• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Uji Pendahuluan

2. Penentuan waktu kehepatotoksikan karbon tetraklorida mencapai

Penentuan ini dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan CCl4

2 ml/kg BB untuk dapat menyebabkan kenaikan tertinggi serum ALT-AST (peningkatan ALT 3-4 kali dan AST 4-5 kali). Pencuplikan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata dengan selang waktu tertentu yaitu jam ke-0, 24, dan 48. Berikut merupakan hasil orientasi waktu pencuplikan darah hewan uji yang disajikan dalam bentuk tabel (tabel 1) dan diagram batang (gambar 8).

Tabel I. Aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam.

Selang waktu (jam) Purata Aktivitas serum ALT ± SE (U/l)

0 66,8 ± 0,8

24 184,0 ± 16,5

48 62,3 ± 15,6

Gambar 8. Diagram batang rata-tata aktivitas serum ALT sel hati tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada selang waktu

0, 24, dan 48.

Dari tabel I dan gambar 8 tersebut, terlihat bahwa aktivitas serum ALT yang paling besar terlihat pada jam ke-24 (184,0 ± 16,5U/l) dibandingkan dengan jam ke-0 (66,8 ± 0,8U/l), aktivitas serum ALT mengalami kenaikan 3 kali. Pada pencuplikan darah jam ke-48 aktivitas ALT sebesar (62,3 ± 15,6U/l) mulai mengalami penurunan. Dari pengujian ini kemudian didapatkan waktu terjadinya peningkatan ALT dan AST yang paling besar.

Dari hasil uji Shapiro Wilk, didapatkan hasil signifikan pada jam ke-0, 24, dan 48 berturut-berturut 66,8 (p>0,05) , 184,0 (p>0,05) dan 62,3 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki distribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan uji pola searah (One Way ANOVA) untuk mengetahui apakah variansi data tersebut homogen atau tidak. Untuk mengetahui variansi homogen

atau tidaknya data menggunakan uji pola searah yang memiliki hasil yang signifikan 0.092 (p>0.05) yang berarti variansi data yang diperoleh homogen. Kemudian dapat dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat kebermaknaan perbedaan antar kelompoknya (Tabel II).

Tabel II. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada waktu pencuplikan

darah jam ke-0, 24, dan 48.

Jam 0 Jam 24 Jam 48

Jam 0 BB BTB

Jam 24 BB BB

Jam 48 BTB BB

BB= Berbeda bermakna (p<0,05); BTB= Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Hasil uji statistik aktivitas serum ALT (tabel II) menyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas serum ALT pada jam ke-24 dengan jam ke-0 dan 48 (p≤0,05), namun terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara aktivitas ALT pada jam ke-0 dengan jam ke-48 (p≥0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pada jam ke-48, aktivitas serum ALT sudah kembali normal seperti pada aktivitas serum ALT jam ke-0. Hal ini dapat terjadi karena Ketika hati mengalami kehilangan jaringannya, hati akan melakukan regenerasi atau mengembalikan dirinya sendiri (Guyton and Hall, 2006).

Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa pada jam ke-24, CCl4 akan menyebabkan kenaikan ALT yang mengindikasikan telah adanya kerusakan hati paling parah. Hasil ini juga didukung oleh penelitian penelitian Dongare, Dhandel, dan Kadam (2013) serta penelitian Janakat dan Al-Merie (2002) yang mengatakan bahwa peningkatan tertinggi aktivitas serum ALT dan AST dosis 2,0

mL/kg BB secara intraperitoneal berada pada jam ke-24. Menurut Ziemmerman (1999) peningkatan aktivitas serum ALT sebesar tiga kali dan AST sebesar empat kali dari nilai normal menandakan telah terjadinya kerusakan hati khususnya steatosis (perlemakan hati).

Aktivitas serum AST diukur pada waktu pencuplikan yang sudah ditentukan yaitu 0, 24, dan 48 setelah pemejanan hepatotoksin. Tujuan dari pencuplikan ini untuk melihat ketika CCl4 menyebabkan kerusakan hati yang ditandai dengan kenaikan aktivitas serum AST paling tinggi. Hasil yang didapatkan dari pengujian ini dapat dilihat dari tabel III dan gambar 9.

Tabel III. Aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam

Selang waktu (jam) Purata Aktivitas serum AST ± SE (U/L)

0 154,2 ± 2,1

24 669,6 ± 8,4

48 197,73 ± 9,6

Keterangan : SE = Standard Error

Gambar 9. Diagram batang rata-tata aktivitas serum AST sel hati tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada selang waktu

Dari tabel III dan gambar 9 menunjukkan bahwa kenaikan serum AST paling tinggi pada jam ke-24 (693,9 ± 32,8 U/L). Hal ini sama dengan aktivitas serum ALT dimana kerusakan hati paling parah terjadi pada jam ke-24. Peningkatan aktivitas serum AST pada jam ke-24 meningkat 4-5 kali lipat (669,6± 8,4 U/L) dibandingkan dengan aktivitas serum AST jam ke-0 (154,2 ± 2,1 U/L). Akan tetapi, secara statistik pada pencuplikan jam ke-0, 24, dan 48 memiliki perbedaan yang bermakna satu sama lain. Perlu diperhatikan bahwa antara jam ke-0 dan jam ke-48 terjadi perbedaan yang bermakna, artinya bahwa aktivitas serum AST belum berada pada keadaan normal atau belum mendekati jam ke-0. Hal ini dikarenakan bahwa serum AST tidak hanya terdapat di hati namun juga terdapat dalam sel jantung, ginjal, pankreas dan eritrosit (Thapa and Walia, 2007) sehingga apabila terjadi kerusakan pada salah satu organ dapat mempengaruhi konsentrasi AST dalam tubuh yang menyebabkan pada jam ke-48 belum mendekati normal atau jam ke-0. Meskipun ketoksikan CCl4 yang utama terlihat pada hati, namun senyawa ini mudah larut dalam komponen lemak, yang mengakibatkan senyawa ini terdistribusi ke seluruh tubuh melalui aliran sistemik, sehingga kerusakan tidak hanya terjadi pada hati namun juga dapat terjadi pada sel-sel jantung, ginjal dan pankreas (Timbrell, 2008). CCl4 sebagai pelarut lipid memudahkan senyawa tersebut dalam menyeberangi membran sel dan dapat menimbulkan efek pada berbagai organ tubuh termasuk susunan saraf pusat, hati, ginjal dan peredaran darah (Gene, 1999). Apabila kerusakan terjadi di luar hati, maka kemampuan untuk regenerasinya lebih lambat daripada sel hati sehingga pada jam ke-48 belum mendekati normal atau jam ke-0. Hasil pengujian statistik

aktivitas serum AST dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48

Jam 0 Jam 24 Jam 48

Jam 0 BB BB

Jam 24 BB BB

Jam 48 BB BB

Keterangan :

BB = Berbeda Bermakna (p≤0,05) ; BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05) Dari data diatas, terlihat bahwa aktivitas serum ALT dan AST menunjukkan perbedaan yang bermakna pada pencuplikan darah jam ke-24 (p≤0,05) dibandingkan dengan waktu pencuplikan darah jam ke-0 dan 48 setelah pemejanan CCl4. Berdasarkan aktivitas serum ALT dan AST dari hasil penelitian ini, CCl4 memiliki efek hepatotoksik yang paling tinggi pada jam ke-24, sehingga waktu pencuplikan darah yang digunakan dalam penelitian efek hepatoprotektif FHEMM adalah jam ke-24 setelah pemejanan CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal.

Dokumen terkait