• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

B. BAHAN DAN ALAT 1 Bahan Penelitian

5. Penentuan Parameter Mutu Buah Naga

Parameter yang digunakan sebagai parameter penentuan mutu buah naga adalah parameter-parameter yang secara uji statistik dapat membedakan kelas mutu buah naga. Diagram alir pelaksanaan penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 8.

20 Gambar 8. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

Mulai

Buah Naga Hasil Pemutuan Petani

Pengambilan Citra

Pengukuran Kekerasan

Pengukuran Total Padatan Terlarut

Korelasi antara parameter pengukuran secara langsung dengan parameter pengolahan citra

Pengukuran Tidak Langsung

Pengolahan Citra Hasil Pengolahan :  Panjang  Diameter  Roundness  Area  Indeks Warna RGB

 Indeks Warna HSI

Penentuan parameter mutu buah naga Pengukuran Diameter

Pengukuran Panjang Pengukuran Langsung

Pengukuran Berat

Validasi pemutuan buah naga dengan cara pengolahan citra

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PEMROGAMAN VISUAL BASIC 6.0 UNTUK MENENTUKAN MUTU BUAH NAGA

Pemrograman Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman berbasiskan Windows dengan menggunakan konsep pemrograman visual sehingga memiliki kemudahan dalam perancangan suatu program. Karena Visual Basic merupakan bahasa pemrograman, maka didalamnya berisi perintah-perintah atau instruksi yang dapat dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Tugas-tugas tersebut dapat dijalankan apabila terdapat respon dari pengguna program. Respon tersebut berupa kejadian (event) tertentu, misalnya memilih tombol, memilih menu dan sebagainya.

Gambar 9. Tampilan program setelah dieksekusi

Program aplikasi yang digunakan untuk pemutuan buah naga terdiri dari picture box, text box, label, command button, dan frame. Masing-masing toolbox yang digunakan memiliki fungsi yang berbeda. Picture box berfungsi untuk

22 menampilkan gambar yang dipanggil dari direktori, text box berfungsi untuk menerima input dari program aplikasi yang dibuat, label berfungsi untuk menampilkan teks pada aplikasi yang dibuat untuk memperjelas objek, frame berfungsi untuk menempatkan beberapa kontrol yang dianggap satu kelompok dan command button berfungsi untuk mengeksekusi perintah tertentu.

Adapun program aplikasi untuk pemutuan buah naga yang dibuat memiliki kemampuan untuk melakukan proses thresholding, proses reduksi noise, proses perhitungan diameter, panjang, luas area, ferets diameter, roundness dan warna. Tampilan program setelah dieksekusi dapat dilihat pada Gambar 9.

Proses dan tahapan-tahapan running program adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan citra buah naga

Dengan menggunakan menu Open, maka akan muncul dialog box, selanjutnya mencari letak alamat file citra buah naga. Citra buah naga yang tersedia kemudian dibuka, dan citra buah naga akan tampil pada picture box1. 2. Proses pemisahan citra dengan warna latar belakang

Dengan menggunakan menu Threshold, maka pada picture box2 akan muncul citra buah naga yang sudah dibedakan antara latar belakang dengan objek buah naga. Prinsip program yaitu merubah latar belakang menjadi berwarna hitam, dan objek menjadi berwarna putih.

3. Proses penyempurnaan tampilan citra biner

Dengan menggunakan menu reduksi noise, maka akan dilakukan penyempurnaan (penghapusan noise) pada tampilan citra biner yang telah dibentuk. Operasi yang dilakukan adalah dilation yang berguna untuk penambahan piksel pada objek (menutup celah pada objek) yang dihasilkan akibat pantulan cahaya pada saat proses pengambilan citra.

4. Perhitungan luas area, panjang, diameter, ferets diameter, roundness, dan warna.

Setelah itu, berturut-turut dapat dilakukan proses perhitungan luas area dengan mengklik tombol area, proses perhitungan panjang dengan mengklik tombol panjang, proses perhitungan diameter dengan mengklik tombol diameter, proses perhitungan ferets diameter dengan mengklik tombol ferets diameter, proses perhitungan roundness dengan mengklik tombol roundness.

Selanjutnya nilai intensitas warna RGB dan HSI dapat langsung diperoleh dengan mengklik tombol RGB dan HSI pada frame nilai warna.

(a) (b)

(c)

Gambar 10. Operasi thresholding dan reduksi noise ; (a) citra buah naga, (b) citra hasil thresholding, (c) citra hasil reduksi noise.

B. PEMUTUAN BUAH NAGA DENGAN METODE PENGUKURAN LANGSUNG

Pemutuan buah naga dengan metode pengukuran secara langsung dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yang diduga dapat digunakan sebagai faktor pembuat keputusan untuk menentukan tingkat mutu dari buah naga. Hasil pengukuran untuk tiap mutu buah naga dengan metode pengukuran langsung adalah sebagai berikut :

1. Penentuan Mutu Berdasarkan Berat Buah

Pengukuran berat buah naga dilakukan dengan menggunakan timbangan digital. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, kemudian nilai hasil dari pengukuran dirata-ratakan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk pengukuran berat buah naga, dihasilkan sebaran berat buah naga untuk mutu A sebesar 493.36 – 794.16 gram dengan nilai rata-rata 596.84 gram, mutu B sebesar

24 438.87 – 501.81 gram dengan nilai rata-rata 478.62 gram dan mutu C sebesar 275.45 – 450.89 gram dengan nilai rata-rata 386.14 gram. Hasil perhitungan statistik pada parameter berat untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil perhitungan statistik pada parameter berat buah naga

Berat (gram) Mutu

A B C Maksimum 794.16 501.81 450.89 Minimum 493.36 438.87 275.45 Rata-rata 596.84 478.62 386.14 Standar Deviasi 73.08 14.93 49.61 Ambang Atas - 508.66 449.72 Ambang Bawah 508.66 449.72 -

Grafik sebaran berat untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 11. Pada grafik tersebut dapat dilihat adanya perbedaan yang cukup jelas antara sebaran nilai berat buah naga tiap tingkatan mutu, sehingga parameter berat dapat digunakan sebagai faktor pemutuan buah naga meskipun hasil pengelompokkan masih mengalami sedikit kekeliruan. Hal ini terjadi karena pada saat melakukan pemutuan secara manual, petani tidak mengukur berat buah naga satu persatu tetapi hanya berdasarkan asumsi dan kebiasaan. Dengan demikian buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu A tetapi dikelompokkan ke dalam mutu B, buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu B tetapi dikelompokkan ke dalam mutu A dan C, begitu juga sebaliknya.

Oleh karena pembagian batas yang jelas untuk masing-masing mutu belum ada, maka batasan yang digunakan adalah nilai ambang rata diantara kedua mutu yang berdekatan. Untuk mutu A diperoleh kisaran berat lebih besar dari 508.66 gram, mutu B dengan kisaran berat antara 449.72 – 508.66 gram dan mutu C dengan kisaran berat kurang dari 449.72 gram.

Gambar 11. Grafik sebaran berat buah naga mutu A, B dan C 2. Penentuan Mutu Berdasarkan Panjang Buah

Pengukuran panjang buah naga dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Untuk setiap buah naga dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali ulangan dari arah ujung buah sampai pangkal buah pada titik yang berbeda, kemudian nilai hasil dari pengukuran dirata-ratakan. Dari perhitungan statistik untuk pengukuran panjang buah naga, dihasilkan sebaran panjang buah naga untuk mutu A sebesar 12.61 – 15.74 cm dengan nilai rata-rata 13.90 cm, mutu B sebesar 11.73 – 14.65 cm dengan nilai rata-rata 13.49 cm dan mutu C sebesar 9.19 – 13.26 cm dengan nilai rata-rata 10.37 cm. Hasil perhitungan statistik pada parameter panjang untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil perhitungan statistik pada parameter panjang buah naga

Panjang (cm) Mutu A B C Maksimum 15.74 14.65 13.26 Minimum 12.61 11.73 9.19 Rata-rata 13.90 13.49 10.37 Standar Deviasi 0.90 0.84 0.76 Ambang Atas - 13.66 11.89 Ambang Bawah 13.66 11.89 -

26 Sedangkan grafik sebaran panjang untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 12. Pada grafik tersebut dapat dilihat adanya perbedaan antara sebaran nilai panjang tiap tingkatan mutu, sehingga parameter panjang dapat digunakan sebagai faktor pemutuan buah naga meskipun dalam hasil pengelompokan masih terdapat kekeliruan. Hal ini terjadi karena faktor kelelahan dan kejenuhan mata manusia pada saat melakukan pemutuan secara manual. Selain itu adanya pertimbangan faktor diameter buah naga disamping faktor panjang buah naga pada saat proses pemutuan. Sehingga buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu A tetapi dikelompokkan ke dalam mutu B, buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu B tetapi dikelompokkan ke dalam mutu A dan C, begitu juga sebaliknya.

Oleh karena pembagian batas yang jelas untuk masing-masing mutu belum ada, maka batasan yang digunakan adalah nilai ambang rata diantara kedua mutu yang berdekatan. Untuk mutu A diperoleh kisaran panjang lebih besar dari 13.66 cm, mutu B dengan kisaran panjang antara 11.89 – 13.66 cm dan mutu C dengan kisaran panjang kurang dari 11.89 cm.

3. Penentuan Mutu Berdasarkan Diameter Buah

Pengukuran diameter buah naga dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Untuk setiap buah naga dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali ulangan dengan arah horizontal pada titik yang berbeda pada bagian tengah buah naga, kemudian nilai hasil dari pengukuran dirata-ratakan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk pengukuran diameter buah naga, dihasilkan sebaran panjang buah naga untuk mutu A sebesar 8.46 – 10.24 cm dengan nilai rata-rata 9.13 cm, mutu B sebesar 7.68 – 8.78 cm dengan nilai rata-rata 8.17 cm dan mutu C sebesar 6.85 – 8.43 cm dengan nilai rata-rata 7.74 cm. Hasil perhitungan statistik pada parameter diameter untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil perhitungan statistik pada parameter diameter buah naga

Diameter (cm) Mutu A B C Maksimum 10.24 8.78 8.43 Minimum 8.46 7.68 6.85 Rata-rata 9.13 8.17 7.74 Standar Deviasi 0.38 0.21 0.39 Ambang Atas - 8.57 8.05 Ambang Bawah 8.57 8.05 -

Grafik sebaran diameter buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 13. Pada grafik tersebut terlihat adanya pola yang digunakan petani untuk menentukan tingkat mutu buah naga meskipun dalam hasil pengelompokan masih terdapat sedikit kekeliruan. Hal ini terjadi karena faktor kelelahan dan kejenuhan mata manusia pada saat melakukan pemutuan secara manual. Selain itu adanya pertimbangan faktor panjang buah naga disamping faktor diameter buah naga pada saat proses pemutuan. Sehingga buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu A tetapi dikelompokkan ke dalam mutu B, buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu B tetapi dikelompokkan ke dalam mutu A dan C, begitu juga sebaliknya.

Oleh karena pembagian batas yang jelas untuk masing-masing mutu belum ada, maka batasan yang digunakan adalah nilai ambang rata diantara kedua mutu yang berdekatan. Untuk mutu A diperoleh kisaran diameter lebih besar dari 8.57

28 cm, mutu B dengan kisaran diameter antara 8.05 – 8.57 cm dan mutu C dengan kisaran diameter kurang dari 8.05 cm.

Gambar 13. Grafik sebaran diameter buah naga mutu A, B dan C 4. Penentuan Mutu Berdasarkan Kekerasan Buah

Pengukuran kekerasan daging buah naga dilakukan dengan menggunakan alat rheometer. Untuk setiap buah naga dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali ulangan pada titik yang berbeda yaitu pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah, kemudian nilai hasil dari pengukuran dirata-ratakan. Dari hasil perhitungan statistik untuk pengukuran kekerasan daging buah naga, dihasilkan sebaran kekerasan daging buah naga untuk mutu A sebesar 5.605 – 8.836 N dengan nilai rata-rata 8.836 N, mutu B sebesar 5.258 – 9.241 N dengan nilai rata-rata 6.623 N dan mutu C sebesar 4.421 – 8.482 N dengan nilai rata-rata 6.480 N. Hasil perhitungan statistik pada parameter kekerasan untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada Tabel 6. Sedangkan grafik sebaran kekerasan untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 14.

Pada grafik tersebut tidak dapat digambarkan garis batas nilai karena nilai- nilai pada ketiga tingkatan mutu tidak menunjukkan perbedaan yang jelas. Besarnya nilai kekerasan untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C terjadi

tumpang tindih. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tingkat mutu buah naga tidak dapat ditentukan oleh tingkat kekerasannya.

Tabel 6. Hasil perhitungan statistik pada parameter kekerasan buah naga

Kekerasan (N)* Mutu A B C Maksimum 8.836 9.241 8.482 Minimum 5.605 5.258 4.421 Rata-rata 6.819 6.623 6.480 Standar Deviasi 0.874 1.137 0.868

*Keterangan : Pengukuran kekerasan dilakukan menggunakan alat rheometer dengan beban maksimal penekanan sebesar 2 kg, kecepatan tekan 60 mm/m, panjang bidang tekan 10 mm dan jarum yang digunakan memiliki permukaan berdiameter 5 mm.

Gambar 14. Grafik sebaran kekerasan buah naga mutu A, B dan C

Faktor kekerasan hanya dapat digunakan untuk membedakan buah naga yang masuk ke dalam kelas mutu dan buah naga yang tidak masuk ke dalam kelas mutu (rejected). Buah naga yang masuk ke dalam kelas mutu adalah buah naga yang mempunyai kisaran nilai kekerasan antara 4.421 – 9.241 N. Sedangkan buah naga yang mempunyai nilai kekerasan kurang dari 4.421 N dan atau lebih dari 9.241 N masuk ke dalam mutu rejected.

30 5. Penentuan Mutu Berdasarkan Total Padatan Terlarut Buah

Pengukuran kadar total padatan terlarut (kadar gula) buah naga dilakukan dengan menggunakan alat Refraktometer. Untuk setiap buah naga dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali ulangan pada titik yang berbeda yaitu pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah, kemudian nilai hasil dari pengukuran dirata- ratakan.

Hasil perhitungan statistik pada parameter total padatan terlarut (kadar gula) untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada Tabel 7. Dari hasil perhitungan statistik tersebut, dihasilkan sebaran total padatan terlarut (kadar gula) buah naga untuk mutu A sebesar 7.4 – 13.0 brix dengan nilai rata-rata 10.1 brix, mutu B sebesar 7.7 – 11.0 brix dengan nilai rata-rata 9.3 brix dan mutu C sebesar 7.2 – 11.5 brix dengan nilai rata-rata 9.0 brix. Sedangkan grafik sebaran total padatan terlarut untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 15.

Tabel 7. Hasil perhitungan statistik pada parameter total padatan terlarut buah naga TPT (brix) Mutu A B C Maksimum 13.0 11.0 11.5 Minimum 7.4 7.7 7.2 Rata-rata 10.1 9.3 9.0 Standar Deviasi 1.3 0.8 1.0

Pada grafik tersebut tidak dapat digambarkan garis batas nilai karena nilai-nilai pada ketiga tingkatan mutu tidak menunjukkan perbedaan yang jelas. Nilai total padatan terlarut untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C terjadi tumpang tindih. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tingkat mutu buah naga tidak dapat ditentukan dari tingkat total padatan terlarut buah naga.

Faktor total padatan terlarut hanya dapat digunakan untuk membedakan buah naga yang masuk ke dalam kelas mutu dan buah naga yang tidak masuk ke dalam kelas mutu (rejected). Buah naga yang masuk ke dalam kelas mutu adalah buah naga yang mempunyai kisaran nilai total padatan terlarut antara 7.2 – 13.0

brix. Sedangkan buah naga yang mempunya nilai total padatan terlarut kurang dari 7.2 brix dan atau lebih dari 13.0 brix masuk ke dalam mutu rejected.

Gambar 15. Grafik sebaran total padatan terlarut buah naga mutu A, B dan C C. PARAMETER MUTU BUAH NAGA DENGAN METODE

PENGOLAHAN CITRA

Hasil pengukuran untuk tiap mutu buah naga dengan metode pengolahan citra adalah sebagai berikut :

1. Penentuan Mutu Berdasarkan Area Buah

Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk pengukuran area buah naga dengan cara pengolahan citra, dihasilkan sebaran area buah naga untuk mutu A sebesar 30218 – 45187 piksel dengan nilai rata-rata 36219 piksel, mutu B sebesar 27384 – 35695 piksel dengan nilai rata-rata 31841 piksel dan mutu C sebesar 21736 – 32274 piksel dengan nilai rata-rata 27596 piksel. Hasil perhitungan statistik pada parameter area untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada Tabel 8.

32 Tabel 8. Hasil perhitungan statistik pada parameter area buah naga hasil

pengolahan citra

Area (piksel) Mutu

A B C Maksimum 45187 35695 32274 Minimum 30218 27384 21736 Rata-rata 36219 31841 27596 Standar Deviasi 3400 2145 2442 Ambang Atas - 33402 29868 Ambang Bawah 33402 29868 -

Gambar 16. Grafik sebaran area hasil pengolahan citra buah naga mutu A, B dan C

Grafik sebaran area untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 16. Pada grafik tersebut dapat dilihat adanya perbedaan yang cukup jelas antara sebaran nilai area tiap tingkatan mutu, sehingga parameter area dapat digunakan sebagai faktor pemutuan buah naga meskipun hasil pengelompokan masih mengalami sedikit kekeliruan. Hal ini terjadi karena pada saat melakukan pemutuan secara manual, petani mempertimbangkan dua faktor yaitu faktor panjang dan diameter. Buah naga dengan nilai panjang sama namun

nilai diameternya berbeda akan menghasilkan luasan area yang berbeda pula. Sehingga buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu A tetapi dikelompokkan ke dalam mutu B, buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu B tetapi dikelompokkan ke dalam mutu A dan C, begitu juga sebaliknya.

Oleh karena batas yang jelas untuk masing-masing mutu belum ada, maka batasan yang digunakan adalah nilai ambang rata diantara kedua mutu yang berdekatan. Untuk mutu A diperoleh kisaran area lebih besar dari 33402 piksel, mutu B dengan kisaran area antara 29868 – 33402 piksel dan mutu C dengan kisaran area kurang dari 29868 piksel.

2. Penentuan Mutu Berdasarkan Panjang Buah

Hasil perhitungan statistik untuk pengukuran panjang buah naga dengan cara pengolahan citra, menghasilkan nilai rata-rata panjang untuk mutu A sebesar 280 piksel, mutu B sebesar 269 piksel dan mutu C sebesar 258 piksel. Dengan kisaran panjang untuk mutu A lebih besar dari 274 piksel, mutu B antara 265 – 274 piksel, dan mutu C kurang dari 265 piksel Hasil perhitungan statistik pada parameter panjang untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada Tabel 9. Sedangkan grafik sebaran panjang hasil pengolahan citra untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 17.

Berdasarkan grafik sebaran panjang buah naga terlihat bahwa hasil pengelompokan masih mengalami kekeliruan. Hal ini disebabkan karena faktor kelelahan dan kejenuhan mata manusia pada saat melakukan pemutuan secara manual, kemudian pada saat proses pemutuan secara manual petani juga mempertimbangkan faktor diameter disamping faktor panjang buah naga. Selain itu bentuk buah naga yang unik yang mempunyai sisik dan sulur dengan ukuran yang tidak tentu juga turut mempengaruhi hasil pengukuran dengan cara pengolahan citra. Sehingga buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu A tetapi dikelompokkan ke dalam mutu B, buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu B tetapi dikelompokkan ke dalam mutu A dan C, begitu juga sebaliknya.

34 Tabel 9. Hasil perhitungan statistik pada parameter panjang buah naga hasil pengolahan citra

Panjang (piksel) Mutu

A B C Maksimum 319 306 304 Minimum 250 235 221 Rata-rata 280 269 258 Standar Deviasi 17 16 18 Ambang Atas - 274 265 Ambang Bawah 274 265 -

Gambar 17. Grafik sebaran panjang hasil pengolahan citra buah naga mutu A, B dan C

3. Penentuan Mutu Berdasarkan Diameter Buah

Hasil perhitungan statistik untuk pengukuran diameter buah naga dengan cara pengolahan citra, menghasilkan nilai rata-rata diameter untuk mutu A sebesar 195 piksel, mutu B sebesar 176 piksel dan mutu C sebesar 166 piksel. Dengan kisaran diameter untuk mutu A lebih besar dari 184 piksel, mutu B antara 173 – 184 piksel dan mutu C kurang dari 173 piksel Hasil perhitungan statistik pada parameter diameter untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada

Tabel 10. Sedangkan grafik sebaran diameter hasil pengolahan citra untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 18.

Tabel 10. Hasil perhitungan statistik pada parameter diameter buah naga hasil pengolahan citra

Diameter (piksel) Mutu

A B C Maksimum 224 199 198 Minimum 170 153 132 Rata-rata 195 176 166 Standar Deviasi 14 11 14 Ambang Atas - 184 173 Ambang Bawah 184 173 -

Gambar 18. Grafik sebaran diameter hasil pengolahan citra buah naga mutu A, B dan C

Berdasarkan grafik sebaran diameter buah naga terlihat bahwa hasil pengelompokan masih mengalami kekeliruan. Sehingga buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu A tetapi dikelompokkan ke dalam mutu B, buah naga yang seharusnya dikelompokkan ke dalam mutu B tetapi

36 dikelompokkan ke dalam mutu A dan C, begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena faktor kelelahan dan kejenuhan mata manusia pada saat melakukan pemutuan secara manual, kemudian pada saat proses pemutuan secara manual petani juga mempertimbangkan faktor panjang disamping faktor diameter buah naga. Selain itu bentuk buah naga yang unik yang mempunyai sisik dan sulur dengan ukuran yang tidak tentu juga turut mempengaruhi hasil pengukuran dengan teknik pengolahan citra.

4. Penentuan Mutu Berdasarkan Ferets Diameter Buah

Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk pengukuran ferets diameter buah naga dengan cara pengolahan citra, menghasilkan nilai rata-rata ferets diameter untuk mutu A sebesar 1.44 dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 1.62 dan 1.23. Rata-rata ferets diameter mutu B sebesar 1.53 dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 1.94 dan 1.25. Dan rata-rata ferets diameter mutu C sebesar 1.57 dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 2.00 dan 1.27. Hasil perhitungan statistik pada parameter ferets diameter untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada Tabel 11. Sedangkan grafik sebaran ferets diameter hasil pengolahan citra untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 19. Tabel 11. Hasil perhitungan statistik pada parameter ferets diameter buah naga hasil pengolahan citra

Ferets Diameter Mutu

A B C

Maksimum 1.62 1.94 2.00

Minimum 1.23 1.25 1.27

Rata-rata 1.44 1.53 1.57

Standar Deviasi 0.09 0.13 0.17

Berdasarkan grafik sebaran ferets diameter tidak dapat digambarkan garis batas nilai karena nilai-nilai pada ketiga tingkatan mutu tidak menunjukkan perbedaan yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ferets diameter tidak dapat digunakan sebagai parameter penentuan tingkat mutu buah naga.

Gambar 19. Grafik sebaran ferets diameter hasil pengolahan citra buah naga mutu A, B dan C

5. Penentuan Mutu Berdasarkan Faktor Bentuk (Roundness)

Roundness merupakan faktor bentuk yang tidak berdimensi. Bila nilai roundness semakin besar maka bentuk objek tersebut semakin bundar. Sebaliknya semakin kecil nilai roundness yang dihasilkan maka bentuk objek semakin memanjang.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk pengukuran roundness buah naga dengan cara pengolahan citra, menghasilkan nilai rata-rata roundness untuk mutu A sebesar 0.59 dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 0.73 dan 0.48. Rata-rata roundness mutu B sebesar 0.56 dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 0.70 dan 0.46. Dan rata-rata roundness mutu C sebesar 0.53 dengan nilai maksimum dan minimum masing- masing sebesar 0.66 dan 0.42. Hasil perhitungan statistik pada parameter roundness untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada Tabel 12. Sedangkan grafik sebaran roundness hasil pengolahan citra untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 20.

38 Tabel 12. Hasil perhitungan statistik pada parameter roundness buah naga

hasil pengolahan citra

Roundness Mutu A B C Maksimum 0.73 0.70 0.66 Minimum 0.48 0.46 0.42 Rata-rata 0.59 0.56 0.53

Dokumen terkait