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0 1 2 3 4 5 6 7 Hari Kadar Siproheptadin HCl (%B/B) suhu 40 suhu 50 suhu 60

Gambar 8. Grafik kadar siproheptadin HCl setelah pemanasan selama 7 hari pada 3 peringkat suhu

Perbedaan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl selama 7 hari perlu diuji secara statistik untuk memastikan apakah perbedaan kadar yang terjadi benar-benar signifikan atau tidak. Uji statistik yang digunakan adalah One Way ANOVA dengan tingkat signifikansi 95%. Pemilihan penggunaan tingkat signifikansi 95% dalam penelitian ini karena pembuatan sediaan racikan pulveres dilakukan secara manual oleh pegawai bagian produksi di rumah sakit X sehingga ada faktor yang tidak dapat dikendalikan yaitu ketrampilan tiap pegawai yang meracik sediaan pulveres karena proses peracikan dilakukan oleh beberapa pegawai di rumah sakit X yang bekerja secara bergantian.

Dari hasil uji didapatkan bahwa perbedaan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl setelah pemanasan selama 7 hari, antar peringkat suhu yang berbeda adalah berbeda bermakna. Perbedaan kadar ketotifen fumarat selama 7 hari setelah pemanasan dengan suhu 400C dan suhu 600C adalah berbeda

24

bermakna, sedangkan pada pemanasan dengan suhu 500C adalah berbeda tidak bermakna. Perbedaan kadar siproheptadin HCl, selama 7 hari setelah pemanasan dengan suhu 400C, 500C, dan 600C adalah berbeda bermakna.

Dari hasil diatas, tidak dapat dikatakan telah terjadi penurunan kadar setelah pemanasan dengan suhu 400C, 500C, dan 600C selama 7 hari karena perubahan kadar yang terjadi ternyata dapat menjadi lebih besar atau lebih kecil dari kadar pada hari ke-0.

Penghitungan tetapan kecepatan degradasi dari suatu senyawa dapat dilakukan dengan mencari nilai slope dari kadar tiap peringkat suhu dengan lama penyimpanan. Berikut ini adalah nilai slope tiap peringkat suhu dan orde reaksi dari ketotifen fumarat dan sip roheptadin HCl yang tercantum pada tabel VI.

Tabel VI. Nilai slope dari tiap peringkat suhu dan orde reaksi dari ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl

Ketotifen fumarat Siproheptadin HCl Suhu 400C 500C 600C 400C 500C 600C t Vs Ct A = 0,2375 B = 0,0075 r = 0,4769 A = 0,2525 B = 0,0011 r = 0,2015 A = 0,2392 B = 0,0010 r = 0,1331 A= 0,4033 B= -0,0056 r = -0,5604 A= 0,4008 B= -0,0152 r = -0,8678 A= 0,3650 B= -0,0143 r = -0,7460 t Vs ln Ct A= -1,4322 B = 0,0260 r = 0,4757 A= -1,3778 B = 0,0043 r = 0,2105 A= -1,4314 B = 0,0036 r = 0,1246 A= -0,9074 B= -0,0149 r =-0,5591 A= -0,9013 B= -0,0439 r = -0,8520 A= -1,102 B= -0,0442 r = -0,7345 t Vs 1/Ct A= 4,1716 B= -0,0091 r = -0,4716 A = 3,9714 B= -0,0173 r = -0,2196 A = 4,1880 B= -0,0132 r = -0,1159 A= 2,4764 B= 0,0398 r = 0,5572 A= 2,4726 B= 0,1273 r = 0,8339 A= 2,7506 B= 0,1385 r = 0,7183 Orde kesimpulan 0 2 0 1 0 0

Berdasarkan dari tabel VI, dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi siproheptadin HCl mengikuti persamaan laju reaksi orde 0 karena nilai r yang diperoleh dari regresi antara t Vs Ct lebih besar dari pada nilai r dari regresi antara

24

t Vs ln Ct dan t Vs 1/Ct serta lebih besar dari r tabel untuk 6 derajad bebas bebas dengan tingkat signifikansi 95% (0,707). Orde reaksi ketotifen fumarat termasuk dalam orde reaksi 0. Nilai r yang diperoleh dari regresi antara t Vs Ct di bawah nilai r tabel untuk 6 derajad bebas bebas dengan tingkat signifikansi 95% (0,707), ini berarti perbandingan pengaruh antara lama waktu pemanasan dan kadar ketotifen fumarat tidak konstan.

Persamaan laju reaksi ketotifen fumarat mengikuti persamaan laju reaksi orde 0 sehingga persamaannya :

Ct = Co – k t Ct = – k t + Co Y = B X + A B = – k ? k = - B

Nilai B adalah nilai slope (B) dari persamaan t Vs Ct ketotifen fumarat pada tiga peringkat suhu, sesuai pada tabel VI.

Tabel VII. Nilai 1/T dan ln k dari ketotifen fumarat

T (Kelvin) k 1/T ln k

313 -0,0075 0,0032 - 323 -0,0011 0,0031 - 333 -0,0010 0,0030 -

Dari tabel VII dapat diketahui nilai k dan nilai dari 1/T serta ln k ketotifen fumarat. Nilai k250C diperoleh dari persamaan hasil regresi antara 1/T dengan ln k, tetapi karena nilai ln k dari ketotifen fumarat tidak ada maka nilai k250C ketotifen fumarat tidak dapat diketahui.

24

Persamaan laju reaksi siproheptadin HCl juga mengikuti persamaan laju reaksi orde 0 sehingga persamaannya :

Ct = Co – k t Ct = – k t + Co Y = B X + A B = – k ? k = - B

Nilai B adalah nilai slope (B) dari persamaan t Vs Ct siproheptadin HCl pada tiga peringkat suhu sesuai pada tabel VI.

Tabel VIII. Nilai 1/T dan ln k dari siproheptadin HCl

T (Kelvin) k 1/T ln k

313 0,0056 0,0032 -5,1850 323 0,0152 0,0031 -4,1864 333 0,0143 0,0030 -4,2475

Dari tabel VIII dapat diketahui nilai k dan nilai dari 1/T serta ln k siproheptadin HCl. Hasil regresi antara 1/T dengan ln k siproheptadin HCl adalah A = 9,9916; B = -4687,5000; dan r = -0,8374; sehingga diperoleh persamaan regresi tetapan laju reaksi untuk siproheptadin HCl adalah Y = -4687,5000 X + 9,9916.

Sesuai dengan persamaan Arhenius, A T R E k ln ln + × − = A T R E k 1 ln ln = × +

Apabila persamaan regresi tetapan laju reaksi : Y = B × X + A

24

Maka, A

T B

k = ×1 +

ln sehingga persamaan tetapan laju reaksi siproheptadin HCl

menjadi ln =-4687,5000 ×1 +9,9916 T

k dan nilai k250C dapat dihitung dengan

mengganti nilai T menjadi 298. Tetapi karena nilai r dari hasil regresi antara 1/T dan ln k siproheptadin HCl kurang dari nilai r tabel untuk 1 derajad bebas dengan tingkat signifikansi 95% (0,997) maka persamaan tersebut tidak dapat digunakan untuk menghitung nilai k250C.

Nilai r menunjukkan korelasi antara 1/T dengan ln k, apabila nilainya masih di bawah nilai dari r tabel maka korelasi antara 1/T dan ln k belum dapat dipastikan sehingga apabila tetap digunakan untuk menghitung nilai k250C akan didapatkan nilai k250C yang tidak akurat. Padahal nilai k250C selanjutnya akan digunakan untuk menghitung nilai t90 yang digunakan sebagai pendekatan untuk penentuan beyond use date.

Hasil nilai r dari regresi antara 1/T dan ln k siproheptadin HCl kurang dari nilai r tabel karena dimungkinkan degradasi siproheptadin HCl dalam sediaan racikan pulveres masih dalam tahap lag fase. Menurut Connors, dkk (1986),

degradasi dari sediaan padat mempunyai bentuk kurva sigmoid dengan lag fase yang kemudian dilanjutkan pada fase akselerasi dan deakselerasi. Maka apabila masih dalam tahap lag fase, nilai liniaritasnya masih berada di bawah nilai r tabel.

24

Gambar 9. Kinetika dari dekomposisi sediaan padat

Oleh karena kecepatan degradasi dari ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl tidak dapat dihitung maka t90 dari ketotifen fumarat maupun siproheptadin HCl tidak dapat ditentukan, hal ini menyebabkan stabilitas dari ketotifen fumarat maupun siproheptadin HCl dalam sediaan racikan pulveres juga belum dapat dipastikan.

2. Uji stabilitas dipercepat dengan 1 peringkat suhu

Menurut Kupiec (2003), penentuan beyond use date dengan menggunakan metode stabilitas dipercepat cukup menggunakan satu peringkat suhu saja, yaitu 400. Karena penentuan beyond use date dengan pendekatan menggunakan t90 dari senyawa yang memiliki t90 lebih singkat tidak dapat dilakukan maka penentuan beyond use date sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl dilakukan menggunakan uji stabilitas dipercepat dengan satu peringkat suhu, yaitu 400C selama 7 hari.

24

Tabel IX. Kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl setelah

pemanasan selama 7 hari dengan menggunakan suhu 400 C

Hari

Kadar siproheptadin HCl (%B/B)

X ± SE

Kadar ketotifen fumarat (%B/B) X ± SE 0 0,40 ± 0,02 0,24 ± 0,02 1 0,40 ± 0,02 0,25 ± 0,01 2 0,39 ± 0,01 0,25 ± 0,01 3 0,41 ± 0,02 0,28 ± 0,01 4 0,37 ± 0,02 0,23 ± 0,03 5 0,34 ± 0,02 0,24 ± 0,01 6 0,40 ± 0,03 0,35 ± 0,03 7 0,36 ± 0,01 0,27 ± 0,01

Hasil uji stabilitas ketotifen fumarat dan siproheptadin dalam sediaan racikan pulveres selama 7 hari dengan pemanasan pada suhu 400Ctelah tercantum pada tabel IX. Berdasarkan uji statistik menggunakan One Way ANNOVA dengan tingkat signifikansi 95% perbedaan kadar ketotifen fumarat dan kadar siproheptadin HCl setelah pemanasan selama 7 hari adalah berbeda bermakna. Adanya perbedaan kadar yang bermakna setelah pemanasan selama 7 hari, tidak dapat membuktikan bahwa sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl ini tidak stabil selama 1 bulan kedepan.

Secara umum, suatu sediaan obat dikatakan stabil jika selama penyimpanan kadarnya tidak boleh berkurang lebih dari 10% akan tetapi perlu dilihat lagi monografi dari masing- masing obat. Kadar minimum tablet siproheptadin HCl yang masih diperbolehkan menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah 90% dan kadar maksimumnya 110%. Batasan kadar untuk tablet ketotifen fumarat tidak ada di Farmakope Indonesia maupun literatur lain yang telah dicari oleh penulis, jadi sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat

24

dan siproheptadin HCl dikatakan stabil apabila kadar siproheptadin dalam racikan sediaan tersebut tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.

Hasil persentase perubahan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl selama 7 hari tertera pada tabel X. Persentase perubahan kadar tersebut didapat dengan membandingkan kadar pada hari tertentu dengan kadar pada hari ke-0.

Tabel X. Persentase perubahan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin

HCl setelah pemanasan selama 7 hari dengan menggunakan suhu 400C

Hari Persentase perubahan kadar ketotifen fumarat

Persentas e perubahan kadar siproheptadin HCl 0 100,00 100,00 1 104,17 100,00 2 104,17 97,50 3 116,67 102,50 4 95,83 92,50 5 100,00 85,00 6 145,83 100,00 7 112,5 90,00

Dari data persentase perubahan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl setelah pemanasan selama 7 hari dengan suhu 400C pada tabel X dapat dilihat bahwa rentang persentase perubahan kadar ketotifen fumarat adalah 95,83%-145,83% dan untuk siproheptadin HCl adalah 85,00%-102,50%. Apabila disesuaikan dengan ketentuan dari Farmakope Indonesia mengenai rentang kadar yang diperbolehkan untuk tablet siproheptadin HCl maka sediaan racikan pulveres tersebut dapat dikatakan tidak stabil. Akan tetapi, sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl dari rumah sakit X ini, belum dapat dikatakan tidak stabil karena hal ini dapat disebabkan oleh zat aktif (ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl) dalam tiap pulveres sangat kecil

24

sehingga adanya sedikit saja perbedaan antar tiap bungkus pulveres saat pembagian serbuk campuran obat dalam proses peracikan dapat memberikan perbedaan kadar yang menjadi sangat bermakna. Jadi adanya perbedaan kadar bukan berarti terjadi degradasi atau perubahan zat aktif karena pemanasan yang dilakukan selama 7 hari sehingga mempengaruhi kadarnya dalam tiap sediaan racikan pulveres.

Terjadinya perbedaan kadar selain disebabkan karena zat aktif yang terlalu kecil, dapat pula disebabkan karena perubahan bentuk sediaan. Sediaan siproheptadin HCl yang digunakan (Pronicy, Kalbe Farma) merupakan kaplet salut film seharusnya bentuk sediaan bersalut tidak boleh dipecah lagi karena adanya salut berfungsi untuk melindungi sediaan agar tidak rusak oleh asam lambung. Proses peracikan yang dilakukan telah merusak lapisan film yang ada pada kaplet menyebabkan ada sebagian siproheptadin HCl yang masih menempel pada salutnya sehingga tidak dapat larut sempurna dengan pelarut yang digunakan sehingga mempengaruhi kadarnya saat dilakukan penetapan kadar.

3. Menggunakan 25% dari waktu expired date sediaan aslinya

Beyond use date untuk sediaan nonaqueous liquids dan sediaan padat tidak lebih dari 25% dari sisa waktu expired date obatnya atau 6 bulan, dipilih mana yang lebih singkat (Kupiec, 2003). Jadi selain dengan menggunakan uji stabilitas menggunakan 3 peringkat suhu dan uji stabilitas dipercepat dengan satu peringkat suhu, beyond use date dapat ditentukan dari 25% sisa waktu expired date obatnya atau hanya 6 bulan.

24

Sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl merupakan sediaan padat sehingga beyond use datenya adalah 6 bulan atau tidak lebih dari 25% dari expired date dari tablet ketotifen fumarat atau siproheptadin HCl yang memiliki expired date yang lebih singkat. Expired date

untuk tablet ketotifen fumarat (Profilas, Dankos) adalah April 2010 dan untuk tablet siproheptadin HCl (Pronicy, Kalbe Farma) adalah Mei 2010. Maka beyond use date dari sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl adalah 25% dari sisa expired date tablet ketotifen fumarat. Sisa

expired date untuk tablet ketotifen fumarat adalah 3 tahun (2007-2010) sehingga

beyond use date dari sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl adalah 9 bulan, dihitung sejak tanggal peracikan (28 Agustus 2007) yaitu 28 Mei 2008.

Dokumen terkait