• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menggunakan pembelajaran Project-Based Learning pada pembelajaran tematik muatan mata pelajaran IPS lengkap dengan langkah-langkah yang sudah dipersiapkan oleh peneliti. Langkah-langkah-langkah dalam pembelajaran Project Based Learnin meliputi: (1) penentuan proyek, (2) perencanaan langkah-langkah penyelesaian proyek, (3) penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, (4) penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru, (5) penyusunan laporan dan presentasi atau publikasi hasil. Lembar observasi yang diisi oleh 2 observer, untuk melihat aktivitas yang dilakukan siswa dan guru dalam mengimplementasikan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi ini digunakan untuk menilai aktivitas mulai dilakukan tindakan yaitu pada siklus I hingga siklus II. Terdapat peningkatan kesesuaian aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II. Siklus I masih terdapat aktivitas guru dan siswa yang kurang sesuai dengan langkah-langkah yang sudah direncanakan. Namun pada siklus II aktivitas sudah sesuai dengan sintak pembelajaran Project-Based Learning, karena pada pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan aspek yang diamati.

Berdasarkan hasil observer pada aktivitas guru saat mengajar menggunakan model Project-Based Learning pada siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa

pelaksanaan pembelajaran Project-Based Learningpada siklus I sudah terlaksana dengan baik namun masih ada langkah-langkah kegiatan yang belum sesuai dengan rancangan. Pertemuan pertama guru belum menjelaskan tujuan pembelajaran, guru belum sepenuhnya memberikan masukan dan saran yang sesuai untuk mempermudah mengerjakan proyek, menurut pengamatan dari observer 2 guru belum meminta setiap kelompok untuk membuat jadwal pelaksanaan proyek dan sekaligus menjadi fasilitator dan pembimbing saat pembuatan jadwal, guru kurang memantau perkembangan atau kemajuan proyek, dan guru kurang membantu siswa dalam merancang kegiatan tindak lanjut untuk kegiatan pembelajaran yan selanjutnya. Berbeda dengan siklus II yang dilakukan guru sudah sesuai dengan langkah-langkah atau sintak Project-Based Learning,

melalui kegiatan refleksi untuk guru, maka guru berupaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I sehingga penyempurnaan terjadi pada siklus II.

Hasil observasi siswa siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran Project-Based Learningpada siklus I masih 90% untuk observer I dan observer II. Hal ini berarti di siklus I masih ada langkah-langkah yang belum sesuai dengan aktivitas yang dilakukan siswa. Siklus I pertemuan pertama masih ada 2 pernyataan, yaitu siswa belum membuat aturan dalam menyelesaikan proyek dan siswa belum mengonsultasikan tahapan dalam menyelesaikan proyek. Pertemuan kedua 1 pernyataan yang belum sesuai dengan aktivitas siswa, yaitu siswa belum melakukan refleksi. Namun pada siklus II aktivitas siswa sudah ada peningkatan. Dari hasil 2 observer semua aktivitas siswa di siklus II 100% sudah terlaksana sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Project-Based Learning.

Jadi penerapan pembelajaran sudah sesuai dengan sintaks pembelajaran pada siklus II.

4.6 Pembahasan

Berdasaran hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan di SDN Ngajaran 03 pada pembelajaran tematik muatan mata pelajaran IPS dapat diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa pada kondisi awal hingga kondisi siklus II. Peningkatan kreativitas siswa terlihat ketika dimulainya kegiatan perencanaan pembuatan proyek. Kerja kelompok dan diskusi sebagai

pemula mereka untuk bertukar pendapat dan menyampaikan gagasan dan ide yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Awal pertemuan atau pertemuan pertama siswa mampu mengeksplor pengetahuan dengan memancing dengan pertanyaan dari guru. Kerja sama antar anggota kelompok yang tinggi dibuktikan dari hasil produk setiap kelompok yag begitu detail dan merinci dalam membuat gambar maupun produk berupa wayang. Hasil belajar siswa juga meningkat dari pra siklus, siklus I hingga siklus II.

Hasil kreativitas dan hasil belajar siswa begitu berbeda dari kondisi awal, karena dalam pembelajaran ini siswa diberikan kesempatan yang lebih untuk dapat mengembangkan kreativitas mereka. Melalui ide dan gagasan-gagasan yang telah dimiliki, siswa mampu belajar untuk mendapatkan ilmu, sekaligus bekerja menciptakan suatu produk yang mereka rancang bersama dengan kelompok. Siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan dan memperluas ilmu dengan saling bertukar pikiran dengan teman sebaya.

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti presentase hasil belajar siswa di pra siklus yang tuntas hanya 10 siswa (45,46%), siklus I naik menjadi 17 siswa (77,27%) hingga siklus II mencapai 19 siswa (86,36%). Presentase hasil belajar yang belum tuntas di pra pembelajaran sebanyak 12 siswa (54,54%), pada siklus I 5 siswa (22,72%) dan pada siklus II sebanyak 3 siswa (13,63%). Sedangkan presentase kreativitas pra siklus yang memiliki kategori tinggi 50%, pada siklus I kategori tinngi dan sangat tinggi naik menjadi 68,11% dan pad siklus II menjadi 95,4% siswa memiliki kreativitas kategori tinggi dan sangat tinggi. Hasil penelitian dari pra siklus, siklus I hingga siklus II hasil belajar

dan kreativitas siswa meningkat. Hasil belajar siswa berhasil ≥ 80% terjadi pada

siklus II yaitu dengan presentase 81,79%, sedangkan kreativitas siswa indikator pencapaian berhasil ≥ 80% pada siklus II dengan presentase 95,4%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Hosnan (2014:321) bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu trategi pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai saranan pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi sikap terbentuk ketika kegiatan kelompok mauapun individual seperti

bentuk kerjasama, percaya diri, dan ketelitian dalam penyelesaiaan proyek. Ketrampilan yang dimilki dengan pembelajaran ini berupa ketrampilan pengaplikasian unjuk kerja, tahap pembuatan langkah kerja, serta ketepatan waktu. Sedangkan kompetensi pengetahuannya didapat dari pengalaman nyata pada siswa ketika terlibat langsung dalam membuat suatu proyek. Pembelajaran dengan menggunakan model Project-Based Learning dapat memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berperan aktif dan ikut terlibat dalam setiap kegiatan maupun penyampaian berupa gagasan. Sedangakan menurut Thomas (dalam Trianto, 2014:44) mengatakan bahwa Project-Based Learning

merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa agar memiliki kreativitas berpikir, pemecahan masalah, dan interaksi serta membantu dalam penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah-masalah nyata. Jadi dengan pembelajaran ini tidak hanya untuk meningkatkan hasil belajar siswa saja namun kreativitas siswa juga dapat terbentuk. Kreativitas ini bisa berupa gagasan-gagasan siswa atau ide yang dituangkan dalam bekerja kelompok untuk merancang produk maupun gagasan yang diberikan untuk kelompok lain sebagai saran perbaikan produk. Kreativitas lain berupa rancangan dan pengaplikasian pembuatan produk yang dapat menciptakan hasil yang sangat berbeda dan sesuai dengan indikator 4 aspek kreativitas.

Peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fizah (2005) penelitian tersebut terbukti bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning, pada penelitian tersebut mampu meningkatkan keterampilan proses pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri Seworan, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, diperoleh hasil sebesar 26% pada pada siklus 1 dan 30,67% pada siklus 2, serta meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Seworan Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali pada muatan Bahasa Indonesia 60% pada siklus 1 dan 73% pada siklus 2. Selain itu penelitian lain juga dilakukan oleh Titu (2015) Penerapan pembelajaran Project-Based Learning sangat mendukung kreativitas siswa di mana kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam

pemecahan masalah. Sehingga penerapan model pembelajaran Project-Based Learning dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan kreativitas siswa pada materi konsep masalah. Bagi guru selanjutnya dengan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning diperlukan kemampuan dalam mengkoordinir kelas dan waktu sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2015) peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) diperoleh hasil dari perbandingan skor hasil belajar keterampilan berbicara prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada tahap prasiklus sebanyak 1 siswa (3,33%) tergolong sangat baik, 7 siswa (23,33%) tergolong baik, 15 siswa (50%) tergolong sedang atau cukup dan 7 siswa (23,33%) tergolong kurang. Setelah diterapakan tindakan siklus I, Sebanyak 6 siswa (20%) tergolong sangat baik, 9 siswa (30%) tergolong baik, 1 siswa (3,33%) tergolong sedang atau cukup dan 14 siswa (46,67%) tergolong kurang. Hasil tes belajar keterampilan berbicara setelah dilakukan siklus II, sebanyak 16 siswa (53,33%) tergolong sangat baik, 8 siswa (26,67%) tergolong baik, 6 siswa (20%) tergolong sedang atau cukup.

Namun ada perbedaan dan persamaan antara peneliti dengan peneliti sebelumnya. Persamaan dengan peneliti sebelumnya adalah menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning. Penggunakan model Project-Based Learning pada penelitian sebelumnya terbukti mampu untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar pada peserta didik. Peneliti saat ini juga menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning namun peneliti ingin sedikit berbeda yaitu dengan menambahkan media pop-up book untuk penyampaian materi. Peneliti juga menambahkan beberapa sintaks. Sintaks pada model Project-Based Learning menurut Goerge Lucas (dalamTrianto, 2014: 52-53) mempunyai 5 sintaks. Sintaks yang pertama dalam kontribusi ilmu pada penelitian ini adalah kegiatan awal yang indikatornya guru melakukan kegiatan pendahuluan yang berisi menyapa dan mengajak berdoa, melakukan presesensi, melakukan apersebsi menggunakan pop-up book, memotivasi peserta didik menggunakan pop-up book, menjelaskan tujuan, mengorganisasi peserta didik kedalam kelompok, mengemukakan pertanyaan, menjadi fasilitator pembuatan organisasi kelompok,

kemudian kegiatan inti berisi membimbing dan memfasilatori untuk membuat aturan pembuatan proyek dan jadwal pelaksanaan proyek, menyelesaikan proyek, membuat laporan, dan mempresentasikan hasil proyek. Kemudian kegiatan penutup guru bersama peserta didik membuat kesimpulan, melakukan refleksi dan merencanakan tindak lanjut. Berdasarkan penjelasan diatas dapatdijelaskan beberapa implikasi teoritis dan implikassi praktis sebagai berikut:

1. Implikas Teoritis

Setelah membandingkan model pembelajaran Project-Based Learning

berbantuan pop-up book dengan penelitian yang sebelunya adalah sejalan dan saling melengkapi. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning ini telah disesuaikan dengan standar proses (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi). Meskipun penerapan model Project-Based Learning berbantuan pop-up book ini mengalami perubahan akan tetapi tetap disesuaikan dengan karakteristik siswa. Model pembelajaran Project-Based Learning berbantuan pop-up book disesuaikan dengan standar proses membuat guru lebih mudah dalam menyampaikan materi dan memberikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Selain itu juga akan meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa, karena siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan ide atau gagasannya namun masih dalam konteks materi pelajaran yang sedang diajarkan.

2. Implikasi Praktis

Melalui pembelajaran model Project-Based Learning berbantuan pop-up book maka peserta didik lebih bersemangat dan memiliki antusias yang tinggi selama proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan pengalaman, kemampuan dan hasil belajar peserta didik. Guru juga dapat menggunakan model

Project-Based Learning berbantuan pop-up book agar dalam menyelenggarakan pembelajaran dapat tercipta suasana yang aktif dan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Sedangkan penggunaan pop-up book untuk menyampaikan materi dapat berguna untuk membuat peserta didik merasa antusias untuk memperhatiakan dan tidak bosan dengan gaya penyampaian guru. Pusat perhatian guru harus ke seluruh siswa, sehingga bagi siswa yang belum

tuntas dari KKM dapat lebih jelas ketika guru menyampaikan materi dengan menggunakan media yang nyata, dan dapat dilihat langsung oleh siswa.

Dokumen terkait