• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh selalu ingin berusaha meningkatkan kesejahteraan melalui perbaikan upah dan jaminan sosial. Namun harus disadari penyampaian aspirasi untuk diadakan perbaikan upah dan jaminan sosial tidaklah mudah, karena apabila salah menyampaikan aspirasi kepada pengusaha dapat menimbulkan hubungan yang tidak harmonis antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Melihat perlunya kerjasama antara pekerja/buruh dengan pengusaha dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis serta produktivitas yang tinggi maka pemerintah pun selalu berusaha mengadakan pembinaan dan penyuluhan kepada pekerja/buruh dan pengusaha.

Pemerintah berfungsi mengatur dan memberikan kemudahan supaya setiap kegiatan yang dilakukan oleh anggota mayarakat dapat berkembang maju dalam tata

42

Pasal 19 ayat 5e Konstitusi ILO Tahun 1919 43

Pasal 22 Konstitusi ILO 44

hubungan yang tidak saling berbenturan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Demikian juga pemerintah selalu berusaha dan mengusahakan supaya setiap usaha-usaha ekonomis yang dilakukan masyarakat baik usaha kecil, menengah dan besar maupun usaha di sektor formal dan informal, dapat berkembang dan berhasil dengan baik. Bagi pemerintah, perusahaan dan usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat sangat penting karena beberapa alasan :45

1. Perusahaan merupakan sumber kesempatan kerja. Lapangan dan kesempatan kerja merupakan kebutuhan masyarakat. Tingkat pengangguran yang tinggi akan dapat menimbulkan keresahan sosial dan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Kredibilitas suatu pemerintahan dapat juga diukur dari kemampuannya memperkecil tingkat pengangguran.

2. Perusahaan merupakan sumber penghasilan bagi banyak orang. Dengan adanya sejumlah perusahaan yang berhasil baik, maka semakin banyak pekerja yang memperoleh penghasilan sehingga pendapatan nasional akan meningkat pula. 3. Perusahaan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi, kemakmuran bangsa serta

ketahanan nasional. Pendapatan nasional adalah akumulasi nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh perusahaan.

4. Perusahaan merupakan sumber devisa. Dalam globalisasi ekonomi, devisa merupakan suatu kebutuhan negara yang sangat penting. Hasil-hasil perusahaan yang digunakan di dalam negeri akan mengurangi jumlah impor serta menghemat

45

Payaman J. Simanjuntak, Masalah Hubungan Industrial di Indonesia, (Jakarta : Himpunan Pembina Sumber Daya Manusia Indonesia, 1992), hlm. 1-2.

penggunaan devisa. Apalagi bila hasil-hasil perusahaan diekspor, devisa akan bertambah.

5. Keuntungan perusahaan dan pendapatan karyawannya merupakan sumber utama pendapatan negara melalui sistem pajak. Semakin besar sisa hasil usaha atau keuntungan perusahaan, semakin besar potensi pembayar pajak perusahaan. Semakin besar pendapatan pekerja, semakin besar pula potensi pembayar pajak penghasilan.

Untuk menunjang dan mendorong keberhasilan hubungan industrial yang harmonis dan sebagai salah satu sarana hubungan industrial sebagaimana disebutkan pada Pasal 103 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah Lembaga Kerjasama Bipartit.

Hasil penelitian di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 terdapat 669 perusahaan yang terdaftar dan hanya 15 perusahaan yang memiliki Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit sebagaimana dilihat dalam tabel 1.

Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Bidang Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang mengatakan bahwa selama 3 tahun terakhir ini berdasarkan pengamatan dan pengawasan belum ditemukan keresahan di perusahaan yang mempunyai LKS Bipartit seperti pemogokan,

pemutusan hubungan kerja, yang artinya tidak ada satu pun pengaduan yang masuk ke kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang46.

Hasil wawancara dengan pimpinan LKS Bipartit perusahaan PTPN III Kebun Sei Putih, ditemukan jawaban bahwa antara pengusaha dengan pekerja/buruh selalu ada komunikasi yang baik dan pertemuan diadakan 1 kali dalam 3 bulan sehingga pengusaha mendapat masukan-masukan dari pihak pekerja/buruh terhadap masalah hubungan kerja dan syarat-syarat kerja. Apabila ada keluhan-keluhan dari pekerja/buruh selalu dibicarakan dalam rapat LKS Bipartit. Dalam rapat LKS Bipartit ini tidak hanya dibicarakan masalah hubungan industrial tetapi juga masalah perkembangan perusahaan kedepan seperti memperluas jaringan perusahaan dan termasuk penambahan tenaga kerja.Perselisihan hubungan industrial di PTPN III jarang terjadi karena komunikasi antara pengusaha dengan pekerja/buruh lancar dan tidak terhambat akibat adanya LKS Bipartit yang setiap bulannya mengadakan pertemuan47.

Lembaga Kerjasama Bipartit di dalam keseluruhan kegiatan mempunyai wewenang memberikan :48

46

Bapak Mustamar, SH, MH, Kepala Bidang Perselisihan Hubungan Industrial pada tanggal 2 Juli 2015 pukul 11.30 wib. di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Deli Serdang

47

Bapak Simon Lumban Tobing, Pengurus LKS Bipartit PTPN III pada tanggal 15 September 2015 di Kantor PTPN III Kebun di Putih, Galang.

48

Buku Pedoman Pegawai Teknis Ditjen Binawas dalam Penyuluhan Hubungan Industrial Pancasila, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan, 1992)

1. Saran

Saran disampaikan kepada masing-masing pihak (pengusaha dan pekerja) sebagai hasil yang dicapai oleh pengurus Lembaga Kerjasama Bipartit dalam sarasehan dimana saran tersebut tidak mengikat.

Contoh : menyarankan kepada pengusaha untuk mendirikan : a. tempat ibadah;

b. pakaian seragam; c. ruang makan; d. olah raga;

e. perumahan pekerja dan lain sebagainya.

Di samping itu kesepakatan dari pengurus Lembaga Kerjasama Bipartit yang mempunyai bobot urgensi untuk diperhatikan dapat disampaikan kepada pihak manajemen sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pemantapan pelaksanaannya. Contoh : meminta kepada direksi untuk melaksanakan program keselamatan kerja

secara ketat. 2. Memorandum

Hasil kesepakatan yang sudah pernah diajukan kepada kedua belah pihak dan atau ketentuan-ketentuan lain yang sudah disepakati masing-masing pihak tetapi belum dilaksanakan dapat disampaikan kembali kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

Dalam melakukan pemecahan masalah, Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit memiliki cara-cara sebagai berikut :49

1. Lembaga Kerjasama Bipartit sebagai wadah komunikasi dan konsultasi antara unsur pekerja dan unsur pengusaha dalam perusahaan, perlu diberi kedudukan sebagai peran koordinasi bagi lembaga-lembaga lainnya dalam perusahaan seperti P3K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja), Unit Pengelola Keluarga Berencana Kesejahteraan Pekerja (KB Kesja), Koperasi Karyawan, Gugus Kendali Mutu dan sebagainya.

2. Keanggotaan Lembaga Kerjasama Bipartit perlu didukung oleh unsur pekerja yang berkualitas untuk melakukan tugas dan oleh sikap keterbukaan informasi dari unsur pengusaha mengenai kondisi perusahaannya.

3. Dalam hal di perusahaan belum ada serikat pekerja, Lembaga Kerjasama Bipartit perlu dilibatkan dalam penyusunan dan pembaharuan peraturan perusahaan.

4. Keanggotaan Lembaga Kerjasama Bipartit dari unsur pekerja harus riil dari pekerja yang terpilih dan mampu melaksanakan tugasnya.

5. Dari pihak pengusaha perlu ada keterbukaan informasi mengenai hal-hal yangdapat mempengaruhi pekerja untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian, misalnya : a. prosedur kerja

b. perubahan jadwal

c. perubahan waktu (jam) kerja d. perubahan cara kerja

49

e. kinerja

f. perubahan kelompok kerja g. dan sebagainya.

6. Anggota Lembaga Kerjasama Bipartit harus benar-benar mengetahui kondisi perusahaan. Lembaga Kerjasama Bipartit tidak boleh menangani hal-hal yang menjadi kompetensi serikat pekerja, misalnya :

a. mengurus syarat-syarat kerja dan perubahannya

b. pembuatan/perundingan PKB dan pemantauan pelaksanaannya c. penanganan perselisihan hubungan industrial, dan sebagainya.

Dalam jangka panjang perlu adanya upaya memantapkan komunikasi yang lebih baik antara pekerja dan pengusaha, dan sekaligus diarahkan agar dapat mengantisipasi hal-hal di masa mendatang. Disamping itu Lembaga Kerjasama Bipartit juga perlu dimantapkan sebagai forum koordinasi yaitu mengkoordinasikan lembaga-lembaga ketenagakerjaan yang ada dalam perusahaan agar terjalin hubungan antara lembaga yang satu dengan lembaga lainnya.

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan fasilitas kesejahteraan, maka Lembaga Kerjasama Bipartit, khususnya dalam hubungannya dengan upaya menciptakan iklim kondusif ke arah terwujudnya penerapan prinsip-prinsip dasar paham Pancasila dalam hubungan industrial Pancasila (HIP), adalah mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam implementasi HIP karena secara langsung dapat menyentuh kehidupan para pekerja di perusahaan. Untuk itu seyogianya penyelenggaraan fasilitas kesejahteraan pekerja ini perlu

ditumbuhkembangkan keberadaannya dibawah koordinasi Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit sebagai suatu lembaga khusus yang minimal sejajar dengan keberadaan lembaga lain yang ada di perusahaan.

Perusahaan dengan jumlah pekerja kurang dari 50 (lima puluh) orang, komunikasi dan konsultasi masih dapat dilakukan secara perorangan dengan baik dan efektif. Pada perusahaan dengan jumlah pekerja 50 (lima puluh) orang atau lebih, komunikasi dan konsultasi perlu dilakukan melalui sistem perwakilan. Oleh karena itu setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja atau lebih wajib membentuk Lembaga Kerjasama Bipartit (LKS Bipartit).

LKS Bipartit adalah suatu badan pada tingkat perusahaan atau unit produksi yang dibentuk oleh pekerja bersama-sama dengan pengusaha. Anggota LKS Bipartit ditunjuk berdasarkan kesepakatan dan keahlian. LKS Bipartit berfungsi sebagai forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan. Tugas utamanya sebagai media penyerapan hubungan industrial dalam praktek kehidupan kerja untuk menciptakan ketenangan kerja dan usaha dan peningkatan partisipasi pekerja dalam penetapan tata kerja.

Dengan tugas-tugas tersebut, jelas bahwa posisi LKS Bipartit tidak mengambil alih peran dan kedudukan lembaga lainnya, seperti peran Serikat Pekerja maupun peran pengusaha dalam pengelolaan badan usahanya. Hasil kerja LKS

Bipartit menjadi masukan bagi semua pihak dalam usaha untuk menciptakan ketenangan kerja dan usaha, peningkatan produktifitas dan kesejahteraan.50

Kewajiban lain yang tak kalah pentingnya dari seorang pengusaha, adalah bertindak sebagai seorang pengusaha yang baik. Pengusaha yang baik wajib melakukan atau tidak melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan yang sama seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan dalam lingkungan perusahaannya51. Ketentuan di atas mengandung pengertian yang sangat luas. Dalam hal melakukan atau tidak melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan yang sama seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan ini, berarti bahwa pengusaha harus berbuat dan bertindak sebijaksana mungkin. Apa yang harusnya berdasarkan ketentuan hukum harus dilakukan, dipenuhi dengan sebaik-baiknya dengan penuh ketaatan. Apa yang sepatutnya harus dicegah dan dihindari, dan tidak dilakukan.

Kewajiban ini kemudian menjadi dasar bagi pengusaha untuk mengatur berbagai kebijakan dalam memotivasi pekerjanya, antara lain dilakukan dengan mengatur sistem pengupahan dan jenjang karir yang terencana guna mendorong produktivitas pekerja, mengadakan pendidikan dan latihan guna peningkatan wawasan, keahlian dan keterampilan pekerja untuk kemajuan perusahaan dan kesejahteraan pekerja beserta keluarganya. Ketentuan ini membuka peluang pula bagi semua praktek hubungan kerja yang tidak diatur dalam peraturan

50

Mohd. Syaufii Syamsuddin, Perjanjian-Perjanjian Dalam Hubungan Industrial, (Jakarta : Sarana Bhakti Persada, 2005), hlm. 67-68.

51

undangan ketenagakerjaan diatur melalui perjanjian kerja, peraturan perusahaan (PP) atau perjanjian kerja bersama (PKB).52

Hubungan Industrial Pancasila dalam praktek sehari-hari diwujudkan melalui penerapan berbagai pengaturan dan kelembagaan seperti bipartit, tripartit, kesepakatan kerja bersama, penyelesaiaan perselisihan, dan peraturan perundangan di bidang ketenagakerjaan. Pengembangan lembaga bipartit sangat penting untuk menciptakan kesempatan berkomunikasi langsung antara pengusaha dan pekerja atau wakil pekerja. Dengan cara ini dapat dihindari adanya salah paham antara kedua belah pihak dan dapat ditingkatkan rasa saling menghormati. Melalui lembaga atau forum bipartit, pekerja atau wakilnya dapat diikutsertakan merumuskan kebijaksanaan dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam perusahaan.

Masalah perusahaan tidak hanya mencakup kepentingan pengusaha dan pekerja saja, tetapi juga merupakan masalah pemerintah sebagai pihak yang mewakili kepentingan umum. Oleh sebab itu telah dikembangkan pembentukan badan atau lembaga kerjasama tripartit sebagai forum bagi para pengusaha, wakil pekerja dan pemerintah yang mewakili kepentingan masyarakat, untuk membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan industri, peraturan perundangan, hubungan industrial, kondisi dan lingkungan kerja dan lain-lain.

Hubungan industrial yang sehat harus terpelihara di dalam perusahaan melalui peraturan perusahaan atau penandatanganan kesepakatan kerja bersama antara serikat

52

pekerja yang mewakili pekerja dan manajemen yang mewakili pengusaha. Peraturan perusahaan bagi perusahaan dimana belum ada unit SPSI, dan kesepakatan kerja bersama di perusahaan yang telah ada unit SPSI. Peraturan perusahaan ataupun PKB yang baik dan mencerminkan hubungan industrial Pancasila seharusnya terbentuk bukan dari persetujuan yang terpaksa antara pihak-pihak yang ingin mencapai tujuan yang berbeda tapi merupakan persetujuan yang menyatakan kehendak pengusaha dan pekerja untuk meningkatkan produktivitas dan kondisi kerja dalam perusahaan yang berarti akan meningkatkan kesejahteraan pengusaha dan pekerja.

PKB atau peraturan perusahaan pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban pengusaha serta hak dan kewajiban pekerja. PKB atau peraturan perusahaan juga memuat ketentuan pokok mengenai pendayagunaan pekerja, tindakan disiplin serta petunjuk penyelesaian perselisihan bila terjadi perbedaan pendapat antara pengusaha dan karyawan. Dengan prinsip-prinsip hubungan pengusaha dan karyawan seperti itu maka akan dapat tercapai iklim dan suasana kerja yang stabil, damai dan tentram. Di samping itu, pengusaha juga berkewajiban meningkatkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan jaminan pekerjaan, serta peningkatan penghasilan dan penghidupan yang layak bagi karyawan yang bersangkutan, paling sedikit cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum.53

53

Dokumen terkait