(CDD) DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI INDONESIA
Rislima F. Sitompul
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna – LIPI Email: [email protected], [email protected]
Abstrak - Program Community Development memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu: sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan. Untuk mencapai kedua sasaran program pengembangan masyarakat tersebut diatas, pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam lingkup PNPM-PISEW menggunakan pendekatan Community Driven Development (CDD) dan dilakukan secara partisipatif. Tulisan ini akan membahas beberapa prinsip yang mendasari konsep CDD, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan proses integrasi CDD dengan pembangunan daerah, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PNPM-PISEW), baik dari aspek mekanisme perencanaan dan pelaksanaan, peran kelembagaan dan para pelaku program CDD, dan potensi CDD yang berkelanjutan.
Kata kunci: pemberdayaan masyarakat, Community Driven Development (CDD), PNPM-PISEW
Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna | 589 PENDAHULUAN
Masyarakat pedesaan pada setiap wilayah mempunyai karakter yang sering sangat heterogen sifatnya, sehingga membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam proses pembangunannya. Pendekatan yang berbeda ini mengisyaratkan perlunya
partisipasi masyarakat yang mewakili kepentingan ‗dari bawah‘ (self-help), yang dalam hal ini adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan, implementasi, dan evaluasi program [1]. Pendekatan sektoral yang juga dikenal dengan pendekatan top-down umumnya tidak berdasarkan pada potensi pertumbuhan daerah tersebut, sehingga sangat mungkin terjadi kebijakan yang digunakan tidak optimum dari sudut pandang pembangunan wilayah sehingga dirasakan perlu dilakukan perubahan dalam perencanaan pengembangan wilayah yang mendahulukan kepentingan wilayah dan masyarakat dengan melakukan pendekatan bottom-up dalam memilih kebijakan pembangunan.
Untuk mengatasi berbagai kekurangan dan kelemahan yang dihasilkan dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan yang bersifat sentralistis di masa lalu (pendekatan top-down), Bank Dunia mencetuskan konsep pembangunan yang disebut Community Driven Development, yang diawali dengan mencanangkan Urban Poverty Project (UPP) atau Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat Perkotaan (P2KP). Pendekatan pembangunan dalam Urban Poverty Project mengawali pergeseran model pembangunann top-down menjadi bottom-up ditandai dengan melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan seperti perencanaan, implementasi, dan penggunaan dana. Pendekatan CDD diinisiasi oleh Bank Dunia dan mengacu pada proyek Community-based development (CBD), yang dalam istilah umum mengacu pada proyek-proyek yang secara aktif melibatkan penerima manfaat (beneficiaries) dalam mendisain dan mengelola program pembangunan yang diusulkan.
Community driven development (CDD) saat ini telah menjadi strategi program pembangunan yang utama yang digunakan oleh pemerintah di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai program pembangunan yang berkelanjutan dan responsif terhadap prioritas kebutuhan lokal, memberdayakan masyarakat lokal sehingga masyarakat mampu mengelola dan mengatur aktifitas pembangunan sendiri, dan dapat secara ebih efektif dalam pelaksanaan program pembangunan. Program pembangunan dengan
Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna | 590 pendekatan CDD ini telah menjadi pendekatan yang paling dominan dalam portofolio Bank Dunia yang telah mencapai 7 milyar USD (Mansuri & Rao, 2004). Hingga tahun 2007, Bank Dunia mencatat sebanyak 9 persen nilai pinjaman setiap tahunnya dialokasikan untuk proyek CDD di berbagai negara di dunia [2]. Undang- undang Desa No 6/2014 tentang Desa (UU Desa) dapat menjadi mekanisme yang penguatan CDD dan membawa harapan besar bagi pemberdayaan masyarakat desa.
Tiga unsur utama dalam CDD adalah desentralisasi, demokrasi, dan tindakan kolektif (collective action). Dalam pelaksanaan proyek proyek pembangunan dengan CDD dapat ditinjau bagaimana unsur masyarakat, pemberdayaan dan kemampuan untuk melakukan tindakan kolektif diterapkan terhadap proyek-proyek pembangunan yang besar dan jadwal proyek yang ketat.
Tulisan ini akan membahas beberapa prinsip yang mendasari konsep CDD, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan proses integrasi CDD dengan pembangunan daerah. Beberapa masalah substansial yang ditemukan secara empiris di lapangan juga disajikan. Tulisan ini ingin mendiskusikan beberapa hal yang berkaitan dengan pendekatan CDD, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PNPM-PISEW), baik dari aspek mekanisme perencanaan dan pelaksanaan, peran kelembagaan dan para pelaku proyek CDD, dan potensi CDD yang berkelanjutan.
METODOLOGI
Konsep pendekatan CDD
Analisis dalam makalah ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian pengkajian dan studi literature dari berbagai artikel dan dokumen yang berkaitan dengan penerapan metoda CDD dalam berbagai kegiatan pengembangan masyarakat, khususnya dalam kerangka PNPM-PISEW. Metode dan konsep pendekatan CDD dalam pemberdayaan masyarakat diuraikan dalam bagian ini.
Konsep dan Prinsip CDD
Karakteristik utama proyek pembangunan dengan pendekatan CDD adalah inisiatif pembangunan yang melibatkan masyarakat sasaran dalam proses pengambilan keputusan proyek pembangunan yang bertujuan untuk
Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna | 591 memberdayakan masyarakat tersebut. Asumsi yang mendasari proyek CDD adalah bahwa masyarakat lebih memahami apa yang sebaiknya dilakukan untuk dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka, sehingga program CDD dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Dengan memperlakukan masyarakat sasaran sebagai aset dan mitra dalam proses pembangunan menunjukkan bahwa CDD responsif terhadap tuntutan lokal, terintegrasi, dan pembiayaan proyek yang lebih efektif. CDD juga dapat didukung dengan memperkuat dan membiayai kelompok masyarakat , memfasilitasi akses masyarakat terhadap informasi, dan mempromosikan lingkungan yang kondusif melalui kebijakan dan reformasi kelembagaan [3]. Proyek CDD bekerja dengan memberikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) atau community block grants kepada masyarakat sasaran untuk melaksanakan proyek pembangunan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pembangunan dan pengawasan proyek.
Menurut [4], CDD dapat dipandang sebagai mekanisme pembangunan yang bertujuan untuk:
a. Meningkatkan keberlanjutan;
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas;
c. Meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan; d. Membuat pembangunan yang lebih terintegrasi;
e. Memberdayakan masyarakat miskin, membangun modal sosial, dan memperkuat tata kelola;
f. Meningkatkan kegiatan sektor publik dan pasar.
Upaya diatas dapat dicapai antara lain dengan a) memperluas akses informasi kepada masyarakat sasaran dan penerima manfaat proyek pembangunan CDD, yang memungkinkan masyarakat mampu untuk mengidentifikasi proyek-proyek yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka; b) meningkatkan sumber daya yang tersedia bagi masyarakat melalui fasilitas dana, pengembangan kapasitas dan pelatihan kerja; dan c) penguatan kapasitas masyarakat dengan mengelola institusi/ kelembagaan yang mewakili mereka, baik untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan berorganisasi.
Manfaat potensial CDD adalah adanya sistem kelembagaan yang memungkinkan masyarakat sasaran (penerima manfaat) untuk mengawasi berjalannya bantuan pembangunan, sehingga diharapkan alokasi dana pembangunan yang dikeluarkan lebih responsif terhadap pemenuhan kebutuhan mereka, pembangunan yang lebih tepat sasaran, membuat pemerintah lebih responsive dan penyampaian (delivery)
Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna | 592 barang, jasa dan teknologi yang lebih baik, dan memperkuat kemampuan warga negara untuk melakukan kegiatan yang diprakarsai oleh masyarakat itu sendiri [4]. Partisipasi, masyarakat dan modal sosial
Tiga konsep utama dalam CDD adalah partisipasi, masyarakat dan modal sosial [4]. Keberhasilan CDD ditentukan oleh masyarakat dalam menggunakan modal social untuk mengatur dirinya dan berpartisipasi dalam proses pembangunan. Sehingga dalam pelaksanaan CDD, sangat penting diperhatikan bagaimana partisipasi masyarakat dikonseptualisasikan dan diimplementasikan.
Partisipasi
Landasan utama pembangunan CDD adalahKeterlibatan aktif anggota masyarakat dapat terjadi pada berbagai tingkat kegiatan, tujuan utama adalah menginterasikan pengetahuan local kedalam pengambilan keputusan proyek, sehingga diharapkan dapat menghasilkan perancangan proyek yang dirancang lebih baik dan tepat sasaran, pembiayaaan yang lebih efektif, penyelesaian proyek yang lebih tepat waktu,hasil yang lebih merata dan mengurangi penyelewengan pemanfaatan dana dan sumber daya lainnya.
Masyarakat
Ada dua pengertian ―masyarakat‖. Pertama, masyarakat dikelompokkan berdasarkan batas-batas geografis atau konseptual dari masyarakat tidak selalu mudah. Batas administratif serimgkali tidak relevan manakala terdapat pola pemukiman masyarakat yang berbeda, atau di mana terjadi kegiatan migrasi yang mengubah batas-batas masyarakat. Kedua, pengelompokan masyarakat yang tidak merata sering mengaburkan struktur kekuatan ekonomi local dan sosial yang mungkin sangat mempengaruhi hasil proyek.
Modal Sosial
Konsep ketiga ―modal sosial‖ sering dinyatakan dalam berbagai literatur tentang implementasi CBD / CDD dan pembangunan partisipatif dimana CDD sering diartikan sebagai proses yang 'membangun modal sosial' masyarakat penerima manfaat. Dapat disimpulkan bahwa CDD adalah piramida mekanisme pembangunan terbalik yang memberikan ―suara dan pilihan‖ kepada masyarakat penerima manfaat, dan secara bersamaan tidak mengabaikan konteks sosial dan budaya masyarakat penerima manfaat (beneficiaries). Akibatnya gagasan-gagasan
Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna | 593 universal seperti modal sosial harus dilihat secara kontekstual dan bersifat endogen, sehingga dalam CDD kontekstualisasi disain proyek pembangunan sangat penting [4].
HASIL DAN PEMBAHASAN