• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Bobot-Bobot untuk Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai

4. PENYELESAIAN MASALAH PENENTUAN BOBOT-BOBOT DALAM

4.1 Penentuan Bobot-Bobot untuk Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai





40

Universitas Indonesia

BAB 4

PENYELESAIAN MASALAH PENENTUAN BOBOT-BOBOT DALAM METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL PEMROGRAMAN LINIER

Pada bab ini akan digunakan pendekatan model pemrograman linier untuk

menentukan bobot-bobot dalam metode

Analytic Hierarchy Process

(AHP)

dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan yang telah diberikan.

Penentuan bobot-bobot ini dilakukan pada dua jenis matriks perbandingan

berpasangan, yaitu matriks perbandingan berpasangan bernilai tunggal dan

matriks perbandingan berpasangan bernilai interval. Pertama akan dibahas

penentuan bobot-bobot untuk matriks perbandingan berpasangan bernilai tunggal,

kemudian penentuan bobot-bobot untuk matriks perbandingan berpasangan

bernilai interval, dan terakhir akan dilakukan penerapan analisa sensitivitas dalam

metode AHP.

4.1 Penentuan Bobot-Bobot untuk Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai

Tunggal

4.1.1 Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai Tunggal Konsisten

Dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan yang ada pada

Bab 2 persamaan (2.14) akan ditentukan bobot-bobot dari matriks tersebut dengan

menggunakan pendekatan model pemrograman linier yang ada pada Bab 3.

Matriks tersebut merupakan matriks perbandingan berpasangan bernilai tunggal

yang berukuran

͵ ൈ ͵

, yang diperoleh dari hasil penilaian perbandingan

berpasangan untuk elemen pada level kriteria (Tabel 2.3) disajikan dalam bentuk

sebagai berikut:

ܣ ൌ ൭ͳȀʹͳ ʹͳ ͸͵

Universitas Indonesia

Pendekatan model pemrograman linier yang digunakan terbagi menjadi

dua tahap, yaitu formulasi untuk menentukan batas konsistensi dari matriks

perbandingan berpasangan dan formulasi untuk menentukan suatu vektor prioritas

yang merupakan bobot-bobot dari setiap elemen dalam suatu level hierarki,

dengan menggunakan batas konsistensi pada tahap pertama. Formulasi untuk

tahap pertama sebagai berikut:

Fungsi objektif:

‹‹—ݖଵଶ൅ݖଵଷ൅ݖଶଷ

(4.2)

dengan kendala:

ݔെݔ െݕଵଶ ൌ ސ ʹǡ

(4.3)

ݔെݔ െݕଶଵൌ ސ ͳȀʹǡ

(4.4)

ݔെݔ െݕଵଷ ൌ ސ ͸ǡ

(4.5)

ݔെݔ െݕଷଵൌ ސ ͳȀ͸ǡ

(4.6)

ݔെݔെݕଶଷ ൌ ސ ͵ǡ

(4.7)

ݔെݔെݕଷଶ ൌ ސ ͳȀ͵ǡ

(4.8)

ݖ௜௝ െݕ௜௝൒ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆

(4.9)

ݖ௜௝ െݕ௝௜൒ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆

(4.10)

ݔ ൌ Ͳǡ

(4.11)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.12)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.13)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.14)

ݖ௜௝ ൒ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆

(4.15)

ݔǡ ݕ௜௝ݑ݊ݎ݁ݏݐݎ݅ܿݐ݁݀ǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡʹǡ͵Ǥ

(4.16)

Fungsi kendala (4.3) – (4.8) merupakan fungsi kendala yang berkaitan

dengan perbandingan dari entri-entri pada matriks perbandingan berpasangan

(4.1). Fungsi kendala (4.9) – (4.10) merupakan fungsi kendala yang berkaitan

dengan nilai mutlak

error

. Fungsi kendala (4.11) merupakan fungsi kendala yang

berkaitan dengan penetapan bobot pada elemen pertama. Fungsi kendala (4.12) –

(4.14) merupakan fungsi kendala yang berkaitan dengan elemen dominan. Fungsi

kendala ini diperoleh dari setiap entri pada matriks perbandingan berpasangan

42



Universitas Indonesia

yang mempunyai nilai lebih besar dari satu

ሺܽ௜௝ ൐ ͳሻ

. Diperoleh entri-entri

ܽଵଶǡ ܽଵଷǡ †ƒܽଶଷ

, yang mengandung arti bahwa elemen 1 lebih mendominasi

elemen 2, elemen 1 lebih mendominasi elemen 3, dan elemen 2 lebih

mendominasi elemen 3. Fungsi kendala (4.12) – (4.14) juga merupakan fungsi

kendala yang berkaitan dengan baris dominan. Fungsi kendala ini diperoleh

dengan cara membandingkan setiap dua baris dengan kolom yang bersesuaian

ሺܽ௜௞ ൒ ܽ௝௞ǡ ׊݇Ǣܽ௜௤ ൐ ܽ௝௤ǡ —–—„‡„‡”ƒ’ƒݍሻ

. Diperoleh entri-entri

ܽଵଶǡ ܽଵଷǡ †ƒܽଶଷ

yang mengandung arti bahwa, baris 1 lebih mendominasi baris

2, baris 1 lebih mendominasi baris 3, dan baris 2 lebih mendominasi baris 3.

Ketika formulasi pada tahap pertama diselesaikan dengan menggunakan

perangkat lunak LINGO, diperoleh

ݖכ ൌ Ͳ

. Tahap selanjutnya, dengan

menggunakan batas konsistensi pada tahap pertama akan ditentukan suatu vektor

prioritas dari matriks perbandingan berpasangan pada persamaan (4.1). Formulasi

tahap kedua sebagai berikut:

Fungsi objektif:

‹‹—ݖ୫ୟ୩ୱ

(4.17)

dengan kendala:

ݖଵଶ൅ݖଵଷ൅ݖଶଷൌ Ͳǡ

(4.18)

ݖ୫ୟ୩ୱെݖ௜௝൒ Ͳǡ ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆

(4.19)

ݖ୫ୟ୩ୱ൒ Ͳǡ

(4.20)

dan seluruh kendala pada tahap pertama yaitu fungsi kendala (4.3) – (4.16).

Fungsi kendala (4.18) merupakan fungsi kendala yang berkaitan dengan vektor

solusi pada tahap pertama pemrograman linier, dimana

ݖכ ൌ Ͳ

adalah nilai fungsi

objektif yang optimal pada tahap pertama.

Ketika formulasi tahap kedua diselesaikan dengan menggunakan

perangkat lunak LINGO, diperoleh suatu vektor prioritas seperti berikut:

ݔݔ ݔ൱ ൌ൭

Ͳ െͲǤ͸ͻ͵ െͳǤ͹ͻʹ

Universitas Indonesia

Karena

ݔǡ ݔ

dan

ݔ

merupakan variabel yang ditransformasi dalam ruang

logaritma natural, maka dengan mengembalikan variabel tersebut ke bentuk

awalnya diperoleh:

ݓݓ ݓ൱ ൌ൭ ͳ ͲǤͷ ͲǤͳ͸͹

Jumlahkan

ݓǡ ݓǡ

dan

ݓ

didapatkan:

ݓ൅ݓ൅ݓ ൌ ͳ ൅ ͲǤͷ ൅ ͲǤͳ͸͹ ൌ ͳǤ͸͸͹

Hasil penjumlahannya melebihi satu, yang berarti tidak sesuai dengan prinsip total

bobot keseluruhan. Karena itu, perlu dilakukan normalisasi agar jumlah total

bobot keseluruhan sama dengan satu. Hasil akhir yang diperoleh:

ݓͳǤ͸͸͹ ൌ ͲǤ͸ͳ ݓͳǤ͸͸͹ ൌ ͲǤ͵ͲǤͷ ݓͲǤͳ͸͹ͳǤ͸͸͹ ൌ ͲǤͳ

Jadi, bobot-bobot yang diperoleh adalah

ݓ ൌ ͲǤ͸ǡ ݓ ൌ ͲǤ͵†ƒݓ ൌ ͲǤͳǤ

Dalam hal ini,

ݓ

merupakan bobot untuk kriteria proses belajar mengajar dalam

memilih sekolah,

ݓ

merupakan bobot untuk kriteria lingkungan pergaulan dalam

memilih sekolah, dan

ݓ

merupakan bobot untuk kriteria kehidupan sekolah

dalam memilih sekolah.

Lalu, uji konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan tersebut

dengan menggunakan

ݖכൌ Ͳ

. Gunakan persamaan (3.17) dan

݊ ൌ ͵

, maka:

CIPL =

௡ሺ௡ିଵሻଶ௭כ

=

ଷሺଷିଵሻଶǤ଴

=

Ͳ

Didapatkan

 ൌ Ͳ

, maka matriks perbandingan berpasangan tersebut konsisten.

Jadi, bobot dengan elemen yang tertinggi akan menjadi pilihan terbaik (prioritas

utama) yaitu proses belajar mengajar dengan prioritas 0.6.

44



Universitas Indonesia

4.1.2 Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai Tunggal Tidak Konsisten

Diberikan matriks perbandingan berpasangan tunggal berukuran

ͷ ൈ ͷ

yang ada pada persamaan (4.21). Akan ditentukan bobot-bobot dari matriks

tersebut dengan menggunakan pendekatan model pemrograman linier.

ܣ ൌ ۉ ۈ ۇ ͳ ʹ ʹǤͷ ͺ ͷ ͳȀʹ ͳ ͳȀͳǤͷ ͹ ͷ ͳȀʹǤͷ ͳǤͷ ͳ ͷ ͵ ͳȀͺ ͳȀ͹ ͳȀͷ ͳ ͳȀʹ ͳȀͷ ͳȀͷ ͳȀ͵ ʹ ͳ ی ۋ ۊ

(4.21)

Formulasi untuk tahap pertama sebagai berikut:

Fungsi objektif:

‹‹— ෍ ෍ ݖ௜௝ ௝ୀ௜ାଵ ௜ୀଵ

(4.22)

dengan kendala:

ݔെݔെݕଵଶൌ ސ ʹǡ

(4.23)

ݔെݔെݕଶଵൌ ސ ͳȀʹǡ

(4.24)

ݔെݔെݕଵଷൌ ސ ʹǤͷǡ

(4.25)

ݔെݔെݕଷଵൌ ސ ͳȀʹǤͷǡ

(4.26)

ݔെݔെݕଵସൌ ސ ͺǡ

(4.27)

ݔെݔെݕସଵൌ ސ ͳȀͺǡ

(4.28)

ݔെݔെݕଵହൌ ސ ͷǡ

(4.29)

ݔെݔെݕହଵൌ ސ ͳȀͷǡ

(4.30)

ݔെݔെݕଶଷ ൌ ސ ͳȀͳǤͷǡ

(4.31)

ݔെݔെݕଷଶ ൌ ސ ͳǤͷǡ

(4.32)

ݔെݔെݕଶସ ൌ ސ ͹ǡ

(4.33)

ݔെݔെݕସଶൌ ސ ͳȀ͹ǡ

(4.34)

ݔെݔെݕଶହ ൌ ސ ͷǡ

(4.35)

ݔെݔെݕହଶ ൌ ސ ͳȀͷǡ

(4.36)

ݔെݔെݕଷସ ൌ ސ ͷǡ

(4.37)

Universitas Indonesia ݔെݔെݕସଷൌ ސ ͳȀͷǡ

(4.38)

ݔെݔെݕଷହ ൌ ސ ͵ǡ

(4.39)

ݔെݔെݕହଷ ൌ ސ ͳȀ͵ǡ

(4.40)

ݔെݔെݕସହൌ ސ ͳȀʹǡ

(4.41)

ݔെݔെݕହସ ൌ ސ ʹǡ

(4.42)

ݖ௜௝ െݕ௜௝൒ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ǥ ǡͷǢ ݅ ൏ ݆

(4.43)

ݖ௜௝ െݕ௝௜൒ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ǥ ǡͷǢ ݅ ൏ ݆

(4.44)

ݔ ൌ Ͳǡ

(4.45)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.46)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.47)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.48)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.49)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.50)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.51)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.52)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.53)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.54)

ݔെ ݔ ൒ Ͳǡ

(4.55)

ݖ௜௝ ൒ Ͳǡ

(4.56)

ݔǡ ݕ௜௝ݑ݊ݎ݁ݏݐݎ݅ܿݐ݁݀ǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡʹǡ ǥ ǡ ͷǤ

(4.57)

Fungsi kendala (4.23) – (4.42) merupakan fungsi kendala yang berkaitan

dengan perbandingan dari entri-entri pada matriks perbandingan berpasangan

(4.21). Fungsi kendala (4.43) – (4.44) merupakan fungsi kendala yang berkaitan

dengan nilai mutlak

error

. Fungsi kendala (4.45) merupakan fungsi kendala yang

berkaitan dengan penetapan bobot pada elemen pertama. Fungsi kendala (4.46) –

(4.55) merupakan fungsi kendala yang berkaitan dengan elemen dominan, dimana

elemen 1 mendominasi elemen 2, elemen 1 mendominasi elemen 3, elemen 1

mendominasi elemen 4, elemen 1 mendominasi elemen 5, elemen 2 mendominasi

elemen 4, elemen 2 mendominasi elemen 5, elemen 3 mendominasi elemen 2,

elemen 3 mendominasi elemen 4, elemen 3 mendominasi elemen 5, dan elemen 5

mendominasi elemen 4. Fungsi kendala (4.46) – (4.54) merupakan fungsi kendala

46



Universitas Indonesia

yang berkaitan dengan baris dominan, dimana baris 1 mendominasi baris 2, baris

1 mendominasi baris 3, baris 1 mendominasi baris 4, baris 1 mendominasi baris 5,

baris 2 mendominasi baris 4, baris 2 mendominasi baris 5, baris 3 mendominasi

baris 4, baris 3 mendominasi baris 5, dan baris 5 mendominasi baris 4.

Ketika formulasi pada tahap pertama diselesaikan dengan menggunakan

perangkat lunak LINGO, diperoleh

ݖכ ൌ ʹǤͲ͸Ͷ

. Tahap selanjutnya, dengan

menggunakan batas konsistensi pada tahap pertama akan ditentukan vektor

prioritas dari matriks perbandingan berpasangan pada persamaan (4.21).

Formulasi tahap kedua sebagai berikut:

Fungsi objektif:

‹‹—ݖ୫ୟ୩ୱ

(4.58)

dengan kendala:

෍ ෍ ݖ௜௝ ௝ୀ௜ାଵ ௜ୀଵ ൌ ʹǤͲ͸Ͷ

(4.59)

ݖ୫ୟ୩ୱെݖ௜௝൒ Ͳǡ ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ǥ ǡͷǢ ݅ ൏ ݆

(4.60)

ݖ୫ୟ୩ୱ൒ Ͳǡ

(4.61)

dan seluruh kendala pada tahap pertama yaitu fungsi kendala (4.23) – (4.57).

Ketika formulasi tahap kedua diselesaikan dengan menggunakan

perangkat lunak LINGO, diperoleh suatu vektor prioritas seperti berikut:

ۉ ۈ ۇ ݔ ݔ ݔ ݔ ݔی ۋ ۊ ൌ ۉ ۈ ۇ Ͳ െͲǤ͸ͻ͵ െͲǤ͸ͻ͵ െʹǤ͵Ͳʹ െͳǤ͹ͻʹی ۋ ۊ

Karena

ݔǡ ݔǡ ݔǡ ݔǡ †ƒݔ

merupakan variabel yang ditransformasi dalam ruang

logaritma natural maka dengan mengembalikan variabel tersebut ke bentuk

awalnya diperoleh:

Universitas Indonesia ۉ ۈ ۇ ݓ ݓ ݓ ݓ ݓی ۋ ۊൌ ۉ ۈ ۇ ͳ ͲǤͷ ͲǤͷ ͲǤͳ ͲǤͳ͸͹ی ۋ ۊ

Jumlahkan

ݓǡ ݓǡ ݓǡ ݓǡ †ƒݓ

maka diperoleh:

ݓ൅ݓ൅ݓ൅ ݓ൅ ݓ ൌ ͳ ൅ ͲǤͷ ൅ ͲǤͷ ൅ ͲǤͳ ൅ ͲǤͳ͸͹ ൌ ʹǤʹ͸͹

Hasil penjumlahannya melebihi satu, yang berarti tidak sesuai dengan prinsip total

bobot keseluruhan. Karena itu, perlu dilakukan normalisasi agar jumlah total

bobot keseluruhan sama dengan satu. Hasil akhir yang didapatkan yaitu:

ݓʹǤʹ͸͹ ൌ ͲǤͶͶͳͳ ݓʹǤʹ͸͹ ൌ ͲǤʹʹͳͲǤͷ ݓʹǤʹ͸͹ ൌ ͲǤʹʹͳͲǤͷ ݓʹǤʹ͸͹ ൌ ͲǤͲͶͶͲǤͳ ݓͲǤͳ͸͹ʹǤʹ͸͹ ൌ ͲǤͲ͹͵

Jadi, bobot-bobot yang diperoleh adalah

ݓ ൌ ͲǤͶͶͳǡ ݓ ൌ ͲǤʹʹͳǡ ݓ ൌ ͲǤʹʹͳǡ ݓ ൌ ͲǤͲͶͶǡ †ƒݓ ൌ ͲǤͲ͹͵

.

Lalu, uji konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan tersebut

dengan menggunakan

ݖכൌ ʹǤͲ͸Ͷ

. Gunakan persamaan (3.17) dan

݊ ൌ ͷ

, maka:

CIPL =

௡ሺ௡ିଵሻଶ௭כ

=

ଶሺଶǤ଴଺ସሻହሺହିଵሻ

=

ସǤଵଶ଼ଶ଴

=

ͲǤʹͲ͸Ͷ

Didapatkan

 ൌ ͲǤʹͲ͸Ͷ

, selanjutnya dengan menggunakan persamaan (2.13) dan

nilai

 ൌ ͳǤͳʹ

yang diperoleh dari Tabel 2.2 untuk

݊ ൌ ͷ

, maka:

48



Universitas Indonesia

Matriks perbandingan berpasangan tersebut tidak konsisten dan karena diperoleh

 ൌ ͲǤͳͺͶ ൐ ͲǤͳ

, maka nilai ketidakkonsistenan dari matriks tersebut tidak

dapat diterima. Jadi, bobot dengan elemen tertinggi belum tentu menjadi pilihan

yang terbaik (prioritas utama).

4.2 Penentuan Bobot-Bobot untuk Matriks Perbandingan Berpasangan Bernilai

Interval

Diberikan matriks perbandingan berpasangan interval berukuran

͵ ൈ ͵

yang ada pada persamaan (4.62). Akan ditentukan bobot-bobot dari matriks

tersebut dengan menggunakan pendekatan model pemrograman linier.

ܣ ൌ ቌ ͳ ሺͷǡ͹ሻ ሺʹǡͶሻ

ሺͳ ͹Τ ǡ ͳ ͷΤ ሻ ͳ ሺͳ ͵Τ ǡ ͳ ʹΤ ሻ

ሺͳ ͶΤ ǡ ͳ ʹΤ ሻ ሺʹǡ͵ሻ ͳ

(4.62)

Pendekatan model pemrograman linier yang digunakan juga terbagi

menjadi dua tahap, yaitu formulasi untuk menentukan batas konsistensi dari

matriks perbandingan berpasangan dan formulasi untuk menentukan suatu vektor

prioritas dengan menggunakan batas konsistensi pada tahap pertama. Formulasi

untuk tahap pertama sebagai berikut:

Fungsi objektif:

‹‹—ݖଵଶ൅ݖଵଷ൅ݖଶଷ

(4.63)

dengan kendala:

ݔെݔെݕଵଶൌ ސ ξ͵ͷǡ

(4.64)

ݔെݔെݕଶଵ ൌ ސ ඥͳȀ͵ͷǡ

(4.65)

ݔെݔെݕଵଷൌ ސ ξͺǡ

(4.66)

ݔെݔെݕଷଵൌ ސ ඥͳȀͺǡ

(4.67)

ݔെݔെݕଶଷ ൌ ސ ඥͳȀ͸ǡ

(4.68)

Universitas Indonesia ݔെݔെݕଷଶ ൌ ސ ξ͸ǡ

(4.69)

ݖ௜௝ െݕ௜௝൒ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆

(4.70)

ݖ௜௝ െݕ௝௜൒ Ͳǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆

(4.71)

ݔ ൌ Ͳǡ

(4.72)

ݔെ ݔ ൒ ސ ͷǡ

(4.73)

ݔെ ݔ ൑ ސ ͹ǡ

(4.74)

ݔെ ݔ ൒ ސ ʹǡ

(4.75)

ݔെ ݔ ൑ ސ Ͷǡ

(4.76)

ݔെ ݔ ൒ ސ ͳȀ͵ǡ

(4.77)

ݔെ ݔ ൑ ސ ͳȀʹǡ

(4.78)

ݖ௜௝ ൒ Ͳǡ

(4.79)

ݔǡ ݕ௜௝ݑ݊ݎ݁ݏݐݎ݅ܿݐ݁݀ǡ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡʹǡ͵Ǥ

(4.80)

Fungsi kendala (4.64) – (4.69) merupakan fungsi kendala yang berkaitan

dengan perbandingan relatif dari entri-entri pada matriks perbandingan

berpasangan (4.62). Fungsi kendala (4.70) – (4.71) merupakan fungsi kendala

yang berkaitan dengan nilai mutlak

error

. Fungsi kendala (4.72) merupakan

fungsi kendala yang berkaitan dengan penetapan bobot pada elemen pertama.

Fungsi kendala (4.73) – (4.78) merupakan fungsi kendala yang berkaitan dengan

batas perbandingan relatif dari bobot-bobot dari setiap elemen. Fungsi kendala

(4.73), (4.75), dan (4.77) merupakan fungsi kendala yang bertindak seperti fungsi

kendala elemen dominan pada matriks perbandingan berpasangan tunggal untuk

ܽ௜௝ ൐ ͳ

dengan

݅ǡ ݆ ൌ ͳǡʹǡ͵

. Fungsi kendala (4.74), (4.76), dan (4.78) merupakan

fungsi kendala yang bertindak seperti fungsi kendala elemen dominan pada

matriks perbandingan berpasangan tunggal untuk

ܽ௜௝ ൏ ͳ

dengan

݅ǡ ݆ ൌ ͳǡʹǡ͵

.

Ketika formulasi pada tahap pertama diselesaikan dengan menggunakan

perangkat lunak LINGO, diperoleh

ݖכ ൌ ͲǤͳͷͺ

. Tahap selanjutnya, dengan

menggunakan batas konsistensi pada tahap pertama akan ditentukan vektor

prioritas dari matriks perbandingan berpasangan pada persamaan (4.62). Model

tahap kedua untuk matriks persamaan tersebut sebagai berikut,

50

 Universitas Indonesia

Fungsi objektif:

‹‹—ݖ୫ୟ୩ୱ

(4.81)

dengan kendala:

ݖଵଶ൅ݖଵଷ൅ݖଶଷൌ ͲǤͳͷͺ

(4.82)

ݖ୫ୟ୩ୱെݖ௜௝൒ Ͳǡ ݅ǡ ݆ ൌ ͳǡ ʹǡ ͵Ǣ ݅ ൏ ݆

(4.83)

ݖ୫ୟ୩ୱ൒ Ͳǡ

(4.84)

dan seluruh kendala pada tahap pertama yaitu fungsi kendala (4.64) – (4.80).

Ketika formulasi tahap kedua diselesaikan dengan menggunakan

perangkat lunak LINGO, diperoleh suatu vektor prioritas seperti berikut,

ݔݔ ݔ൱ ൌ൭

Ͳ െͳǤͺ͵ͳ െͲǤͻͺ͹

Karena

ݔǡ ݔ

dan

ݔ

merupakan variabel yang ditransformasi dalam ruang

logaritma natural maka dengan mengembalikan variabel tersebut ke bentuk

awalnya diperoleh:

ݓݓ ݓ൱ ൌ൭ ͳ ͲǤͳ͸ ͲǤ͵͹͵

Jumlahkan

ݓǡ ݓǡ

dan

ݓ

didapatkan:

ݓ൅ݓ൅ݓ ൌ ͳ ൅ ͲǤͳ͸ ൅ ͲǤ͵͹͵ ൌ ͳǤͷ͵͵

Hasil penjumlahannya melebihi satu, yang berarti tidak sesuai dengan prinsip total

bobot keseluruhan. Karena itu, perlu dilakukan normalisasi agar jumlah total

bobot keseluruhan sama dengan satu. Hasil akhir yang diperoleh berupa:

ݓͳǤͷ͵͵ ൌ ͲǤ͸ͷʹͳ ݓͳǤͷ͵͵ ൌ ͲǤͳͲͷͲǤͳ͸ ݓͲǤ͵͹͵ͳǤͷ͵͵ ൌ ͲǤʹͶ͵

Universitas Indonesia

Jadi, bobot-bobot yang diperoleh adalah

ݓ ൌ ͲǤ͸ͷʹǡ ݓ ൌ ͲǤͳͲͷ†ƒݓ ൌ ͲǤʹͶ͵Ǥ

Lalu, uji konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan tersebut

dengan menggunakan

ݖכൌ ͲǤͳͷͺ

. Gunakan persamaan (3.17) dan

݊ ൌ ͵

maka,

CIPL =

௡ሺ௡ିଵሻଶ௭כ

=

ଶሺ଴Ǥଵହ଼ሻଷሺଷିଵሻ

=

଴Ǥଷଵ଺

=

ͲǤͲͷ͵

Didapatkan

 ൌ ͲǤͲͷ͵

, selanjutnya dengan menggunakan persamaan (2.13) dan

nilai

 ൌ ͲǤͷͺ

yang diperoleh dari Tabel 2.2 untuk

݊ ൌ ͵

maka,

 ൌͲǤͲͷ͵ͲǤͷͺ ൌ ͲǤͲͻ

Matriks perbandingan berpasangan tersebut tidak konsisten, tetapi karena

diperoleh

 ൌ ͲǤͲͻ ൏ ͲǤͳ

, maka nilai ketidakkonsistenan dari matriks tersebut

dapat diterima. Jadi, bobot dengan elemen tertinggi masih bisa diterima sebagai

pilihan terbaik (prioritas utama).

Dokumen terkait