7.1. UMUM
Penentuan trase jalan yang telah dipilih setelah mempertimbangkan seluruh aspek yang dijelaskan di depan yaitu topografi, geologi, geoteknik, hidrologi dan pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan, kemudian dituangkan ke dalam gambar rencana alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal. Meskipun masih kasar, sebaiknya penetapan rencana alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal meskipun di dalam konteks ”baru meyiapkan trase jalan”, mengikuti standar geometrik yang berlaku agar nantinya tidak menyulitkan proses pembuatan trase jalan final. Trase jalan yang dipilih digambarkan ke dalam standar lembar kerja
yang cakupannya adalah plan & profile saja.
7.2. STANDAR PERENCANAAN GEOMETRIK
Standar
Penentuan trase jalan harus tetap mengacu pada standar geometrik jalan yang digunakan yitu Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997 dan Standar Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan (maret 1992)
Keselamatan Lalu Lintas
Dalam survai penentuan trase jalan, harus dipertimbangkan aspek keselamatan pengguna jalan, baik selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi maupun saat pengoperasian jalan. Dengan demikian harus dapat dijamin bahwa semua elemen geometrik yang direncanakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar geometrik jalan dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Bab VII Penentuan Trase Jalan
Pelatihan Road design Engineer (RDE) VII-2
7.3. PENGGAMBARAN
Alinyemen Horizontal (Plan)
Plan digambar diatas peta situasi dengan skala 1 : 2000 dengan interval garis tinggi 2.0 meter dan dilengkapi dengan data:
Lokasi (Sta) dan nomornomor titik kontrol horizontal/vertikal.
Lokasi dan batas-batas obyek-obyek penting seperti rawa, kebun, hutan lindung, rumah, sungai dan lain-lain.
Data lengkung horizontal (curve data yang direncanakan)
Lokasi dan data bangunan pelengkap jalan
Alinyemen Vertikal (Profile)
Profile digambar dengan skala 1 : 2000 dan skala vertikal 1 : 200, mencakup hal-hal sebagai berikut:
Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan
Diagram superelevasi
Data lengkung vertikal
Lokasi bangunan pelengkap
Potongan Melintang (Cross Section)
Cross Section digambar untuk setiap titik STA dengan interval 200 meter , tapi pada segmen-segmen khusus misalnya tikungan harus dibuat dengan interval lebih rapat. Gambar potongan melintang dibuat dengan skala horizontal 1 : 200 dan skala vertical 1 : 20, di dalamnya harus mencakup:
Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana permukaan jalan.
Profil tanah asli dan profil ROW rencana.
Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan.
Data kemiringan lereng galian/timbunan bila ada.
Typical Cross Section
Typical Cross Section harus digambar dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan, misalnya:
Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-beda.
Pelatihan Road design Engineer (RDE) VII-3
Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
Penampang bangunan pelengkap jalan.
Bentuk dan konstruksi bahujalan dan median
Bentuk dan posisi saluran melintang.
7.4 PENYIAPAN LAPORAN DAN GAMBAR TRASE RENCANA
JALAN
Pada prinsipnya, Gambar Trase Rencana Jalan dilengkapi dengan laporan yang berisi:
a. Laporan Pendahuluan (Reconnaissance Survey)
b. Laporan Pengukuran Topografi
c. Laporan Pemanfaatan Hasil Survey Geologi dan Geoteknik untuk penetapan trase jalan
d. Laporan Pemanfaatan Hasil Survey Hidrologi untuk penetapan trase jalan
e. Laporan Pemanfaatan Hasil Mitigasi/Pengelolaan Dampak Lingkungan untuk penetapan trase jalan
7.5 PENUTUP
Laporan-laporan tersebut pada butir 7.4 tersebut diatas merupakan produk Survei Penentuan Trase Jalan yang disiapkan sebagai masukan untuk penyiapan Detail Engineering Design.
Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Rangkuman
Pelatihan Road design Engineer (RDE) R-1
RANGKUMAN
1. Modul ini berisi pembahasan dalam garis besar mengenai survai penentuan trase jalan meliputi : survai pendahuluan, pengukuran topografi untuk penentuan trase jalan, pemanfaatan data hasil survai geoteknik, pemanfaatan hasil survai hidrologi, pemanfaatan data hasil pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan dan penggunaan data-data tersebut untuk menentukan trase jalan.
2. Menggarisbawahi salah satu butir yang diperlukan untuk penyiapan dokumen pembangunan jalan baru, yaitu “membuat alinyemen baru” yang tentu akan diawali dengan memilih trase jalan baru.
3. Menyiapkan rencana trase jalan baru sebagai bagian dari proses membuat perencanaan teknis jalan
► Tahapan kegiatan yang dicakup adalah
Persiapan
Pengumpulan Data Lapangan ► Survey Pendahuluan ► Survey Detail
Penentuan Trase Jalan
► Pembuatan Gambar Rencana Trase Jalan
Pelaporan
4. Survei detail
► Melakukan Pengukuran Topografi
► Memanfatkan Data Hasil Survey Geoteknik
► Memanfaatkan Hasil Penyelidikan Tanah dan Material ► Memanfaatkan Hasil Survey Hidrologi
► Memanfaatkan Data Hasil Pengelolaan/Mitigasi Dampak Lingkungan
5. Survei Pendahuluan (Reconnaissance Survei) ► Cakupan dalam garis besar
kegiatan pengumpulan data primer,
penentuan rencana awal trase jalan berdasarkan data primer dan
melakukan survey lapangan untuk menganalisa serta menentukan trase definitif yang memenuhi syarat teknis, ekonomis dan lingkungan.
Pelatihan Road design Engineer (RDE) R-2
6. Rincian cakupan Survei Pendahuluan
Penyiapan peta dasar berupa peta topografi dengan skala 1: 250.000 s/d 1: 100.000 dan peta-peta pendukung:
► peta geologi, peta tata guna tanah, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan analisa mengenai dampak lingkungan, dan dokumen-dokumen lain yang lazim digunakan dalam studi kelayakan jalan
Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait sebelum melaksanakan survey
Mengumpulkan data-data penunjang sebagai berikut :
► Demografi, Sosial ekonomi, Lingkungan, Geografi, Geoteknik, Hidrologi
Untuk keperluan perhitungan perkiraan biaya penanganan jalan dan jembatan, informasi lain yang juga perlu dikumpulkan adalah:
► Harga Satuan Dasar Upah untuk komponen tenaga dan bahan, dalam Harga Satuan Pekerjaan
► Harga Satuan Sewa Peralatan untuk komponen peralatan dalam Harga Satuan Pekerjaan.
► Harga Satuan Pekerjaan untuk berbagai nomor mata pembayaran pada proyek yang sedang berjalan di sekitar lokasi pekerjaan
Rencana jalan yang akan disurvey merupakan trase terbaik yang diperoleh berdasarkan kajian dari beberapa alternatif trase jalan.
Masih terkait dengan Survei Pendahuluan, modul juga menjelaskan tentang Identifikasi Trase, Gambar Koridor Pengambilan Data, Pemeriksaan Kelandaian, Pencatatan data-data khusus (lokasi jembatan, gorong-gorong, quarry dsb.), Membuat foto dokumentasi.
7. Penjelasan tentang pengukuran topografi: ► Tujuan
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan bumi sepanjang trase jalan di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1 : 2500, yang akan digunakan untuk menentukan rencana trase jalan
► Lingkup Kegiatan mencakup Kegiatan Perintisan Untuk Pengukuran dan Pekerjaan Pengukuran
8. Kegiatan Perintisan Untuk Pengukuran
► Merintis atau membuka sebagian daerah pengukuran yang masih tertutup dengan vegetasi (hutan, belukar), sehingga pengukuran dapat dilaksanakan
Modul RDE 04 : Survai Penentuan Trase Jalan Rangkuman
Pelatihan Road design Engineer (RDE) R-3
► Menggunakan peralatan rintisan konvensional (misalnya : parang, kampak) atau dapat juga gergaji mesin apabila diijinkan
► Tidak boleh dilakukan dengan cara pembakaran
► Perintisan arah melintang trase jalan, dilakukan dengan memanfaatkan setiap patok yang dijadikan referensi untuk pengukuran penampang melintang jalan.
9. Pekerjaan pengukuran
► Dilakukan sepanjang rencana trase jalan ( dalam koridor pengukuran).
► Dilakukan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan sungai/jalan
► Titik awal dan titik akhir pekerjaan:
harus dilengkapi dengan data/identitas yang mudah dikenal, aman, dan diikatkan pada titik ikat Bench Mark (BM) dan / atau titik poligon dari pengukuran sebelumnya.
10. Penjelasan tentang: prosedur pekerjaan pengukuran, pemeriksaan dan koreksi alat ukur, pemasangan patok-patok, pengukuran titik kontrol horizontal, pengukuran situasi, pengukuran penampang melintang, Pengukuran Khusus (misalnya perpotongan dengan sungai), perhitungan dan penggambaran hasil pengukuran, memanfaatkan data hasil survey geoteknik, memanfaatkan data hasil survey hidrologi, memanfaatkan data hasil Pengelolaan/Mitigasi Dampak Lingkungan
11. PENENTUAN TRASE JALAN
► Dipilih setelah mempertimbangkan seluruh aspek topografi, geologi, geoteknik, hidrologi dan pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan,
► Dituangkan ke dalam gambar rencana alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal.
► Meskipun ”baru pada tahap meyiapkan trase jalan”, sebaiknya penetapan rencana alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal mengikuti standar geometrik yang berlaku agar nantinya tidak menyulitkan proses pembuatan trase jalan final.
► Trase jalan yang dipilih digambarkan ke dalam standar lembar kerja yang cakupannya adalah plan & profile saja.