4. PENYELESAIAN MASALAH PENENTUAN BOBOT-BOBOT DALAM
4.1 Penentuan Bobot-Bobot untuk Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai
40
Universitas IndonesiaBAB 4
PENYELESAIAN MASALAH PENENTUAN BOBOT-BOBOT DALAM METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL PEMROGRAMAN LINIER
Pada bab ini akan digunakan pendekatan model pemrograman linier untuk
menentukan bobot-bobot dalam metode
Analytic Hierarchy Process(AHP)
dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan yang telah diberikan.
Penentuan bobot-bobot ini dilakukan pada dua jenis matriks perbandingan
berpasangan, yaitu matriks perbandingan berpasangan bernilai tunggal dan
matriks perbandingan berpasangan bernilai interval. Pertama akan dibahas
penentuan bobot-bobot untuk matriks perbandingan berpasangan bernilai tunggal,
kemudian penentuan bobot-bobot untuk matriks perbandingan berpasangan
bernilai interval, dan terakhir akan dilakukan penerapan analisa sensitivitas dalam
metode AHP.
4.1 Penentuan Bobot-Bobot untuk Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai
Tunggal
4.1.1 Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai Tunggal Konsisten
Dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan yang ada pada
Bab 2 persamaan (2.14) akan ditentukan bobot-bobot dari matriks tersebut dengan
menggunakan pendekatan model pemrograman linier yang ada pada Bab 3.
Matriks tersebut merupakan matriks perbandingan berpasangan bernilai tunggal
yang berukuran
͵ ൈ ͵, yang diperoleh dari hasil penilaian perbandingan
berpasangan untuk elemen pada level kriteria (Tabel 2.3) disajikan dalam bentuk
sebagai berikut:
ܣଵ ൌ ൭ͳȀʹͳ ʹͳ ͵
Universitas Indonesia
Pendekatan model pemrograman linier yang digunakan terbagi menjadi
dua tahap, yaitu formulasi untuk menentukan batas konsistensi dari matriks
perbandingan berpasangan dan formulasi untuk menentukan suatu vektor prioritas
yang merupakan bobot-bobot dari setiap elemen dalam suatu level hierarki,
dengan menggunakan batas konsistensi pada tahap pertama. Formulasi untuk
tahap pertama sebagai berikut:
Fungsi objektif:
ݖଵଶݖଵଷݖଶଷ(4.2)
dengan kendala:
ݔଵെݔଶ െݕଵଶ ൌ ʹǡ(4.3)
ݔଶെݔଵ െݕଶଵൌ ͳȀʹǡ(4.4)
ݔଵെݔଷ െݕଵଷ ൌ ǡ(4.5)
ݔଷെݔଵ െݕଷଵൌ ͳȀǡ(4.6)
ݔଶെݔଷെݕଶଷ ൌ ͵ǡ(4.7)
ݔଷെݔଶെݕଷଶ ൌ ͳȀ͵ǡ(4.8)
ݖ െݕ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆(4.9)
ݖ െݕ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆(4.10)
ݔଵ ൌ Ͳǡ(4.11)
ݔଵെ ݔଶ Ͳǡ(4.12)
ݔଵെ ݔଷ Ͳǡ(4.13)
ݔଶെ ݔଷ Ͳǡ(4.14)
ݖ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆(4.15)
ݔǡ ݕݑ݊ݎ݁ݏݐݎ݅ܿݐ݁݀ǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡʹǡ͵Ǥ(4.16)
Fungsi kendala (4.3) – (4.8) merupakan fungsi kendala yang berkaitan
dengan perbandingan dari entri-entri pada matriks perbandingan berpasangan
(4.1). Fungsi kendala (4.9) – (4.10) merupakan fungsi kendala yang berkaitan
dengan nilai mutlak
error. Fungsi kendala (4.11) merupakan fungsi kendala yang
berkaitan dengan penetapan bobot pada elemen pertama. Fungsi kendala (4.12) –
(4.14) merupakan fungsi kendala yang berkaitan dengan elemen dominan. Fungsi
kendala ini diperoleh dari setiap entri pada matriks perbandingan berpasangan
42
Universitas Indonesia
yang mempunyai nilai lebih besar dari satu
ሺܽ ͳሻ. Diperoleh entri-entri
ܽଵଶǡ ܽଵଷǡ ܽଶଷ
, yang mengandung arti bahwa elemen 1 lebih mendominasi
elemen 2, elemen 1 lebih mendominasi elemen 3, dan elemen 2 lebih
mendominasi elemen 3. Fungsi kendala (4.12) – (4.14) juga merupakan fungsi
kendala yang berkaitan dengan baris dominan. Fungsi kendala ini diperoleh
dengan cara membandingkan setiap dua baris dengan kolom yang bersesuaian
ሺܽ ܽǡ ݇Ǣܽ ܽǡ ݍሻ. Diperoleh entri-entri
ܽଵଶǡ ܽଵଷǡ ܽଶଷ
yang mengandung arti bahwa, baris 1 lebih mendominasi baris
2, baris 1 lebih mendominasi baris 3, dan baris 2 lebih mendominasi baris 3.
Ketika formulasi pada tahap pertama diselesaikan dengan menggunakan
perangkat lunak LINGO, diperoleh
ݖכ ൌ Ͳ. Tahap selanjutnya, dengan
menggunakan batas konsistensi pada tahap pertama akan ditentukan suatu vektor
prioritas dari matriks perbandingan berpasangan pada persamaan (4.1). Formulasi
tahap kedua sebagai berikut:
Fungsi objektif:
ݖ୫ୟ୩ୱ(4.17)
dengan kendala:
ݖଵଶݖଵଷݖଶଷൌ Ͳǡ(4.18)
ݖ୫ୟ୩ୱെݖ Ͳǡ ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆(4.19)
ݖ୫ୟ୩ୱ Ͳǡ(4.20)
dan seluruh kendala pada tahap pertama yaitu fungsi kendala (4.3) – (4.16).
Fungsi kendala (4.18) merupakan fungsi kendala yang berkaitan dengan vektor
solusi pada tahap pertama pemrograman linier, dimana
ݖכ ൌ Ͳadalah nilai fungsi
objektif yang optimal pada tahap pertama.
Ketika formulasi tahap kedua diselesaikan dengan menggunakan
perangkat lunak LINGO, diperoleh suatu vektor prioritas seperti berikut:
൭ݔݔଵଶ ݔଷ൱ ൌ൭
Ͳ െͲǤͻ͵ െͳǤͻʹ൱
Universitas Indonesia
Karena
ݔଵǡ ݔଶdan
ݔଷmerupakan variabel yang ditransformasi dalam ruang
logaritma natural, maka dengan mengembalikan variabel tersebut ke bentuk
awalnya diperoleh:
൭ݓݓଵଶ ݓଷ൱ ൌ൭ ͳ ͲǤͷ ͲǤͳ൱Jumlahkan
ݓଵǡ ݓଶǡdan
ݓଷdidapatkan:
ݓଵݓଶݓଷ ൌ ͳ ͲǤͷ ͲǤͳ ൌ ͳǤ
Hasil penjumlahannya melebihi satu, yang berarti tidak sesuai dengan prinsip total
bobot keseluruhan. Karena itu, perlu dilakukan normalisasi agar jumlah total
bobot keseluruhan sama dengan satu. Hasil akhir yang diperoleh:
ݓଵ ൌͳǤ ൌ ͲǤͳ ݓଶ ൌ ͳǤ ൌ ͲǤ͵ͲǤͷ ݓଷ ൌ ͲǤͳͳǤ ൌ ͲǤͳ
Jadi, bobot-bobot yang diperoleh adalah
ݓଵ ൌ ͲǤǡ ݓଶ ൌ ͲǤ͵ݓଷ ൌ ͲǤͳǤDalam hal ini,
ݓଵmerupakan bobot untuk kriteria proses belajar mengajar dalam
memilih sekolah,
ݓଶmerupakan bobot untuk kriteria lingkungan pergaulan dalam
memilih sekolah, dan
ݓଷmerupakan bobot untuk kriteria kehidupan sekolah
dalam memilih sekolah.
Lalu, uji konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan tersebut
dengan menggunakan
ݖכൌ Ͳ. Gunakan persamaan (3.17) dan
݊ ൌ ͵, maka:
CIPL =
ሺିଵሻଶ௭כ=
ଷሺଷିଵሻଶǤ=
ͲDidapatkan
ൌ Ͳ, maka matriks perbandingan berpasangan tersebut konsisten.
Jadi, bobot dengan elemen yang tertinggi akan menjadi pilihan terbaik (prioritas
utama) yaitu proses belajar mengajar dengan prioritas 0.6.
44
Universitas Indonesia
4.1.2 Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai Tunggal Tidak Konsisten
Diberikan matriks perbandingan berpasangan tunggal berukuran
ͷ ൈ ͷyang ada pada persamaan (4.21). Akan ditentukan bobot-bobot dari matriks
tersebut dengan menggunakan pendekatan model pemrograman linier.
ܣଶ ൌ ۉ ۈ ۇ ͳ ʹ ʹǤͷ ͺ ͷ ͳȀʹ ͳ ͳȀͳǤͷ ͷ ͳȀʹǤͷ ͳǤͷ ͳ ͷ ͵ ͳȀͺ ͳȀ ͳȀͷ ͳ ͳȀʹ ͳȀͷ ͳȀͷ ͳȀ͵ ʹ ͳ ی ۋ ۊ
(4.21)
Formulasi untuk tahap pertama sebagai berikut:
Fungsi objektif:
ݖ ହ ୀାଵ ସ ୀଵ(4.22)
dengan kendala:
ݔଵെݔଶെݕଵଶൌ ʹǡ(4.23)
ݔଶെݔଵെݕଶଵൌ ͳȀʹǡ(4.24)
ݔଵെݔଷെݕଵଷൌ ʹǤͷǡ(4.25)
ݔଷെݔଵെݕଷଵൌ ͳȀʹǤͷǡ(4.26)
ݔଵെݔସെݕଵସൌ ͺǡ(4.27)
ݔସെݔଵെݕସଵൌ ͳȀͺǡ(4.28)
ݔଵെݔହെݕଵହൌ ͷǡ(4.29)
ݔହെݔଵെݕହଵൌ ͳȀͷǡ(4.30)
ݔଶെݔଷെݕଶଷ ൌ ͳȀͳǤͷǡ(4.31)
ݔଷെݔଶെݕଷଶ ൌ ͳǤͷǡ(4.32)
ݔଶെݔସെݕଶସ ൌ ǡ(4.33)
ݔସെݔଶെݕସଶൌ ͳȀǡ(4.34)
ݔଶെݔହെݕଶହ ൌ ͷǡ(4.35)
ݔହെݔଶെݕହଶ ൌ ͳȀͷǡ(4.36)
ݔଷെݔସെݕଷସ ൌ ͷǡ(4.37)
Universitas Indonesia ݔସെݔଷെݕସଷൌ ͳȀͷǡ
(4.38)
ݔଷെݔହെݕଷହ ൌ ͵ǡ(4.39)
ݔହെݔଷെݕହଷ ൌ ͳȀ͵ǡ(4.40)
ݔସെݔହെݕସହൌ ͳȀʹǡ(4.41)
ݔହെݔସെݕହସ ൌ ʹǡ(4.42)
ݖ െݕ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ǥ ǡͷǢ ݅ ൏ ݆(4.43)
ݖ െݕ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ǥ ǡͷǢ ݅ ൏ ݆(4.44)
ݔଵ ൌ Ͳǡ(4.45)
ݔଵെ ݔଶ Ͳǡ(4.46)
ݔଵെ ݔଷ Ͳǡ(4.47)
ݔଵെ ݔସ Ͳǡ(4.48)
ݔଵെ ݔହ Ͳǡ(4.49)
ݔଶെ ݔସ Ͳǡ(4.50)
ݔଶെ ݔହ Ͳǡ(4.51)
ݔଷെ ݔସ Ͳǡ(4.52)
ݔଷെ ݔହ Ͳǡ(4.53)
ݔହെ ݔସ Ͳǡ(4.54)
ݔଷെ ݔଶ Ͳǡ(4.55)
ݖ Ͳǡ(4.56)
ݔǡ ݕݑ݊ݎ݁ݏݐݎ݅ܿݐ݁݀ǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡʹǡ ǥ ǡ ͷǤ(4.57)
Fungsi kendala (4.23) – (4.42) merupakan fungsi kendala yang berkaitan
dengan perbandingan dari entri-entri pada matriks perbandingan berpasangan
(4.21). Fungsi kendala (4.43) – (4.44) merupakan fungsi kendala yang berkaitan
dengan nilai mutlak
error. Fungsi kendala (4.45) merupakan fungsi kendala yang
berkaitan dengan penetapan bobot pada elemen pertama. Fungsi kendala (4.46) –
(4.55) merupakan fungsi kendala yang berkaitan dengan elemen dominan, dimana
elemen 1 mendominasi elemen 2, elemen 1 mendominasi elemen 3, elemen 1
mendominasi elemen 4, elemen 1 mendominasi elemen 5, elemen 2 mendominasi
elemen 4, elemen 2 mendominasi elemen 5, elemen 3 mendominasi elemen 2,
elemen 3 mendominasi elemen 4, elemen 3 mendominasi elemen 5, dan elemen 5
mendominasi elemen 4. Fungsi kendala (4.46) – (4.54) merupakan fungsi kendala
46
Universitas Indonesia
yang berkaitan dengan baris dominan, dimana baris 1 mendominasi baris 2, baris
1 mendominasi baris 3, baris 1 mendominasi baris 4, baris 1 mendominasi baris 5,
baris 2 mendominasi baris 4, baris 2 mendominasi baris 5, baris 3 mendominasi
baris 4, baris 3 mendominasi baris 5, dan baris 5 mendominasi baris 4.
Ketika formulasi pada tahap pertama diselesaikan dengan menggunakan
perangkat lunak LINGO, diperoleh
ݖכ ൌ ʹǤͲͶ. Tahap selanjutnya, dengan
menggunakan batas konsistensi pada tahap pertama akan ditentukan vektor
prioritas dari matriks perbandingan berpasangan pada persamaan (4.21).
Formulasi tahap kedua sebagai berikut:
Fungsi objektif:
ݖ୫ୟ୩ୱ(4.58)
dengan kendala:
ݖ ହ ୀାଵ ସ ୀଵ ൌ ʹǤͲͶ(4.59)
ݖ୫ୟ୩ୱെݖ Ͳǡ ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ǥ ǡͷǢ ݅ ൏ ݆(4.60)
ݖ୫ୟ୩ୱ Ͳǡ(4.61)
dan seluruh kendala pada tahap pertama yaitu fungsi kendala (4.23) – (4.57).
Ketika formulasi tahap kedua diselesaikan dengan menggunakan
perangkat lunak LINGO, diperoleh suatu vektor prioritas seperti berikut:
ۉ ۈ ۇ ݔଵ ݔଶ ݔଷ ݔସ ݔହی ۋ ۊ ൌ ۉ ۈ ۇ Ͳ െͲǤͻ͵ െͲǤͻ͵ െʹǤ͵Ͳʹ െͳǤͻʹی ۋ ۊ
Karena
ݔଵǡ ݔଶǡ ݔଷǡ ݔସǡ ݔହmerupakan variabel yang ditransformasi dalam ruang
logaritma natural maka dengan mengembalikan variabel tersebut ke bentuk
awalnya diperoleh:
Universitas Indonesia ۉ ۈ ۇ ݓଵ ݓଶ ݓଷ ݓସ ݓହی ۋ ۊൌ ۉ ۈ ۇ ͳ ͲǤͷ ͲǤͷ ͲǤͳ ͲǤͳی ۋ ۊ
Jumlahkan
ݓଵǡ ݓଶǡ ݓଷǡ ݓସǡ ݓହmaka diperoleh:
ݓଵݓଶݓଷ ݓସ ݓହ ൌ ͳ ͲǤͷ ͲǤͷ ͲǤͳ ͲǤͳ ൌ ʹǤʹ
Hasil penjumlahannya melebihi satu, yang berarti tidak sesuai dengan prinsip total
bobot keseluruhan. Karena itu, perlu dilakukan normalisasi agar jumlah total
bobot keseluruhan sama dengan satu. Hasil akhir yang didapatkan yaitu:
ݓଵ ൌʹǤʹ ൌ ͲǤͶͶͳͳ ݓଶ ൌʹǤʹ ൌ ͲǤʹʹͳͲǤͷ ݓଷ ൌʹǤʹ ൌ ͲǤʹʹͳͲǤͷ ݓସ ൌʹǤʹ ൌ ͲǤͲͶͶͲǤͳ ݓହ ൌͲǤͳʹǤʹ ൌ ͲǤͲ͵
Jadi, bobot-bobot yang diperoleh adalah
ݓଵ ൌ ͲǤͶͶͳǡ ݓଶ ൌ ͲǤʹʹͳǡ ݓଷ ൌ ͲǤʹʹͳǡ ݓସ ൌ ͲǤͲͶͶǡ ݓହ ൌ ͲǤͲ͵.
Lalu, uji konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan tersebut
dengan menggunakan
ݖכൌ ʹǤͲͶ. Gunakan persamaan (3.17) dan
݊ ൌ ͷ, maka:
CIPL =
ሺିଵሻଶ௭כ=
ଶሺଶǤସሻହሺହିଵሻ=
ସǤଵଶ଼ଶ=
ͲǤʹͲͶDidapatkan
ൌ ͲǤʹͲͶ, selanjutnya dengan menggunakan persamaan (2.13) dan
nilai
ൌ ͳǤͳʹyang diperoleh dari Tabel 2.2 untuk
݊ ൌ ͷ, maka:
48
Universitas Indonesia
Matriks perbandingan berpasangan tersebut tidak konsisten dan karena diperoleh
ൌ ͲǤͳͺͶ ͲǤͳ, maka nilai ketidakkonsistenan dari matriks tersebut tidak
dapat diterima. Jadi, bobot dengan elemen tertinggi belum tentu menjadi pilihan
yang terbaik (prioritas utama).
4.2 Penentuan Bobot-Bobot untuk Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai
Interval
Diberikan matriks perbandingan berpasangan interval berukuran
͵ ൈ ͵yang ada pada persamaan (4.62). Akan ditentukan bobot-bobot dari matriks
tersebut dengan menggunakan pendekatan model pemrograman linier.
ܣଷ ൌ ቌ ͳ ሺͷǡሻ ሺʹǡͶሻ
ሺͳ Τ ǡ ͳ ͷΤ ሻ ͳ ሺͳ ͵Τ ǡ ͳ ʹΤ ሻ
ሺͳ ͶΤ ǡ ͳ ʹΤ ሻ ሺʹǡ͵ሻ ͳ ቍ
(4.62)
Pendekatan model pemrograman linier yang digunakan juga terbagi
menjadi dua tahap, yaitu formulasi untuk menentukan batas konsistensi dari
matriks perbandingan berpasangan dan formulasi untuk menentukan suatu vektor
prioritas dengan menggunakan batas konsistensi pada tahap pertama. Formulasi
untuk tahap pertama sebagai berikut:
Fungsi objektif:
ݖଵଶݖଵଷݖଶଷ(4.63)
dengan kendala:
ݔଵെݔଶെݕଵଶൌ ξ͵ͷǡ(4.64)
ݔଶെݔଶെݕଶଵ ൌ ඥͳȀ͵ͷǡ(4.65)
ݔଵെݔଷെݕଵଷൌ ξͺǡ(4.66)
ݔଷെݔଵെݕଷଵൌ ඥͳȀͺǡ(4.67)
ݔଶെݔଷെݕଶଷ ൌ ඥͳȀǡ(4.68)
Universitas Indonesia ݔଷെݔଶെݕଷଶ ൌ ξǡ
(4.69)
ݖ െݕ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆(4.70)
ݖ െݕ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆(4.71)
ݔଵ ൌ Ͳǡ(4.72)
ݔଵെ ݔଶ ͷǡ(4.73)
ݔଵെ ݔଶ ǡ(4.74)
ݔଵെ ݔଷ ʹǡ(4.75)
ݔଵെ ݔଷ Ͷǡ(4.76)
ݔଶെ ݔଷ ͳȀ͵ǡ(4.77)
ݔଶെ ݔଷ ͳȀʹǡ(4.78)
ݖ Ͳǡ(4.79)
ݔǡ ݕݑ݊ݎ݁ݏݐݎ݅ܿݐ݁݀ǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡʹǡ͵Ǥ(4.80)
Fungsi kendala (4.64) – (4.69) merupakan fungsi kendala yang berkaitan
dengan perbandingan relatif dari entri-entri pada matriks perbandingan
berpasangan (4.62). Fungsi kendala (4.70) – (4.71) merupakan fungsi kendala
yang berkaitan dengan nilai mutlak
error. Fungsi kendala (4.72) merupakan
fungsi kendala yang berkaitan dengan penetapan bobot pada elemen pertama.
Fungsi kendala (4.73) – (4.78) merupakan fungsi kendala yang berkaitan dengan
batas perbandingan relatif dari bobot-bobot dari setiap elemen. Fungsi kendala
(4.73), (4.75), dan (4.77) merupakan fungsi kendala yang bertindak seperti fungsi
kendala elemen dominan pada matriks perbandingan berpasangan tunggal untuk
ܽ ͳdengan
݅ǡ ݆ ൌ ͳǡʹǡ͵. Fungsi kendala (4.74), (4.76), dan (4.78) merupakan
fungsi kendala yang bertindak seperti fungsi kendala elemen dominan pada
matriks perbandingan berpasangan tunggal untuk
ܽ ൏ ͳdengan
݅ǡ ݆ ൌ ͳǡʹǡ͵.
Ketika formulasi pada tahap pertama diselesaikan dengan menggunakan
perangkat lunak LINGO, diperoleh
ݖכ ൌ ͲǤͳͷͺ. Tahap selanjutnya, dengan
menggunakan batas konsistensi pada tahap pertama akan ditentukan vektor
prioritas dari matriks perbandingan berpasangan pada persamaan (4.62). Model
tahap kedua untuk matriks persamaan tersebut sebagai berikut,
50
Universitas IndonesiaFungsi objektif:
ݖ୫ୟ୩ୱ(4.81)
dengan kendala:
ݖଵଶݖଵଷݖଶଷൌ ͲǤͳͷͺ(4.82)
ݖ୫ୟ୩ୱെݖ Ͳǡ ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆(4.83)
ݖ୫ୟ୩ୱ Ͳǡ(4.84)
dan seluruh kendala pada tahap pertama yaitu fungsi kendala (4.64) – (4.80).
Ketika formulasi tahap kedua diselesaikan dengan menggunakan
perangkat lunak LINGO, diperoleh suatu vektor prioritas seperti berikut,
൭ݔݔଵଶ ݔଷ൱ ൌ൭
Ͳ െͳǤͺ͵ͳ െͲǤͻͺ൱
Karena
ݔଵǡ ݔଶdan
ݔଷmerupakan variabel yang ditransformasi dalam ruang
logaritma natural maka dengan mengembalikan variabel tersebut ke bentuk
awalnya diperoleh:
൭ݓݓଵଶ ݓଷ൱ ൌ൭ ͳ ͲǤͳ ͲǤ͵͵൱Jumlahkan
ݓଵǡ ݓଶǡdan
ݓଷdidapatkan:
ݓଵݓଶݓଷ ൌ ͳ ͲǤͳ ͲǤ͵͵ ൌ ͳǤͷ͵͵
Hasil penjumlahannya melebihi satu, yang berarti tidak sesuai dengan prinsip total
bobot keseluruhan. Karena itu, perlu dilakukan normalisasi agar jumlah total
bobot keseluruhan sama dengan satu. Hasil akhir yang diperoleh berupa:
ݓଵ ൌͳǤͷ͵͵ ൌ ͲǤͷʹͳ ݓଶ ൌͳǤͷ͵͵ ൌ ͲǤͳͲͷͲǤͳ ݓଷ ൌͲǤ͵͵ͳǤͷ͵͵ ൌ ͲǤʹͶ͵
Universitas Indonesia
Jadi, bobot-bobot yang diperoleh adalah
ݓଵ ൌ ͲǤͷʹǡ ݓଶ ൌ ͲǤͳͲͷݓଷ ൌ ͲǤʹͶ͵ǤLalu, uji konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan tersebut
dengan menggunakan
ݖכൌ ͲǤͳͷͺ. Gunakan persamaan (3.17) dan
݊ ൌ ͵maka,
CIPL =
ሺିଵሻଶ௭כ=
ଶሺǤଵହ଼ሻଷሺଷିଵሻ=
Ǥଷଵ=
ͲǤͲͷ͵Didapatkan
ൌ ͲǤͲͷ͵, selanjutnya dengan menggunakan persamaan (2.13) dan
nilai
ൌ ͲǤͷͺyang diperoleh dari Tabel 2.2 untuk
݊ ൌ ͵maka,
ൌͲǤͲͷ͵ͲǤͷͺ ൌ ͲǤͲͻ