• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Usia Kehamilan berdasarkan Metode HPHT pada Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.2.1. Penentuan Usia Kehamilan berdasarkan Metode HPHT pada Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia

Dapat diketahui bahwa 61 responden (80,3%) tidak mengetahui panjang siklus menstruasi sebelumnya. Panjang siklus menstruasi sebelumnya penting diketahui untuk menilai hari ovulasi. Untuk penilaian hari ovulasi ini perlu dilakukan pencatatan siklus menstruasi terus menerus dalam satu periode paling tidak 6 bulan, yang mencatat hari pertama keluarnya darah menstruasi setiap periode menstruasi. Pada cara ini dapat diperkirakan hari-hari pada bulan berikutnya kapan wanita akan mulai menstruasi, dan dengan demikian hari-hari kapan wanita tersebut berovulasi. Apabila menstruasinya tidak teratur, maka perhitungan demikian tidaklah mungkin dilakukan (Verralls, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa jumlah siklus menstruasi yang teratur tidak jauh berbeda dengan jumlah siklus menstruasi yang tidak teratur. Terdapat 39 responden (51,3%) yang memiliki siklus menstruasi teratur 21-35 hari sedangkan 37 responden (48,7%) memiliki siklus menstruasi tidak teratur dengan perincian 11 responden (14,5%) memiliki siklus pendek kurang dari 21 hari dan 26 responden (34,2%) memiliki siklus panjang lebih dari 35 hari. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Williams (2006) yang menemukan sebanyak 37,9% memiliki siklus menstruasi tidak teratur dengan perincian 18,1% memiliki siklus pendek dan 19,7% memiliki siklus panjang. Hal ini dapat dikarenakan karena adanya perbedaan faktor yang dapat mempengaruhi

siklus menstruasi seperti faktor usia, stress, nutrisi yang buruk (anoreksia nervosa, obesitas, dan diet asal-asalan), latihan berat, dan penggunaan kontrasepsi oral.

Keteraturan dan panjang siklus menstruasi berguna untuk mengetahui perkiraan waktu ovulasi dan mengetahui kemungkinan siklusnya berovulasi atau tidak. Wanita yang mengalami menstruasi secara spontan dan teratur setiap sekitar 28 hari kemungkinan besar berovulasi pada pertengahan daur. Apabila daur menstruasinya secara bermakna lebih lama daripada 28 sampai 30 hari, maka ovulasi lebih besar kemungkinannya terjadi jauh setelah 14 hari; atau apabila interval terlalu lama dan tidak teratur, maka kemungkinan besar sebagian dari episode-episode perdarahan vagina yang diidentifikasi sebagai menstruasi didahului oleh anovulasi kronik (Cunningham et al., 2006). Harlow (1995) juga menemukan bahwa siklus pendek dan panjang 10-30% lebih cenderung anovulatoar daripada siklus 25-35 hari.

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa 44 responden (57,9%) menggunakan kontrasepsi hormonal dalam enam bulan dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir dengan distribusi terbanyak pemakaian jenis pil yaitu 27 responden (35,5%), disusul dengan jenis kontrasepsi suntik yaitu 15 responden (19,7%), dan implan sebanyak 2 responden (2,6%). Data SKDI 2007 menunjukkan jenis kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah jenis suntikan (31,8%), dan pil (13,2%) dibandingkan dengan implan (2,8%). Besarnya permintaan akseptor terhadap jenis kontrasepsi pil dan suntik dapat dikarenakan metode kontrasepsi jenis pil dan suntikan dianggap paling mudah, tidak memerlukan operasi, pelaksanaannya relatif cepat, dan apabila ingin ganti ke jenis kontrasepsi lain lebih mudah dapat langsung diganti (BAPPENAS, 2010).

Setelah kontrasepsi oral dihentikan, siklus ovulasi kembali dalam beberapa bulan (Stubblefield & Olive, 2002). Pada penelitian Gnoth et al. (2002) yang membandingkan karakteristik siklus menstruasi antara wanita yang baru saja menghentikan kontrasepsi oral dengan wanita yang tidak pernah menggunakan pil kontrasepsi didapatkan bahwa gangguan siklus menstruasi seperti terjadinya anovulasi secara signifikan lebih banyak terjadi pada wanita setelah pemakaian kontrasepsi oral sampai siklus ketujuh. Gangguan siklus menstruasi setelah

penghentian pemakaian kontrasepsi oral bersifat reversibel tetapi membutuhkan waktu 9 bulan atau lebih lama. Bracken et al. mengamati penurunan angka konsepsi selama paling tidak enam siklus setelah penghentian kontrasepsi ini (Cunningham et al., 2006) Penelitian Wiegratz et al. (2006) juga menunjukkan terdapat penurunan angka konsepsi sebesar 15% pada tiga bulan pertama setelah penghentian kontrasepsi oral.

Hari pertama haid terakhir telah diterima secara luas sebagai dasar untuk menentukan usia kehamilan dan taksiran tanggal persalinan. Berdasarkan penelitian ini diperoleh data bahwa 17 responden (22,4%) tidak mengetahui tanggal HPHT-nya, 30 responden (39,5%) mengetahui tanggal HPHT-nya berdasarkan ingatan, dan hanya 29 responden (38,2%) yang mengetahui tanggal HPHT-nya secara pasti dengan pencatatan di kalender dan buku. Pada penelitian Pearl, Wier & Kharrazi (2007) yang meneliti kualitas tanggal hari pertama haid terakhir pada rekam medis kelahiran di California didapatkan bahwa dari 515.381 kelahiran, 12,9 % nya tidak diketahui tanggal HPHT nya (riwayat buruk). Pada penelitian yang dilakukan Pereira et al. (2013) dari 1483 ibu hamil yang diteliti, 1427 responden (97,4%) mengetahui tanggal HPHT-nya (riwayat baik). Dari responden yang mengetahui tanggal HPHT-nya tersebut, 1097 responden (76,9%) mengetahui tanggal HPHT-nya secara pasti. Bahkan diantara wanita yang melaporkan tanggal HPHT pastinya, tanggal tersebut mungkin tidak akurat. Waller et al. (2000) melaporkan bahwa “digit preference” dapat mempengaruhi pelaporan tanggal HPHT oleh responden. Tanggal 1, 5, 10, 15, 20, 25 dan 28 adalah tanggal yang paling sering dilaporkan, dengan tanggal 15 dilaporkan 2,5 kali lebih banyak dari yang diharapkan. Geirsson & Busby-Earle (1991) menemukan bahwa dari 76% wanita yang dapat mengingat tanggal HPHT-nya, hanya 32% yang dapat benar-benar bisa diklasifikasikan sebagai sangat yakin. Metode untuk mengingat tanggal HPHT termasuk dengan menulis tanggal onset menstruasi di kalender, diary, atau pada tempat lain, dan menghubungkan onset menstruasi dengan kejadian yang spesifik.

Ketidakpercayaan terhadap hari pertama haid terakhir telah didemonstrasikan oleh beberapa penulis, yang menemukan bahwa 10-45% tidak

memiliki informasi yang tepat tentang hari pertama haid terakhirnya dikarenakan ketidakmampuan untuk mengingat tanggal HPHT pastinya, atau karena amenorrhea, ketidakteraturan siklus menstruasi, penggunaan pil kontrasepsi oral, atau perdarahan selama kehamilan. Dalam Lynch & Zhang (2007) dikemukakan bahwa wanita dengan tanggal HPHT yang tidak diketahui atau tidak pasti kemungkinan besar adalah wanita muda, primipara, perokok, berpendidikan rendah, dan mempunyai siklus menstruasi yang tidak teratur.

Berdasarkan hasil penelitian (80,3% tidak mengetahui panjang siklus menstruasi sebelumnya; 48,7% memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur; 57,9% memakai kontrasepsi hormonal enam bulan sebelum HPHT; 61,9% tidak mengetahui dan tidak mencatat tanggal HPHT-nya) yang telah dijabarkan diatas diperoleh hasil bahwa sebagian besar ibu tidak memenuhi syarat untuk menentukan usia kehamilan dan taksiran tanggal persalinannya menggunakan metode HPHT. Metode HPHT yang selama ini digunakan untuk menentukan usia kehamilan 86,8% adalah HPHT dengan riwayat buruk yang mempunyai deviasi ±4-6 minggu (tabel 5.3.). Dari penelitian Pereira et al. (2013) dikemukakan bahwa pada penentuan usia kehamilan dengan metode HPHT riwayat baik ditemukan angka prematuritas 17,7% dan angka postmaturitas 10,3%, pada metode HPHT riwayat baik yang tanggal HPHT-nya diketahui secara pasti ditemukan angka prematuritas 16,9% dan angka postmaturitas 9,3%. Jika pada metode HPHT riwayat baik ditemukan angka prematuritas dan angka postmaturitas seperti pada penelitian diatas, bagaimanakah dengan angka prematuritas dan postmaturitas pada metode HPHT riwayat buruk deviasi ±4-6 minggu yang selama ini dilakukan?

5.2.2. Penentuan Usia Kehamilan berdasarkan Metode USG pada Ibu

Dokumen terkait