• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Penentuan Tipe Emulsi

Lotion diletakkan di gelas arloji kemudian ditambahkan aquades dengan volume dua kali lipat volumelotion dan diaduk dengan batang pengaduk hingga merata. Lakukan pengamatan apakahlotion masih tercampur merata atau tidak. 2) Metode Pewarnaan

Lotion diletakkan di gelas arloji kemudian ditambahkan 5 tetesmethylen blue dan diaduk dengan batang pengaduk hingga merata. Lakukan pengamatan apakahlotion berwarna biru merata atau tidak.

3) Metode Kertas Saring

Lotion dioleskan pada kertas saring. Kertas saring yang telah diolesi lotion dikeringkan, kemudian diamati ada tidaknya noda transparan pada kertas saring.

4) Metode Pencucian

Lotion dioleskan pada tangan. Tangan yang telah diolesi lotion dibasuh dengan air mengalir dan diamati mudah tidaknyalotiontercuci air.

c. Pengujian daya sebar

Lotion ditimbang seberat 0.5 gram dan diletakkan di tengan kaca bulat berskala. Kaca bulat lain yang telah ditimbang beratnya diletakkan di atasnya dan biarkan selama 5 menit. Beri beban 200 gram, diamkan selama 1 menit dan catat diameter penyebaranlotion yang terjadi. Pengujian ini dilakukan sebanyak 6 kali untuk tiap-tiap formula.

d. Pengujian viskositas

Lotion dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada viskotester tipe VT 04. Nilai viskositas akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk saat viskotester dinyalakan. Pengambilan data sebanyak 6 kali untuk tiap-tiap formula. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu segera setelahlotion selesai dibuat dan setelah lotion disimpan selama 30 hari.

e. Pengujian pemisahan fase

Masukkanlotion ke dalam tabung berskala. Amati perubahan (pemisahan fase) yang terjadi pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 14, 21, 28, dan 30. Hitung persentase

lotion yang stabil dibandingkan dengan total volume lotion dalam tabung berskala.

Pemisahan faselotion dapat dihitung dengan rumus:

% 100 x ho hu lotion fase Pemisahan =

Keterangan : hu = tinggilotion stabil (cm) ho = tinggilotion mula – mula (cm)

f. Subjective assessment

Lotion dioleskan pada tangan sukarelawan. Sukarelawan diminta untuk menilai beberapa kriteria seperti yang tercantum dalam kuisioner. Sukarelawan yang dipilih adalah yang berusia antara 20 - 50 tahun, jenis kelamin laki – laki dan perempuan. Jumlah sukarelawan adalah 29 orang (Garg dkk, 2002).

F. Analisis Hasil

Data yang terkumpul dianalisis dengan metode desain faktorial. Dengan desain faktorial dihitung besarnya efek polysorbate 80, efek cetyl alcohol, dan efek interaksi antara keduanya sehingga dapat diketahui efek yang paling dominan dalam menentukan sifat fisik lotion. Dari perhitungan berdasar persamaan dalam desain faktorial akan diperoleh contour plot untuk masing – masing uji. Selanjutnya,contour plot masing – masing uji digabungkan sehingga diperoleh contour plot super imposed. Dalam contour plot super imposed, akan dilihat area optimum polysorbate 80 dan cetyl alcohol terbatas pada level yang telah ditentukan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PembuatanLotion Virgin Coconut Oil

Pembuatan lotion Virgin Cocout Oil dimulai dengan mencampurkan bahan – bahan sesuai dengan fasenya. Ada 2 fase berbeda yang tidak saling campur pada formula lotion Virgin Cocout Oil, yaitu fase air dan fase minyak. Yang termasuk fase air antara lain: aquadest, gliserin, trietanolamin, dan nipagin. Sedangkan yang termasuk fase minyak antara lain: Virgin Coconut Oil, asam stearat, dan minyak melati. Dalam penelitian ini, fase minyak didispersikan ke fase air dengan emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol untuk membentuk emulsi bertipe M/A.

Secara umum, prinsip proses emulsifikasi yang melibatkan panas adalah dengan memanaskan fase minyak. Fase air juga harus dipanaskan. Pencampuran dilakukan setelah kedua fase berada pada temperatur yang sama (Anonim, 2006d). Pada penelitian ini, cetyl alcohol dan asam stearat dicampur dan dilelehkan di atas waterbath sampai meleleh seluruhnya. Kemudian Virgin Coconut Oil dan polysorbate 80 dimasukkan ke campuran cetyl alcohol dan asam stearat yang telah meleleh sempurna, kemudian dipanaskan hingga suhu 50° C. Sementara itu, nipagin, TEA, gliserin, dan aquadest dicampur kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 50°C. Pemanasan berfungsi untuk memudahkan proses emulsifikasi, karena pada suhu tersebut, asam stearat dan

cetyl alcohol telah meleleh sempurna sehingga mudah dicampur dengan bahan – bahan lain yang berupa cairan.

Afektifitas proses emulsifikasi ditentukan oleh efisiensi pembentukan dan stabilisasi droplet. Seiring penambahan emulsifying agent saat proses emulsifikasi, tegangan antar muka antara fase minyak dan fase air akan turun. Turunnya tegangan antar muka pada kedua fase menyebabkan emulsifying agent membentuk lapisan mengelilingi fase minyak sehingga terbentuk tetesan / droplet minyak yang terdispersi dalam fase air. Stabilitas sistem emulsi yang terbentuk dapat dicapai dengan adanya cetyl alcohol dan polysorbate 80 yang diprediksi dapat membentukstable interfacial complex condensed film. Lapisan ini bersifat fleksibel,viscous, koheren, dan tidak mudah pecah selama molekul – molekulnya tertata dengan efisien satu dengan yang lainnya.

Cetyl alcohol dan asam stearat dalam sediaanlotion Virgin Coconut Oil berfungsi sebagaithikening agent yang menjaga stabilitas dengan mengentalkan fase air (fase luar). Asam stearat dapat menyebabkan iritasi karena sifatnya yang asam. Untuk mengatasinya, ditambahkan trietanolamin yang bersifat basa. Gliserin yang bersifat higroskopis berfungsi mencegah penguapan air dari lotion sehingga viskositasnya tidak semakin besar. Untuk mempertahankan stabilitas biologis, pertumbuhan jamur padalotion perlu dicegah. Nipagin (metil paraben) ditambahkan kelotionuntuk mencegah pertumbuhan jamur dan mikroorganisme lainnya. Minyak melati dalam penelitian ini digunakan sebagai parfum dalam lotion Virgin Coconut Oil karena mampu menutup bau kelapa dari Virgin

Coconut Oil.Bau kelapa perlu ditutup dengan parfum karena bau tersebut kurang menarik dan kurang nyaman untuk pemakai.

Efekmoisturizer dari sediaan ini diduga disebabkan adanya asam – asam lemak jenuh rantai sedang dan asam lemak tak jenuh pada VCO. Tidak semua asam lemak yang terkandung dalam VCO bertanggungjawab pada efek moisturizer, namun hanya asam kaprat (C10), asam laurat (C12), asam miristat (C14), asam oleat (C18-1), asam linoleat (C18-2), dan asam linolenat (C18-3). Asam – asam lemak tersebut akan bertindak seperti sebum {asam lemak jenuh (C9 – C15) dan asam lemak tak jenuh (C14 – C22)} yang mempertahankan kelembapan kulit dengan mengurangi penguapan air pada kulit. VCO juga membantu menghaluskan bagian kulit yang kasar karena kurangnya kelembapan pada kulit.

B. Penentuan Tipe Emulsi

Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan berbagai metode, antara lain: 1. metode pengenceran

(8a) For mula 1 (8b) For mula a

(8c) For mula b (8d) For mula ab Gambar 8. Pengencer an lot ion VCO dengan aquades

Lotion diencerkan dengan aquadest pada gelas arloji. Hasilnya lotion menjadi lebih encer, tetap menyatu sebagai suatu sistem emulsi, dan tidak mengalami pecahnya emulsi. Fase dimana suatu emulsi dapat diencerkan dengan pelarut air tanpa mengalami kerusakan atau pecah, maka emulsi tersebut bertipe M/A. Pada metode ini dihasilkan semualotionmenyebar dan menjadi lebih encer setelah ditambahkan air tanpa mengalami pecah. Hal ini menunjukkan lotion dalam penelitian ini semua bertipe M/A.

2. metode pewarnaan

(9a) For mula 1 (9b) For mula a

(9c) For mula b (9d) For mula ab Gambar 9. Pewar naan lot ion VCO dengan met hylen blue

Methylen blue merupakan zat warna yang larut air. Penambahan methylen blue pada lotion menyebabkan formula 1, a, b, dan ab berwarna biru merata. Hal ini menunjukkan lotion VCO ini mempunyai fase luar air sehingga tipe emulsinya adalah M/A.

3. metode kertas saring

Gambar 10. Ker t as sar ing yang diolesi lot ion VCO

Penentuan tipe emulsi lotion VCO dengan metode kertas saring dilakukan dengan mengoleskan lotion VCO ke kertas saring. Seluruh formula lotion VCO mudah menyebar pada kertas saring saat dioleskan. Pada gambar 9 terlihat bahwa tidak ada bekas noda yang ditinggalkan lotion VCO pada kertas saring. Hal ini menunjukkan bahwa semua formula lotion Virgin Coconut Oil dalam penelitian ini bertipe M/A. Sedangkan, emulsi tipe A/M akan sulit menyebar pada kertas saring saat dioleskan, dan akan meninggalkan noda transparan pada kertas saring bila sudah kering.

4. metode pencucian

Darisensory assessmentditunjukkan bahwa semua formulalotion Virgin Coconut Oil dapat dicuci dengan air tanpa menemui kesukaran. Hal ini menunjukkan bahwa semua formula lotion Virgin Coconut Oildalam penelitian ini bertipe M/A. Sedangkan emulsi tipe A/M akan sulit dicuci dengan air.

Dokumen terkait