• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan dan Pengembangan Etika Bisnis dan Etika Kerja

Penerapan Etika Bisnis dan Etika Kerja di lingkungan Perusahaan merupakan tujuan disusun dan diterbitkannya Pedoman ini. Dari penerapan tersebut diharapkan diperoleh umpan balik yang pada akhirnya merupakan bahan masukan guna "Pengembangan" Buku Pedoman ini dan metode penerapannya lebih lanjut.

Spirit yang mewarnai penyusunan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja ini adalah pencerahan Hakekat Diri (dari dalam), bukan Indoktrinasi (dari luar), karena itu dalam penulisan tidak digunakan kata ”harus" dan sejenisnya yang berkonotasi dari luar, tetapi lebih berupa

"pernyataan” yang mengalir dari kedalaman.

Dalam rangka Penerapannya perlu diperhatikan hal - hal sebagai berikut:

1. Membangun Commitment, Involvement dan Leadership pimpinan baik di kalangan Komisaris, Direksi, Manajemen, maupun kelompok kerja Karyawan.

2. Menjadikan HRD sebagai penggerak diterap-kembangkannya Etika Bisnis dan Etika Kerja ini.

3. Mensosialisasikan Etika Bisnis dan Etika Kerja ini dalam New Employee Orientation Program, dan penyegaran secara berkala bagi seluruh lapisan pada setiap bagian.

4. Mengkaitkan penerapan etika sebagai bagian tidak terlepaskan dari praktik bisnis, dan penilaian karya seluruh Karyawan.

5. Mengembangkan pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja yang sudah ada, dan menjabarkan lebih lanjut menjadi berbagai Kebijakan dan Peraturan Perusahaan.

6. Melengkapi Peraturan Perusahaan dengan sanksi atas pelanggaran, dan membangun sistem agar dapat dipantau penerapan Etika Bisnis dan Etika Kerja ini.

7. Komitmen dari Direksi dalam penerapan Etika memegang peran yang sangat penting.

Komitmen disini dalam tiga bentuk:

a. Komitmen untuk mensosialisasikan Etika Bisnis ini ke seluruh Karyawan di dalam Perusahaan.

b. Komitmen untuk memberi contoh kepada Karyawan bagaimana bersikap sesuai dengan Etika tersebut.

c. Komitmen untuk memberikan penalti terhadap pelanggaran Etika.

Bab 4 Pedoman Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah 1. Pengantar

Perusahaan sebagai suatu perseroan terbatas memiliki empat organ, yaitu Direksi, Dewan Komisaris, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) Direksi adalah organ Perusahaan yang bertugas menjalankan pengurusan Perusahaan.

Dewan komisaris merupakan organ yang bertugas mengawasi jalannya pengurusan yang dilakukan oleh Direksi dan memberikan nasihat kepada Direksi terkait dengan kepengurusan tersebut. RUPS merupakan organ Perusahaan sebagai wadah bagi para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris.

Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah organ Perusahaan yang bertugas mengawasi dan memberikan nasihat dan saran kepada Direksi berkaitan dengan kegiatan operasional Unit Usaha Syariah (UUS).

Pedoman ini disusun dengan tujuan memberikan pedoman kepada Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam berinteraksi berkenaan dengan kepengurusan dan/atau jalannya perusahaan.

2. Direksi

2.1. Pendahuluan

Direksi bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola Perusahaan.

Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya, namun pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama.

Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk Presiden Direktur adalah setara.

Tugas Presiden Direktur sebagai ‘first among equals’ adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi.

Setiap anggota Direksi menjalankan tindakan pengurusan Perusahaan dengan itikad baik, penuh tanggung jawab dan kehati-hatian berdasarkan informasi yang cukup, untuk kepentingan Perusahaan.

2.2. Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Pertanggungjawaban Direksi 2.2.1. Tugas Direksi

Tugas Direksi adalah memimpin dan mengurus Perusahaan untuk kepentingan Perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan berdasarkan Anggaran Dasar, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dengan memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku kepentingan Perusahaan, yang meliputi antara lain:

a. Menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta rencana strategis Perusahaan dalam bentuk rencana korporasi (corporate plan) dan rencana bisnis (business plan);

b. Menetapkan struktur organisasi Perusahaan lengkap dengan rincian tugas divisi dan unit usaha;

c. Mengendalikan dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki Perusahaan secara efektif dan efisien;

d. Membentuk dan menetapkan sistem pengendalian internal Perusahaan dan manejemen risiko yang efektif dan efisien.

e. Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan.

f. Menyusun dan menyediakan laporan tahunan sebelum RUPS Tahunan diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Memastikan agar Perusahaan memperhatikan kepentingan semua pihak, khususnya kepentingan debitur, kreditur, dan/atau Pemangku Kepentingan lainnya.

h. Memastikan informasi mengenai Perusahaan diberikan kepada Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah secara tepat waktu dan lengkap.

i. Membantu dan menyediakan fasilitas dan/atau sumber daya untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang Organ Perusahaan dan Dewan Pengawas Syariah.

Pengendalian internal sebagaimana dimaksud harus mencakup antara lain sebagai berikut:

a. Lingkungan pengendalian internal dalam Perusahaan yang disiplin dan terstruktur;

b. Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha, yaitu suatu proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, menilai, dan mengelola risiko usaha;

c. Aktivitas pengendalian, yaitu tindakan yang dilakukan dalam suatu proses pengendalian terhadap kegiatan Perusahaan pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi Perusahaan, antara lain mengenai kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas dan keamanan terhadap aset perusahaan;

d. Sistem informasi dan komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan mengenai kegiatan operasional, finansial, dan ketaatan atas peraturan perundang-undangan di bidang usaha pembiayaan;

e. Tata cara monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian internal termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan unit struktur organisasi Perusahaan, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal; dan

f. Mekanisme pelaporan kepada Direksi dengan tembusan kepada komite audit, dalam hal terjadi penyimpangan kualitas sistem pengendalian internal termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan unit struktur organisasi Perusahaan.

2.2.2. Wewenang Direksi

Direksi berhak dan berwenang menjalankan segala tindakan kepengurusan Perusahaaan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, antara lain sebagai berikut:

a. Mewakili dan mengikat Perusahaan dalam hubungannya dengan pihak lain;

b. Mengangkat seseorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu dengan memberikan surat kuasa;

c. Mengatur dan mengembangkan sumber daya manusia termasuk pengangkatan dan pemberhentian Karyawan, penetapan gaji, pension atau jaminan hari tua dan remunerasi lain bagi Karyawan Perusahaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau keputusan RUPS.

d. Anggota Direksi yang membawahi fungsi kepatuhan berhak mendapatkan pertanggungjawaban dari satuan kerja atau pegawai yang melaksanakan fungsi kepatuhan.

e. Mendapatkan salinan risalah rapat Direksi untuk setiap anggota Direksi baik yang hadir maupun yang tidak hadir.

2.2.3. Kewajiban Direksi

Direksi dalam menjalankan segala tindakan kepengurusan Perusahaaan wajib memperhatikan dan melakukan hal-hal, antara lain sebagai berikut:

a. Tidak melakukan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dengan kegiatan Perusahaan tempat anggota Direksi menjabat.

b. Memanfaatkan jabatannya pada Perusahaan tempat anggota Direksi dimaksud menjabat untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Perusahaan tempat anggota Direksi dimaksud menjabat.

c. Mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari Perusahaan tempat anggota Direksi dimaksud menjabat selain remunerasi dan fasilitas yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

d. Memenuhi permintaan pemegang saham yang terkait dengan kegiatan operasional Perusahaan tempat anggota Direksi dimaksud menjabat selain yang telah ditetapkan dalam RUPS.

e. Menyelenggarakan rapat Direksi secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

f. Menghadiri rapat Direksi paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah rapat Direksi dalam periode 1 (satu) tahun.

g. Hasil rapat Direksi dituangkan dalam risalah rapat Direksi dan didokumentasikan dengan baik termasuk memaparkan perbedaan pendapat (dissenting opinions) secara jelas disertai alasan perbedaan pendapat (dissenting opinions) tersebut.

h. Jumlah rapat Direksi yang telah diselenggarakan dan jumlah kehadiran masing-masing anggota Direksi Perusahaan harus dimuat dalam laporan penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik.

i. Direksi Perusahaan harus menjamin pengambilan keputusan yang efektif,tepat, dan cepat serta dapat bertindak secara independen, tidak mempunyai kepentingan, yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugas secara mandiri dan objektif.

j. Mampu mengambil keputusan berdasarkan penilaian independen dan objektif untuk kepentingan Perusahaan dan/atau pemangku kepentingan lainnya.

k. Mampu Menghindarkan penyalahgunaan kewenangannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi yang tidak semestinya atau menybabkan kerugian bagi Perusahaan.

l. Mendahulukan kepentingan perusahaan dan/atau Pemangku Kepentingan lainnya dari pada kepentingan pribadi terlepas dari peran sebagai pemegang saham.

m. Menyusun kebijakan dan rencana pembiayaan yang dituangkan dalam rencana bisnis Tahunan Perusahaan dan mensosialisasikan kepada manajemen dan pegawai di unit kerja terkait.

n. Mengungkapkan kepemilikan saham apabila memiliki lebih dari 50% (lima puluh persen) atau lebih pada Perusahaan tempat menjabat.

o. Mengungkapan hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Direksi lain, anggota Dewan Komisaris, anggotaDPS, dan/atau pemegang saham Perusahaan tempat menjabat.

2.2.4. Pertanggungjawaban Direksi

Direksi bertanggung jawab menjalankan segala tindakan kepengurusan Perusahaaan sesuai dengan tugas dan kebijakan yang dipandang tepat, antara lain sebagai berikut:

a. Menyusun pertanggungjawaban pengelolaan Perusahaan dalam bentuk laporan tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan Perusahaan dan laporan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik.

b. Seluruh informasi mengenai transparansi kepemilikan saham lebih dari 50%

(lima puluh persen) atau lebih dan hubungan keluarga dengan anggota Direksi lain, anggota Dewan Komisaris, anggota DPS, dan/atau pemegang saham pada Perusahaan tempat menjabat dimuat pada laporan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik.

c. Laporan tahunan harus memperolah persetujuan RUPS, sedangkan laporan keuangan harus memperoleh pengesahan RUPS;

d. Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengelolaan Perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance.

2.3. Pengangkatan Direksi 2.3.1. Komposisi Direksi

Komposisi Direksi Perusahaan harus sedemikian rupa, sehingga memungkinkan Direksi mengambil keputusan yang efektif, tepat, dan cepat. Adapun hal-hal yang harus ditaati dan diperhatikan Perusahaan dalam mentukan komposisi Direksi adalah :

a. Memiliki Direksi minimal sebanyak tiga orang.

b. Memiliki anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan, dengan syarat anggota direksi yang tidak dapat dirangkap oleh anggota Direksi yang membawahi fungsi pembiayaan, fungsi pemasaran, dan fungsi keuangan, kecuali Direktur Utama.

c. Perusahaan yang di dalamnya terdapat kepemilikan asing baik secara langsung maupun tidak langsung wajib memiliki paling sedikit 50% (lima puluh persen) anggota Direksi yang merupakan warga negara Indonesia.

2.3.2. Kriteria dan Syarat Seleksi

Setiap anggota Direksi Perusahaan juga wajib memenuhi kriteria dan syarat sebagai berikut:

a. Berdomisili di wilayah negara Republik Indonesia.

b. Memiliki surat izin menetap dan surat izin bekerja dari instansi berwenang bagi calon anggota Direksi berkewarganegaraan asing.

c. Memiliki kompetensi yang mendukung bisnis Perusahaan sekarang dan di masa mendatang dan pengetahuan yang relevan dengan jabatannya.

d. Lulus penilaian kemampuan dan kepatutan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Memiliki itikad baik, jujur, sikap kerja professional dan beretika untuk meningkatan nilai Perusahaan terhadap pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

f. Memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja sebagai tim untuk menghasilkan kinerja yang luar biasa (strive for excellence).

g. Tidak pernah dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 1 (satu) tahun, dan kriteria lain sebagaimana ditentukan oleh peraturan yang berlaku.

h. Tidak melanggar ketentuan tentang rangkap jabatan yang terdpat dalam Peraturan yang berlaku.

2.3.3. Prosedur Nominasi

a. Calon anggota Direksi diutamakan berasal dari internal Grup Astra;

b. Calon anggota Direksi disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris;

c. Selain calon internal, Dewan Komisaris dapat juga melakukan seleksi calon anggota Direksi dari eksternal Grup Astra;

d. Dewan Komisaris memberikan rekomendasi mengenai calon anggota Direksi kepada Dewan Komisaris untuk diusulkan kepada RUPS.

2.3.4. Pengangkatan Kembali

Anggota Direksi Perusahaan yang masa jabatan telah berakhir dapat diangkat kembali dengan keputusan RUPS.

2.4. Penilaian Kinerja Direksi

Penilaian terhadap kinerja Direksi Perusahaan pada dasaranya dilakukan oleh Dewan Komisaris yang mencakup:

a. Performance Planning

Performance Planning merupakan kegiatan awal dari performance management yang meliputi Policy Deployment, yaitu transformasi dari visi dan misi Perusahaan serta rencana strategis tahunan Perusahaan.

b. Performance Review

Performance Review merupakan proses review kinerja setiap anggota Direksi Perusahaan yang dilakukan secara periodik, meliputi coaching, konseling, dan control untuk melihat pencapaian, permasalahan serta penyimpangan terhadap rencana.

c. Performance Evaluation

Performance Evaluation merupakan proses penilaian kinerja anggota Direksi Perusahaan yang didasarkan pada Process, Result/Value Creation dan People Management serta dilaksanakan secara berkala paling sedikit 6 (enam) bulan sekali. Hasil evaluasi kinerja tersebut di atas menjadi dasar Perusahaan untuk memberkan Rewards atau Penalty kepada anggota Direksi Perusahaan.

2.5. Remunerasi Direksi

Dewan Komisaris Perusahaan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai remunerasi bagi anggota Direksi untuk dapat diusulkan kepada RUPS. RUPS dapat juga memberikan kuasa kepada Dewan Komisaris untuk menetapkan remunerasi anggota Direksi Perusahaan, dengan memperhatikan pendapat dari Dewan Komisaris Perusahaan.

Perumusan sistem remunerasi didasari prinsip-prinsip:

a. Sesuai peraturan perundangan di bidang perpajakan dan ketenagakerjaan yang berlaku.

b. Sesuai prinsip kehati-hatian (prudent behaviour) yang sejalan dengan kepentingan atau sasaran dan strategi jangka panjang Perusahaan dan perlakuan adil terhadap Debitur, kreditur, dan/atau Pemangku Kepentingan lainnya.

c. Asas keseimbangan internal serta kompetitif dengan perusahaan lain di luar Perusahaan.

d. Penetapan remunerasi menganut asas “pay for performance” dimana Perusahaan menghargai anggota Direksi sesuai kontribusinya terhadap Perusahaan.

Setiap tahun Perusahaan melaksanakan survei gaji dan benefit yang bertujuan untuk mengetahui posisi remunerasi Direksi Perusahaan terhadap perusahaan-perusahaan sejenis maupun lintas industri.

3. Dewan Komisaris 3.1. Pendahuluan

Dewan Komisaris Perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara majelis atau kolektif dalam mengawasi jalannya pengurusan Perusahaan serta memastikan Perusahaan melaksankan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris, termasuk Presiden Komisaris adalah setara. Tugas Presiden Komisaris sebagai ‘first among equals’ adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris.

Setiap anggota Dewan Komisaris melakukan tugasnya dengan itikad baik, penuh tanggung jawab dan kehati-hatian berdasarkan informasi yang cukup, untuk kepentingan Perusahaan.

3.2. Tugas, Wewenang dan Pertanggungjawaban Dewan Komisaris 3.2.1. Tugas Dewan Komisaris

Tugas Dewan Komisaris Perusahaan adalah mengawasi jalannya pengurusan yang dilakukan Direksi dan memberikan nasihat kepada Direksi Perusahaan sesuai dengan Anggaran Dasar, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dengan memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku kepentingan Perusahaan.

Tugas Dewan Komisaris antara lain:

a. Melakukan pengawasan atas risiko usaha Perusahaan dan upaya manajemen melakukan pengendalian internal.

b. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam kegiatan usaha Perusahaan.

c. Memberikan tanggapan dan rekomendasi atas usulan dan rencana pengembangan strategis Perusahaan yang diajukan Direksi.

d. Memastikan bahwa Dewan Komisaris telah memperhatikan kepentingan stakeholders (pemangku kepentingan).

e. Memberikan persetujuan dalam hal Dewan Pengawas Syariah memerlukan bantuan anggota komite yang struktur organisasinya berada di bawah Dewan Komisaris.

f. Membentuk komite audit atau komite/fungsi lainnya yang berguna untuk membantu tugas Dewan Komisaris dalam memantau dan memastikan efektifitas sistem pengendalian internal dan pelaksanaan tugas auditor internal dan auditor eksternal.

Tugas pokok Komisaris Independen Perusahaan adalah melakukan fungsi pengawasan untuk menyuarakan kepentingan Debitur, kreditur, dan stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya.

Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris Perusahaan tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Keputusan Dewan Komisaris mengenai hal yang diatur dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan operasional tetap menjadi tanggung jawab Direksi.

3.2.2. Wewenang Dewan Komisaris

Dewan Komisaris Perusahaan berwenang untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Memeriksa catatan dan dokumen lain serta kekayaan Perusahaan.

b. Meminta dan menerima dari Direksi keterangan yang bekenaan dengan Perusahaan secara lengkap dan tepat waktu.

c. Memberikan persetujuan atas usulan aksi korporasi Perusahaan yang diajukan Direksi.

d. Memberhentikan untuk sementara anggota Direksi apabila anggota Direksi tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar Perusahaan dan/atau peraturan peundangan yang berlaku.

e. Menjadi anggota dari komite audit yang dibentuk dan berkedudukan sekaligus menjadi ketua komite.

f. Mendapatkan salinan risalah rapat Dewan Komisaris untuk setiap anggota Dewan Komisaris baik yang hadir maupun yang tidak hadir.

g. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Perusahaan dilarang memberhentikan Komisaris Independen karena tindakan Komisaris Independen dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

3.2.3. Kewajiban Dewan Komisaris

Dewan Komisaris dalam menjalankan segala tindakan kepengurusan Perusahaaan wajib memperhatikan dan melakukan hal-hal, antara lain sebagai berikut:

a. Tidak melakukan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dengan kegiatan Perusahaan tempat anggota Dewan Komisaris menjabat.

b. Memanfaatkan jabatannya pada Perusahaan tempat anggota Dewan Komisaris dimaksud menjabat untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Perusahaan tempat anggota Dewan Komisaris dimaksud menjabat.

c. mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari Perusahaan tempat anggota Dewan Komisaris dimaksud menjabat selain remunerasi dan fasilitas yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

d. Menyelenggarakan rapat Dewan Komisaris secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (bulan) bulan.

e. Menghadiri rapat Dewan Komisaris paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah rapat Dewan Komisaris dalam periode 1 (satu) tahun.

f. Hasil rapat Dewan Komisaris dituangkan dalam risalah rapat Dewan Komisaris dan didokumentasikan dengan baik termasuk memaparkan perbedaan pendapat (dissenting opinions) secara jelas disertai alasan perbedaan pendapat (dissenting opinions) tersebut.

g. Jumlah rapat Dewan Komisaris yang telah diselenggarakan dan jumlah kehadiran masing-masing anggota Dewan Komisaris Perusahaan harus dimuat dalam laporan penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik.

h. Dewan Komisaris Perusahaan harus menjamin pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat serta dapat bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas.

i. Mendahulukan kepentingan perusahaan dan/atau Pemangku Kepentingan lainnya dari pada kepentingan pribadi terlepas dari peran sebagai pemegang saham.

j. Memastikan Direksi menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit intern Perusahaan, auditor eksternal, hasik pengawasan OJK dan/atau hasil pengawasan otoritas lain.

k. Khusus untuk Komisaris Independen, wajib melaporkan kepada OJK paling lambat 10 (sepuluh) hari kalender sejak ditemukannya: pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pembiayaan; dan/atau keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Perusahaan (Dalam hal batas akhir penyampaian laporan jatuh pada hari libur, batas akhir penyampaian laporan adalah hari kerja pertama berikutnya).

l. Mengungkapkan kepemilikan saham apabila memiliki lebih dari 50% (lima puluh persen) atau lebih pada Perusahaan tempat menjabat.

m. Mengungkapan hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lain, anggota Direksi, anggota DPS, dan/atau pemegang saham Perusahaan tempat menjabat.

3.2.4. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris

Dewan Komisaris Perusahaan dalam fungsinya sebagai pengawas, membuat laporan pertanggungjawaban pengawasan atas kegiatan pengelolaan perusahaan oleh Direksi. Laporan pengawasan Dewan Komisaris tersebut dimasukkan dalam laporan tahunan yang disusun oleh Direksi dan disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan.

Seluruh informasi mengenai transparansi kepemilikan saham lebih dari 50% (lima puluh persen) atau lebih dan hubungan keluarga dengan anggota Direksi lain, anggota Dewan Komisaris, anggota DPS, dan/atau pemegang saham pada Perusahaan tempat menjabat dimuat pada laporan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik.

Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atau pengelolaan Perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance.

3.3. Pengangkatan Dewan Komisaris 3.3.1. Komposisi Dewan Komisaris

Komposisi Dewan Komisaris Perusahaan harus sedemikian rupa, sehingga memungkinkan Dewan Komisaris mengambil keputusan yang efektif, tepat, dan cepat.

Adapun hal-hal yang wajib ditaati dan diperhatikan Perusahaan dalam mentukan komposisi Dewan Komisaris adalah :

a. Terdiri atas Dewan Komisaris dan Komisaris Independen.

b. Memiliki Anggota Dewan Komisaris minimal sebanyak dua orang dan Komisaris Independen minimal sebanyak satu orang.

3.3.2. Kriteria dan Syarat Seleksi

Setiap anggota Dewan Komisaris juga wajib memenuhi kriteria dan syarat sebagai berikut:

a. Memiliki Anggota Dewan Komisaris minimal 1 (satu) orang yang berdomisili di wilayah negara Republik Indonesia.

b. Memiliki surat izin menetap dan surat izin bekerja dari instansi berwenang bagi anggota Dewan Komisaris berkewarganegaraan asing.

c. Memiliki kompetensi yang mendukung bisnis Perusahaan sekarang dan di masa mendatang dan pengetahuan yang relevan dengan jabatannya.

d. Lulus penilaian kemampuan dan kepatutan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Memiliki itikad baik, jujur, sikap kerja professional dan beretika untuk meningkatan nilai Perusahaan terhadap pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

f. Memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja sebagai tim untuk menghasilkan kinerja yang luar biasa (strive for excellence).

g. Tidak pernah dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 1 (satu) tahun, dan kriteria lain sebagaimana ditentukan oleh peraturan yang berlaku.

h. Tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Dewan Komisaris pada lebih dari 3 (tiga) perusahaan lain. (tidak disebut rangkap jabatan apabila menjadi Perusahaan yang dimaksud adalah organisasi/lembaga nirlaba atau menjalankan tugas fungsional dari pemegang saham Perusahaan yang berbentuk badan hukum pada kelompok usahanya).

Adapun Kriteria dan Syarat wajib untuk Komisaris Independen adalah sebagai berikut:

a. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS), atau pemegang saham Perusahaan dalam perusahaa yang sama.

b. Tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota DPS atau menduduki jabatan 1 (satu) tingkat di bawah Direksi pada Perusahaan yang sama atau perusahaan lain yang memiliki hubungan afiliasi dengan Perusahaan tersebut dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir.

b. Tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota DPS atau menduduki jabatan 1 (satu) tingkat di bawah Direksi pada Perusahaan yang sama atau perusahaan lain yang memiliki hubungan afiliasi dengan Perusahaan tersebut dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir.

Dokumen terkait