• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

6.5. Penerapan Aplikasi DBD Per Kecamatan

Aplikasi DBD yang telah dibahas sebelumnya adalah aplikasi DBD yang dibangun untuk wilayah kabupaten, dalam hal ini adalah Jakarta Pusat dan Jakarta

Selatan. Dari hasil prediksi tersebut dapat diketahui kemungkinan terjadinya wabah DBD diwilayah tersebut, akan tetapi terdapat kekurangan dari aplikasi penerapan per kabupaten tersebut, yaitu tenaga pelaksana di lapangan tidak mengetahui titik / lokasi awal dari penyebaran wabah DBD tersebut. Untuk meminimalisasi kekurangan tersebut, dicoba untuk menerapkan aplikasi tersebut sampai pada tingkat kecamatan. Kecamatan di wilayah Jakarta Pusat terdiri dari 8 kecamatan, yaitu: Cempaka putih, Gambir, Johar baru, Kemayoran, Menteng, Sawah besar, Senen, Tanah abang. Sedangkan di wilayah Jakarta Selatan terdiri dari 10 kecamatan, yaitu : Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran baru, Kebayoran Lama, Mampang prapatan, Pancoran, Psr.Minggu, Pesanggrahan, Setia budi, Tebet. Data kejadian DBD di tiap – tiap kecamatan inilah yang akan dikaitkan dengan variable dari cuaca, untuk mendapatkan aturan – aturan yang nantinya dapat digunakan dalam memprediksi DBD di tiap – tiap kecamatan tersebut. Dalam pembahasan ini akan dibahas 2 kecamatan dari wilayah Jakarta Selatan yaitu Kecamatan Kebayoran Baru dan Tebet. Dasar pemilihan pembahasan 2 wilayah ini adalah karena berdasarkan data survailance, untuk wilayah Kebayoran Baru, prevelensi terjadinya kondisi Hijau selama tahun 2004 – 2005 paling banyak yaitu 17 minggu, sedangkan di kecamatan Tebet, kondisi hijau tidak pernah terjadi, artinya wabah DBD selalu terjadi di wilayah ini.

6.5.1. Pembentukan Model Dengan Data Training

Seperti dalam langkah sebelumnya, pembentukan model data mining dilakukan dengan menggunakan algoritma CPAR. Data cuaca yang digunakan adalah data cuaca pada tahun 2004 – 2005 pada wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Data yang digunakan sebanyak 16.285 sampel (data kejadian tahun 2004 – 2005 ), yang terdiri dari 5.932 sampel untuk Jakarta Pusat, 10.353 sampel untuk Jakarta Selatan. Dari sample data tersebut diklasifikasikan kedalam pembagian kondisi DBD (hijau, kuning, merah). Karakteristik sampel data dapat dilihat pada tabel 24 dan 25 untuk masing – masing wilayah.

Tabel 24. Data Survailance DBD Tahun 200 Untuk Kecamatan Wil. Jak-Pus KECAMATAN 1 2 3 4 5 6 7 Cempaka Putih 1 6 6 4 7 10 12 Gambir 3 2 5 3 8 9 12 Johar baru 0 2 3 8 4 9 11 Kemayoran 7 3 4 8 8 10 16 Menteng 4 5 5 8 3 12 16 Sawah Besar 3 7 5 11 5 2 14 Senen 1 1 2 2 10 5 9 Tanah Abang 6 4 12 6 9 14 8 Minggu

Tabel 25. Data Survailance Tahun 2005 Untuk Kecamatan Wil. Jak-Sel

KECAMATAN 1 2 3 4 5 6 7 Cilandak 3 4 7 9 11 21 10 Jagakarsa 2 3 5 9 10 14 24 Kebayoran baru 2 5 9 16 6 15 16 Kebayoran lama 8 7 10 14 17 17 27 Mampang 1 3 8 4 4 5 13 Pancoran 5 5 5 5 10 12 20 Psr. Minggu 2 8 7 3 16 28 23 Pesanggrahan 0 3 6 2 4 2 13 Setia budi 0 4 2 5 7 7 13 Tebet 6 7 19 7 17 19 33 Minggu

Hasil proses data mining dari 10.353 sampel pada wilayah kecamatan di Jakarta Selatan, dengan berbagai variasi gain similarity rasio (GSR),pada kecamatan Kebayoran baru dapat dilihat pada tabel 26 – 28. Sedangkan untuk kecamatan Tebet dapat dilihat pada tabel 29 -32.

Tabel 26. Aturan Data Training Dengan GSR 99 %

No. Aturan Akurasi

Laplace

1 IF Kelembaban udara tinggi / basah ( >75%) Then Merah 0.71

2

IF Penyinaran matahari sedang (35% - 70%) Then

Merah 0.71

3 IF Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah 0.7

4

IF Kelembaban udara Normal (60% - 75%) Then

Kuning 0.71

5

IF Penyinaran matahari penuh ( > 70%) Then

Kuning 0.64

6 IF Curah hujan rendah (5-20mm) Then Kuning 0.64 7 IF Penyinaran matahari penuh (>70%) Then Hijau 0.71 8 IF Temperatur tinggi ( > 27o C) Then Hijau 0.71

9

IF Curah Hujan Sangat Rendah (< 5 mm) Then

pada Gain similarity 99% didapatkan sebanyak 9 baris aturan, dari aturan tersebut dapat dilihat bahwa aturan IF Kelembaban udara tinggi / basah (>75%) Then Merah serta IF Penyinaran matahari sedang (35% - 70%) Then Merah mempunyai Akurasi Laplace yang sama tinggi pada klas merah , sebesar 71%, ini berarti pada kelembaban udara tinggi / basah dan pada penyinaran matahari sedang mempunyai peluang terjadi DBD dengan kondisi merah, atau suatu situasi dimana jumlah pasian perkecamatan lebih dari 5 orang. Aturan IF Kelembaban udara Normal (60% - 75%) Then Kuning mempunyai Akurasi Laplace paling tinggi pada kelas kondisi DBD kuning, yaitu 71%. Ini berarti pada kondisi kelembaban udara normal, kondisi DBD kuning mungkin terjadi, atau suatu kondisi dimana jumlah pasien berkisar antara 1- 5 orang per kecamatan. Pada kondisi ini kelembaban udara masih cukup disenangi oleh nyamuk Aedes Aegypti, contoh kondisi cuaca pada sore hari, dimana biasanya kelembaban udara berkisar pada 60% - 75%, situasi ini masih memungkinkan nyamuk bergerak, walau tidak seaktif pada kondisi kelembaban udara >75%. Selain itu pada kondisi DBD hijau, aturan yang memungkin terjadinya kondisi ini adalah IF Temperatur tinggi ( > 27o C) Then Hijau dan IF Curah Hujan Sangat Rendah (< 5 mm) Then Hijau mempunyai Akurasi Laplace sama kuatnya yaitu 71%, hal ini berarti pada kondisi tersebut kemungkinan nyamuk untuk berkembang biak sangat kecil.

Tabel 27. Aturan Data Training Dengan GSR 20 %

No. Aturan Akurasi

Laplace

1

IF Kelembaban udara tinggi / basah ( >75%) and Penyinaran matahari sedang (35% - 70%) and

Curah hujan rendah (5-20mm) Then Merah 0.71 2

IF Kelembaban udara Normal (60% - 75%) and

Penyinaran matahari penuh (> 70%) Then kuning 0.64 3 IF Curah hujan rendah (5-20mm) Then Kuning 0.64

4

IF Penyinaran matahari penuh (>70%) and Temperatur tinggi (> 27o C) and Curah hujan sangat

rendah ( < 5mm) Then Hijau 0.71

Pada Gain similarity 20 %, didapatkan 4 aturan, 1 aturan untuk kondisi merah, yaitu aturan IF Kelembaban udara tinggi / basah (>75%) and Penyinaran matahari sedang (35% - 70%) and Curah hujan rendah (5-20mm) Then Merah, dengan tingkat akurasian 71%, sehingga menurut aturan ini pada ko ndisi kelembaban udara tinggi dan penyinaran matahari sedang dan curah hujan rendah

sangat mungkin terjadi DBD dengan kondisi merah, sehingga kemunginan jumlah penderita DBD pun banyak. Sedangkan pada kondisi kuning, aturan yang berlaku pada gain similarity ini adalah aturan IF Kelembaban udara Normal (60% - 75%) and Penyinaran matahari penuh (> 70%) Then kuning, dengan tingkat keakurasian 63%, maka pada kondisi dimana kelembaban udara normal dan penyinaran matahari penuh, nyamuk Aedes aegypti, tidak terlalu aktif untuk bergerak, karena kondisi cuaca yang tidak disenangi oleh nyamuk ini, sehingga penyebaran vektor dari DBD pun agak berkurang, untuk aturan IF Curah hujan sangat rendah (<5mm) Then Kuning, juga turut mempengaruhi dengan tingkat keakurasiannya hanya 64%, Pada aturan ke 4 didapat aturan untuk kondisi hijau, IF Penyinaran matahari penuh (>70%) and Temperatur tinggi (> 27o C) and Curah hujan sangat rendah (< 5mm) Then Hijau dengan tingkat keakurasian 71%, berdasarkan aturan ini, jika semua terpenuhi maka nyamuk Aedes Aegypti benar – benar dalam keadaan pasif atau tidak bergerak. Hal ini lebih disebabkan karena kondisi cuaca yang panas dimana pada kondisi ini nyamuk ini tidak menyenanginya.

Tabel 28. Aturan Data Training Dengan GSR 10 %

No. Aturan Akurasi

Laplace

1

IF Kelembaban udara tinggi / basah ( >75%) and Penyinaran matahari sedang ( 35 - 70%) and Curah

hujan rendah (5-20mm) Then Merah 0.71 2

IF Temperatur sedang ( 24oC – 27oC ) then Merah

0.65

3

IF Kelembaban udara Normal (60%- 75%) and

Penyinaran matahari penuh ( > 70%) Then Kuning 0.64 4 IF Curah hujan rendah (5-20mm) Then Kuning 0.64 5 IF temperatur tinggi ( > 27o

C ) Then Kuning 0.40

6

IF Penyinaran matahari penuh (>70%) and Temperatur tinggi ( > 27o C) and Curah hujan

sangat rendah ( < 5mm) Then Hijau 0.71 7 IF Kelembaban normal ( 60%-75%) Then Hijau 0.45

Pada gain similarity 10% didapatkan 7 baris aturan, dimana terdapat 2 aturan untuk kondisi merah, 3 aturan untuk kondisi kuning dan 2 aturan untuk kondisi hijau. Untuk merah terdapat tambahan yang pada gain similarity rasio sebelumnya aturan ini tidak didapatkan, yaitu pada temperature sedang (24oC – 27oC) juga memungkinkan untuk terjadi DBD pada kondisi merah, akan tetapi hal

ini hanya akan terjadi jika kondisi sebelumnya yaitu Kelembaban udara tinggi dan penyinaran matahari sedang dan curah hujan rendah terjadi. Kemungkinan hal ini terjadi sebesar 65 %. Sedangkan pada aturan untuk kondisi kuning, terdapat tambahan aturan akan terjadi jika kondisi Temperatur Tinggi (>27oC), akan tetapi karena kemungkinan hal ini terjadi dan mempengaruhi adalah sebesar 40%, maka hal ini dapat di abaikan. Sedangkan pada kondisi hijau terdapat tambahan aturan kondisi kelembaban normal, dengan keakurasian 45%. Kondisi kelembaban normal yang mempengaruhi kondisi DBD hijau sebelumnya juga muncul pada kondisi DBD kuning dengan keakurasian 63%, lebih dominan pengaruhnya pada kondisi DBD hijau, sehingga untuk kondisi Kelembaban normal pada kondisi DBD hijau dapat diabaikan.

Tabel 29. Aturan Data Training Dengan GSR 99%

No. Aturan Akurasi

Laplace

1

IF Kelembaban udara tinggi / basah (>75%) Then

Merah 0.71

2

IF Penyinaran matahari sedang (35% - 70%) Then

Merah 0.71

3 IF Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah 0.7

4

IF Kelembaban udara Normal (60% - 75%) Then

Kuning 0.64

5

IF Penyinaran matahari penuh ( > 70%) Then

Kuning 0.61

6

IF Curah hujan sangat rendah (<5mm) Then

Kuning 0.45

Data pada Tabel 29. pada Gain similarity 99% didapatkan sebanyak 6 baris aturan, data tersebut menunjukkan bahwa aturan IF Kelembaban udara tinggi / basah ( >75%) Then Merah serta IF Penyinaran matahari sedang (35% - 70%) Then Merah mempunyai Akurasi Laplace yang sama tinggi pada klas merah , sebesar 71%, ini berarti pada kelembaban udara tinggi / basah dan pada penyinaran matahari sedang mempunyai peluang terjadi DBD dengan kondisi merah, atau suatu situasi dimana jumlah pasian perkecamatan lebih dari 5 orang, Aturan IF Kelembaban udara Normal (60% - 75%) Then Kuning mempunyai Akurasi Laplace paling tinggi pada kelas kondisi DBD kuning, yaitu 64%. Ini berarti pada kondisi kelembaban udara normal, kondisi DBD kuning mungkin terjadi, atau suatu kondisi dimana jumlah pasien berkisar antara 1- 5 orang per kecamatan. Pada kondisi ini kelembaban udara masih cukup disenangi oleh

nyamuk Aedes Aegypti, contoh kondisi cuaca pada sore hari, dimana biasanya kelembaban udara berkisar pada 60% - 75%, situasi ini masih memungkinkan nyamuk bergerak, walau tidak seaktif pada kondisi kelembaban udara >75%.

Tabel 30. Aturan Data Training Dengan GSR 60%

No. Aturan Akurasi

Laplace

1

IF Kelembaban udara tinggi / basah (>75%) and Penyinaran matahari sedang (35% - 70%)

Then Merah 0.71

2 IF Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah 0.70

3

IF Kelembaban udara Normal (60% - 75%) and

Penyinaran matahari penuh ( > 70%) Then kuning 0.63

Pada tabel 30, dengan gain similarity rasio 60%, didapatkan aturan untuk DBD pada kondisi merah sama dengan pada gain similarity 80%, akan tetapi untuk kondisi kuning, didapatkan suatu aturan IF Kelembaban udara Normal (60% - 75%) and Penyinaran matahari penuh ( > 70%) Then kuning, sehingga jika pada saat kondisi kelembaban udara normal dan penyinaran matahari penuh, maka dapat terjadi DBD dengan jumlah pasien 1-5 orang per kecamatan.

Tabel 31. Aturan data training dengan Gain similarity ratio 20%

No. Aturan Akurasi

Laplace

1

IF Kelembaban udara tinggi / basah (>75%)

and Penyinaran matahari sedang (35% - 70%) and

Curah hujan rendah (5-20mm) Then Merah 0.71 2

IF Kelembaban udara Normal (60% - 75%) and

Penyinaran matahari penuh (> 70%) Then kuning 0.63 3 IF Curah hujan sangat rendah (<5mm) Then Kuning 0.45

Pada Gain similarity 20 %, didapatkan 3 aturan, 1 aturan untuk kondisi merah, yaitu aturan IF Kelembaban udara tinggi / basah (>75%) and Penyinaran matahari sedang (35% - 70%) and Curah hujan rendah (5-20mm) Then Merah, dengan tingkat akurasian 71%, sehingga menurut aturan ini pada kondisi kelembaban udara tinggi dan penyinaran matahari sedang dan curah hujan rendah sangat mungkin terjadi DBD dengan kondisi merah, sehingga kemunginan jumlah penderita DBD pun banyak. Sedangkan pada kondisi kuning, aturan yang berlaku pada gain similarity ini adalah aturan IF Curah hujan sangat rendah (<5mm)

Then Kuning, akan tetapi tingkat keakurasiannya hanya 45%, sehingga dapat diabaikan.

Tabel 32. Aturan Data Training Dengan GSR 10%

No. Aturan Akurasi

Laplace

1

IF Kelembaban udara tinggi / basah (>75%) and Penyinaran matahari sedang (35 - 70%) and Curah

hujan rendah (5-20mm) Then Merah 0.71 2

IF Temperatur sedang (24oC – 27oC ) then Merah

0.65

3

IF Kelembaban udara Normal (60%- 75%) and

Penyinaran matahari penuh (> 70%) Then Kuning 0.63 4

IF Curah hujan sangat rendah (<5mm) Then

Kuning 0.45

5 IF temperatur tinggi ( > 27o

C ) Then Kuning 0.40

Pada gain similarity 10% didapatkan 5 baris aturan, dimana terdapat 2 aturan untuk kondisi merah dan 3 aturan untuk kondisi kuning. Untuk merah terdapat tambahan yang pada gain similarity rasio sebelumnya aturan ini tidak didapatkan, yaitu pada temperature sedang (24oC – 27oC) juga memungkinkan untuk terjadi DBD pada kondisi merah, akan tetapi hal ini hanya akan terjadi jika kondisi sebelumnya yaitu Kelembaban udara tinggi dan penyinaran matahari sedang dan curah hujan rendah terjadi. Kemungkinan hal ini terjadi sebesar 65 %. Sedangkan pada aturan untuk kondisi kuning, terdapat tambahan aturan akan terjadi jika kondisi Temperatur Tinggi (>27oC), kemungkinan hal ini terjadi dan mempengaruhi adalah sebesar 40%.

6.5.2. Pembahasan

Berdasarkan dari data yang digali menggunakan datamining, didapatkan beberapa aturan untuk kecamatan Kebayoran baru dan kecamatan Tebet, dimana kecamatan – kecamatan ini masuk dalam wilayah Jakarta Selatan :

6.5.2.1.Kecamatan Kebayoran Baru

Aturan – aturan yang dapat digali menggunakan data mining untuk wilayah Kebayoran baru, dengan jumlah data sebanyak 755 data, didapatkan aturan – aturan sebagai berikut :

Untuk kondisi DBD merah

1. Kelembaban udara tinggi ( > 75%) maka kondisi DBD merah. 2. Penyinaran matahari sedang (35% - 70%) maka kondisi DBD merah.

3. Curah hujan rendah (5 – 20 mm) maka kondisi DBD merah. 4. Temperatur sedang (24oC – 27oC) maka kondisi merah.

Untuk Kondisi DBD kuning

1. Kelembaban udara normal (60% - 75%) then kuning. 2. Penyinaran matahari penuh(>70%) then kuning. 3. Curah hujan rendah ( 5 – 20 mm) then kuning.

Jika dikaitkan dengan nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor / pembawa virus DBD, maka hal ini dapat diterangkan sebagai berikut :

Seperti telah diterangkan di bab 6.4, dimana nyamuk ini adalah nyamuk khas tropis yang menyukai kondisi udara yang lembab – hangat, yaitu suhu udara berkisar 24oC – 27oC, penyinaran matahari yang normal (35% - 70%), kelembaban udara tinggi (> 75%). Pada kondisi ini nyamuk ini akan aktif bergerak dan berkembang biak, pada saat bergerak inilah untuk membantu proses reproduksinya nyamuk – nyamuk ini me mbutuhkan darah manusia. Pada saat itu pula mereka menyebarkan virus DBD kedalam tubuh manusia yang telah mereka ambil darahnya. Untuk berkembang biak, mereka membutuhkan media air yang bersih dan ruangan yang agak gelap, curah hujan pada kondisi 5 – 20 mm/minggu cukup untuk memberikan media bagi nyamuk ini untuk berkembang biak, apalagi ditambah kondisi lingkungan yang mempunyai banyak ruang untuk air – air tersebut mengenang. Sehingga pada kondisi dimana air mengenang dan kondisi cuaca dimana proses penguapan dari air tersebut tidak cukup memadai, maka nyamuk Aedes Aegypti akan leluasa berkembang biak dan kemungkinan terjadinya wabah DBD pada kondisi kuning (1 – 5 org/kecamatan) atau kondisi merah (> 5 org/ kecamatan) sangat mungkin terjadi.

Untuk Kondisi DBD hijau

1. Penyinaran matahari penuh (> 70%) 2. Temperatur tinggi (> 27oC)

3. Curah hujan sangat rendah (< 5mm)

Berdasarkan aturan yang didapat untuk kondisi hijau, dapat diterangkan sebagai berikut :

Pada kondisi cuaca dimana penyinaran matahari tinggi (> 70%), temperatur yang tinggi (> 27oC) dan curah hujan yang sangat rendah (< 5mm), maka pada kondisi ini nyamuk Aedes Aegypti tidak akan bergerak / pasif, karena

sifat dari nyamuk tersebut yang lebih menyenangi kondisi cuaca yang lembab – hangat. Untuk wilayah kecamatan Kebayoran baru, kondisi DBD hijau (3 minggu tidak terjadi DBD), hal ini karena keadaan lingkungan yang sebagian besar sudah berupa perumahan – perumahan elite, pertokoan dan perkantoran, dimana kesadaran akan kebersihan lingkungan mutlak diperlukan, disamping itu lahan yang memungkinkan air untuk menggenang juga semakin sedikit karena kegiatan ekonomi dan lalu lintas yang cukup tinggi di daerah ini.

6.5.2.2. Kecamatan Tebet

Aturan – aturan yang berhasil digali dari data yang digunakan (1.308 data), adalah sebagai berikut :

Untuk kondisi merah

1. Kelembaban udara tinggi (> 75%) maka kondisi DBD merah . 2. Penyinaran matahari sedang (35% - 70%) maka kondisi DBD merah. 3. Curah hujan rendah (5 – 20 mm) maka kondisi DBD merah .

4. Temperatur sedang (24oC – 27oC) maka kondisi merah.

Untuk kondisi kuning,

1. Kelembaban udara normal (60% - 75%) then kuning. 2. Penyinaran matahari penuh(>70%) then kuning. 3. Curah hujan sangat rendah (< 5mm) then kuning. 4. Temperatur tinggi (> 27oC) then kuning.

Di kecamatan Tebet sepanjang ta hun 2004 – 2005 kondisi DBD yang terjadi selalu dalam kondisi merah dan kuning (kondisi hijau tidak terjadi pada kecamatan ini), hal ini selain dari karena faktor – faktor cuaca yang mendukung dari perkembangan dan pergerakan nyamuk Aedes Aegypti, faktor lainnya adalah faktor lingkungan di kecamatan Tebet yang cenderung rapat antar rumah. Sehingga ketika turun hujan dapat mengakibatkan air yang menggenang dimana – mana disekitar rumah – rumah tersebut dan karena faktor teknis kerapatan antar rumah mengakibatkan sinar matahari yang membantu proses penguapan secara alamipun tidak dapat menembus, sehingga lingkungan ini sangat disukai oleh nyamuk untuk berkembang biak.

Dokumen terkait