• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS

B. Faktor Penghambat

3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis

Dalam menentukan isu-isu strategis yang akan tertuang dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2019-2024 telah dilakukan beberapa tahapan antara lain :

a) Melakukan forum diskusi untuk menentukan permasalahan atau alternatif permasalahan yang dihadapi yang merupakan faktor internal dan eksternal; b) Menentukan skor dari kriteria atau alternatif permasalahan yang telah

ditentukan;

c) Melakukan penilaian alternatif permasalahan;

d) Menghitung rata-rata skor atau bobot setiap permasalahan sehingga akan didapat bobot atau nilai yang paling tinggi itu yang dijadikan sebagi isu strategis.

Isu strategis adalah permasalahan utama yang disepakati untuk dijadikan prioritas penanganan selama kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang. Isu strategis diidentifikasi dari berbagai sumber, yaitu:

1. Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi 2. Eliminasi TB

3. Percepatan penurunan Stunting

4. Percepatan pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (Hipertensi dan Diabetes Militus)

5. Percepatan penurunan Menurunkan AKI dan AKN

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan disusun indikator Dinas Kesehatan Provinsi Riau yang mengacu pada Indikator Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2019 - 2024 dan berdasarkan Perpres 59 Tahun 2017

tentang Sustainable Development Goals (SDG’s). Sebagai alat untuk mengukur

keberhasilan pembangunan kesehatan indikator lain yang digunakan adalah indikator kinerja dari Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Masih sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, yang telah

direvisi menjadi Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

741/Menkes/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, maka Kota/Kota wajib melaksanakan Standar Pelayanan Minimal tersebut yang terdiri dari 4 jenis pelayanan kesehatan dan 18 indikator kinerja yaitu Pelayanan Kesehatan Dasar dengan 14 indikator kinerja, Pelayanan Kesehatan Rujukan dengan 2 indikator, Pelayanan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa/KLB dengan 1 indikator, dan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan 1 indikator.

Dasar hukum rencana tata ruang wilayah Provinsi Riau telah ditetapkan dalam Permendagri Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembuatan dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Pada PP 46/2016 pasal 2 ayat 2 dan pasal 17 ayat 1 Kemendagri sesuai kewenangannya mengatur pembuatan dan pelaskanaan KLHS RPJMD. Dalam pasal 2 dijelaskan bahwa rencana tata ruang wilayah beserta rencana rinciannya RPJP nasional, RPJP daerah, RPJM Nasional dan RPJM daerah. Kebiajakn rencna dan atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan resiko lingkungan hidup. Dalam Perpres 59 tahun 2017 dicantumkan pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Dimana tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia adalah pembangunan yang menjaga : keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, kualitas lingkungan hidup, dan pembangunan yang menjamin dan terlaksananya tata kelola. Terkait dengan penyusunan RPJMD dalam Permendagri No 86 Tahun 2017 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah menyusun KLHS RPJMD dalam rangka mewujudkan RPJMD sesuai prinsip-prinsip berkelanjutan.

RPJMD Provinsi Riau tahun 2019-2024 wajib dilengkapi dengan analisis lingkungan hidup atau KLHS yang mengacu pada Permendagri No 7 Tahun 2018. Pendekatan Implementasi KLHS RPJMD dalam permendagri pembuatan dan pelaksanaan KLHS RPJMD adalah : dikerjakan bersama dengan penyusunan RPJMD, dikerjakan bersama dengan dokumen perencanaan disuse untuk memperkaya dokumen perencanaan dan bertujuan pembangunan berkelanjutan (TPB/SDGs).

Di tingkat global, Agenda SDG telah memasukkan hak atas pangan sebagai tujuan tersendiri, yaitu Tujuan 2: "Mengentaskan kelaparan, mencapai keamanan pangan dan perbaikan gizi serta mempromosikan pertanian berkelanjutan." Tujuan ini

terdiri dari delapan target yang berkisar dari pengentasan kelaparan dan malnutrisi hingga produktivitas pertanian. Sementara itu di tingkat nasional, Pemerintah Indonesia telah memasukkan lima dari delapan target global yang akan dicapai pada 2019.

Pangan adalah kebutuhan dasar bagikeberlanjutan hidup manusia, yang jika tidak tersedia dapat menciptakan kondisi yang mengancam kehidupan, dan karenanya hak atas pangan yang layak adalah hak asasi manusia. Hak atas pangan mencakup tiga pilar utama, yaitu ketersediaan, akses, dan kelayakan.1 Karenanya, untuk menjamin hak setiap orang atas pangan, ketiga pilar tersebut harus dijadikan dasar.

Meskipun sudah memiliki UU tentang ketahanan pangan, Indonesia masih berada di peringkat ke 72 dari 109 negara dalam hal kerawanan pangan dan ketahanan pangan menurut Indeks Ketahanan Pangan Global (Global Food Security Index). World Food Program menemukan tantangan-tantangan sebagai berikut: Ketahanan pangan meningkat antara tahun 2009 dan 2015, dengan 58 dari 398 kecamatan pedesaan yang sangat rentan pada 2015.

Namun kemajuan ini dapat terhambat jika tantangan terkait akses pangan, malnutrisi dan kerentanan terhadap bahaya terkait iklim tidak diatasi. Stunting mempengaruhi 37 persen balita, dan bersama dengan berat badan rendah (underweight) dialami secara luas di seluruh kelompok pendapatan, sementara itu prevalensi berat badan berlebih (overweight) dan obesitas di kalangan orang dewasa meningkat tajam, juga untuk seluruh kelompok pendapatan, Kemiskinan dan harga pangan yang tidak stabil menghambat akses kepada pangan khususnya di wilayah terpencil.

Tujuan 6 TPB adalah menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Dalam rangka mencapai tujuan air bersih dan sanitasi layak pada tahun 2030, ditetapkan 8 target yang diukur melalui 40 indikator. Target-target tersebut terdiri dari akses terhadap air minum layak, akses terhadap sanitasi layak, kualitas air dan limbah, serta pemanfaatan, pengelolaan dan pelestarian sumber daya air. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai target-target tersebut dijabarkan pada kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi nonpemerintah.

Proporsi populasi yang memiliki akses layanan sumber air minum aman dan berkelanjutan. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua. Adapun target nasional dan provinsi diantaranya adalah : Proporsi populasi yang memiliki akses layanan sumber air minum aman dan berkelanjutan

BAB IV

Dokumen terkait