• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENYAJIAN DATA

5.2 Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di

Penerapan prinsip-prinsip GCG di lingkungan internal Perum BULOG Divre Sumut sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per-09/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dijabarkan berdasarkan data yang diperoleh peneliti berikut ini:

Penerapan prinsip transparansi berarti adanya keterbukaan dalam pelaksanaan proses pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi yang relevan mengenai perusahaan. Berikut data hasil wawancara yang diperoleh peneliti.

Terkait dengan program kerja, anggaran, dan evaluasi kinerja Perum BULOG Divre Sumut, berikut pernyataan Ibu Mahesti Utama:

“Setiap akhir tahun diadakan rapat kerja dengan Pusat untuk merancang program kerja Perum BULOG Divre Sumut yang disebut RKAP (Rapat Kerja Anggaran Perusahaan). Laporan program Perum BULOG Divre Sumut selanjutnya akan dikirim ke Pusat dan akan dievaluasi. Pengevaluasian oleh kita sendiri juga dilakukan bahkan tidak hanya sekali setahun, bisa lebih. Dan biasanya di Divre ini, minimal kita evaluasi ada 3 kali setahun.”

(Wawancara 2 Juli 2015)

Keterbukaan dalam pelaksanaan proses pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan peranan pemimpin, demikian pernyataan Bapak Amsyaruddin, staff Satuan Pengawas Intern Perum BULOG:

“Transparansi bisa dilihat dalam setiap pengambilan keputusan maka itu peranan pemimpin sangat berpengaruh. Di Divre ini, proses pengambilan keputusan dilakukan dalam Rapat Staff. Jadi hasil rapat merupakan keputusan bersama. Misalnya saja dalam hal program kerja. Kalau RKAP kan terkait target Divre ke Pusat. Untuk internal Divre Sumut dilakukan di Rapat Staff. Setiap unit kerja mengajukan proposal kerja ke pimpinan namun keputusan disetujui atau tidaknya proposal kerja tersebut dilakukan di Rapat Staff. Jika disetujui, proses evaluasinya juga dilakukan di Rapat Staff. Jadi tidak hanya pimpinan saja, staff juga turut serta dalam pengambilan keputusan."

(Wawancara 28 Juli 2015)

Bentuk lain dari prinsip transparansi adalah penyediaan laporan keuangan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Edi, kepala seksi Keuangan Perum BULOG Divre Sumut:

“Salah satu bentuk transparansi kita dapat dilihat dari penyediaan laporan keuangan. Laporan keuangan kita disesuaikan dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Laporan keuangan ini berbentuk audit internal yang dilakukan setiap tiga bulan sekali dan audit eksternal setiap sekali setahun oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Untuk audit internal ada SPI (Satuan Pengawasan Intern) namanya, yang akan memeriksa laporan keuangan Divre BULOG.”

(Wawancara 10 Juli 2015)

Pernyataan Bapak Edi tersebut ditimpali oleh Bapak Amsyaruddin:

“Pengelolaan keuangan baik berbentuk cek atau L/C secara prinsip tanda tangannya harus 2 orang baru bisa cair. Jadi disini transparan, yang mengambil uang itu kabid Adminkeu tapi tetap harus ada tanda tangan kasi keuangan. Nah sebelum pencairan, ada proposal pengajuan biaya terlebih dahulu. Jadi biaya yang tidak perlu bisa dicoret oleh pimpinan. Kalau SPI tidak mensetujui, juga bisa dicoret. Kan ada tembusannya.”

(Wawancara 28 Juli 2015)

Transparansi akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan penyediaan informasi yang berkualitas dengan karakteristik cukup, akurat, dan tepat waktu. Terkait dengan hal ini, Bapak Niko, kepala seksi Teknologi Informasi Perum BULOG Divre Sumut mengungkapkan:

“Coba nanti buka www.bulog.co.id. Website itu digunakan sebagai bentuk penyediaan informasi seputar Perum BULOG kepada Stakeholders. Kalau khusus Divre Sumut tidak ada dek karena sistem penyediaan informasi BULOG itu dilakukan secara terpusat. Jadi yang mengelola website tersebut adalah tim kerja website di Pusat, tapi tiap divre mengirimkan informasi terkait wilayah kerjanya untuk di update ke dalam website.”

(Wawancara 10 Juli 2015)

Perum BULOG Divre Sumut sebagai sebuah BUMN tidak terlepas hubungannya dengan masyarakat di wilayah kerjanya sebagaimana disampaikan oleh ibu Mahesti Utama:

“Pemberian informasi oleh Perum BULOG sini kepada masyarakat dilakukan melalui iklan di koran dan spanduk yang dibuat via gudang-gudang. Contohnya, BULOG akan melakukan kerjasama dalam hal renovasi gedung maka informasinya akan dibuat di koran atau pasang spanduk. Jadi masyarakat yang berminat atas kerjasama tersebut bisa datang ke kita mengajukan proposalnya.”

(Wawancara 2 Juli 2015)

Termasuk juga transparansi dalam hal recruitment pegawai Perum BULOG Divre Sumut, berikut pernyataan Ibu Masita:

“Kita terbuka dalam hal recruitment pegawai. Recruitment pegawai, dilakukan dengan dua cara. Pertama, recruitment pegawai secara umum yang dilakukan dengan “online”. Jadi siapa saja bisa mendaftar sebagai pegawai BULOG sesuai dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. Proses seleksinya dilakukan oleh tim penguji yang bekerjasama dengan BULOG. Pengumuman peserta yang lulus seleksi diumumkan kembali secara online. Jadi informasinya jelas. Yang kedua, recruitment pegawai yang dilakukan dengan “manual” atau komunikasi langsung. Pesertanya adalah pegawai honor BULOG yang minimal telah dua tahun bekerja. Proses seleksinya sama saja dan dilakukan oleh tim penguji itu pula. Jadi tetap mengutamakan profesionalisme.”

(Wawancara 8 Juni 2015)

Dalam hal sistem penggajian, pengungkapan gaji dan penghasilan-penghasilan lain disampaikan oleh Bapak Edi:

“Transparansi bisa kita lihat dari sistem penggajian yang secara terpusat. Jadi kita ada Portal yang terhubung dengan seluruh jaringan Perum BULOG. Pusat akan droping uangnya melalui BRI dan mengirim data gaji karyawan melalui portal tersebut. Nah, kita selaku divre akan menindaklanjuti ke subdivre, untuk dilanjutkan oleh subdivre ke kansilog dan gudang. Tapi tetap penggajian dilakukan dengan transfer jadi sepeser rupiah pun tidak dapat tertinggal. Itu trasnparansi soal penggajian kalau untuk penghasilan-penghasilan lain misalnya pendapatan hasil dari optimalisasi aset Perum BULOG Divre Sumut, akan langsung ditransfer ke pusat dengan laporan yang sudah tersistem secara komputerisasi untuk seluruh jaringan Perum BULOG.”

Penerapan prinsip transparansi dalam penyaluran RASKIN sebagai salah satu tugas pokok dan fungsi Perum BULOG Divre Sumut di pelayanan publik, disampaikan oleh Bapak Sutrisman:

“Dari segi transparansi, dapat dilihat dari penyaluran Raskin. Kami menyediakan Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) yang ada di tiap daerah sebagai wadah untuk pelaporan masyarakat tentang hal-hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan penyaluran RASKIN misalnya terjadi hal-hal menyimpang, atau ada kesalahan tentang “quantity” beras yang diterima, dan beras yang diberikan ternyata rusak. Data “contact person” penerima manfaat juga ada untuk menjaga kalau nantinya ada hal-hal yang perlu dikonfirmasi kepada penerima manfaat.”

(Wawancara 3 Juli 2015)

b. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip akuntabilitas merupakan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Berikut data hasil wawancara yang diperoleh peneliti.

Terkait pemisahan secara tegas antara tugas publik dan tugas komersial Perum BULOG Divre Sumut, disampaikan oleh Bapak Edi:

“BULOG kan ada dua tugasnya yaitu tugas publik dan tugas komersial. Pemisahan secara tegas antara kedua tugas inilah yang menjadi bentuk penerapan akuntabilitas disini. Terutama dalam merancang auditing yang ketat sehingga usaha publik benar-benar terpisah dan tidak tercampur dengan usaha komersial.”

(Wawancara 10 Juli 2015)

Adapun prinsip akuntabilitas lainnya yakni dari segi pendelegasian tanggung jawab, diungkapkan oleh Bapak Darma:

“Dari segi akuntabilitas, dapat dilihat dari rapat perihal pendelegasian tanggungjawab yang dilakukan oleh Kepala Divre dengan kepala unit kerja. Rapat ini gunanya agar tidak terjadi pekerjaan yang bertindih-tindih atau “double”. Sehingga setiap pelaksana tugas dapat mengetahui secara jelas tanggung jawab dan wewenangnya. Rapat Staff, Auditing, dan Sistem Laporan Monitoring masuk ke dalam pengendalian internal Perum BULOG Divre Sumut jadi jelas-jelas kelihatan pembagian kerja tiap-tiap unit.”

(Wawancara 3 Juli 2015)

Kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban tercermin dari kebijakan perihal mutasi dan promosi pegawai di lingkungan internal Perum BULOG Divre Sumut. Berikut pernyataan Ibu Mahesti Utama:

“Kebijakan Mutasi dan promosi karyawan termasuk ya sebagai upaya dalam penerapan akuntabilitas disini. Jadi jika ada kedapatan kinerja pegawai tidak maksimal, maka akan diputuskan suatu kebijakan melalui rapat Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan). Apakah akan diberikan ”punishment” berupa mutasi. Sebaliknya, jika kinerja pegawai diketahui maksimal maka mungkin akan diberikan promosi yang juga diputuskan dalam Baperjakat itu. Hasil keputusan dalam Baperjakat akan dikirim ke kantor Pusat dan Pusat yang akan mengeluarkan SK-nya. Jadi selain dia akuntabel, sebagai bentuk peningkatan profesionalisme karyawan juga. Teringat ke tugas publik dan tugas komersial BULOG yang harus ditangani oleh tenaga profesional.”

(Wawancara 2 Juli 2015)

Dengan formasi yang sehat, diharapkan jumlah dan susunan pegawai dapat sesuai dengan fungsi, tugas, dan beban kerjanya. Berikut Bapak Amsyaruddin memberi pernyataan terkait hal tersebut:

“Jadi gini, struktur organisasi divre bulog itu gak sama semua. Kalau struktur organisasi Divre Sumut adalah struktur Divre Tipe B, yang gak ada wakil kepalanya. Jadi diseimbangkan sesuai dengan beban kerja wilayah. Untuk formasi kepegawaian ditentukan langsung oleh Pusat. Cuma kan tupoksi sudah jelas jadi setiap bagian itu punya job description masing-masing. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, ada namanya KPI (Key Performance Indicator) yang diisi oleh tiap pegawai dan dikumpul setiap bulan. Dari KPI nampak nilai antara hasil pekerjaan dengan indikator pekerjaan utama tersebut.”

(Wawancara 28 Juli 2015)

Dalam melaksanakan tugasnya, Perum BULOG Divre Sumut mengupayakan kemudahan bagi mitra kerja sebagai bentuk penerapan prinsip akuntabilitas. Berikut pernyataan Bapak Edi:

“Kalau dari bidang keuangan, bentuk akuntabilitas itu diterapkan dari sistem Host to Host. Host to Host ini merupakan sistem informasi transaksi pembayaran yang dilakukan bersama mitra. Untuk sistem ini, Divre Sumut bekerja sama dengan BRI. Jadi dengan sistem ini, mitra akan dimudahkan dalam mendapatkan pemberitahuan terkait pembayaran.”

(Wawancara, 10 Juli 2015)

c. Pertanggungjawaban (Responsibility)

Pertanggungjawaban perusahaan merupakan kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Hal-hal yang berkaitan dengan prinsip pertanggungjawaban pada Perum BULOG Divre Sumut dapat dilihat dari data hasil penelitian berikut:

Kepatuhan Perum BULOG Divre Sumut terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat dinyatakan oleh Ibu Masita:

”Code of Conduct merupakan bentuk ketaatan Perum BULOG Divre Sumut terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perum BULOG ini kan tersebar luas di Indonesia, tapi tetap ada aturan baku sebagai panduan perilaku bagi pegawai di daerah manapun. Apabila diperlukan setiap tahunnya Perum BULOG akan menyusun Code of Conduct. Selain itu, setiap tahun juga diadakan rapat SOP (Standard Operational Procedure). Semua itu demi terciptanya keseragaman tindakan baik di kegiatan publik maupun kegiatan bisnis.”

Terkait dengan tugas pelayanan publik Perum BULOG Divre Sumut, tanggungjawab yang diemban yakni melaksanakan penugasan dari pemerintah untuk menangani masalah perberasan nasional. Berikut penjelasan Ibu Mahesti Utama:

“BULOG ini kan diamanatkan Inpres No. 5 Tahun 2015 dalam pengadaan gabah/beras. Dalam pelaksanaannya, BULOG membeli dari petani dengan harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Jadi bukan BULOG yang nentukan, namanya HPP (Harga Perolehan Pemerintah). Berikutnya, CBP (Cadangan Beras Pemerintah) tersebut digunakan untuk kebijakan RASKIN, lalu untuk kebijakan Operasi Pasar jika harga pangan naik, biasanya pas menjelang hari-hari Besar, seperti saat-saat puasa seperti sekarang kita turun ke pasar melakukan Operasi Pasar.”

(Wawancara 3 Juli 2015)

Dalam hal kualitas gabah/beras Perum BULOG Divre Sumut, berikut pernyataan Bapak Sutrisman:

“Dari segi responsibilitas di bidang pelayanan publik, dapat dilihat dari komitmen BULOG terhadap kualitas gabah/beras. Banyak yang mengatakan bahwa kualitas gabah/beras BULOG itu rendah padahal tidak. Inpres No. 7 Tahun 2003 menetapkan bahwa beras BULOG harus tergolong beras medium. Jadi sebenarnya, BULOG bertanggungjawab dalam proses distribusi gabah/beras mulai dari gudang sampai pada titik-titik distribusi sehingga gabah/beras yang diterima telah melewati beberapa proses sampai kualitasnya sesuai dengan ketentuan. Gudang penyimpanan juga dikelola dengan sistem Hama Gudang Terpadu sehingga lingkungan sanitasi gudang sangat diperhatikan ditambah lagi perawatan beras juga dilakukan dengan sistem obligasi dan spraying. Jadi bukan karena penerima berasnya keluarga tidak mampu, korban bencana atau tahanan jadinya asal-asalan. Sebenarnya kita beli beras seharga delapan ribu rupiah loh tapi kita jual cuma seribu enam ratus rupiah. Itulah bentuk responsibilitas BULOG terkait fungsi pengadaan agar pada tugas penyaluran RASKIN dan pengelolaan CBP kualitas beras tetap terjamin.”

(Wawancara 3 Juli 2015)

Sehubungan dengan pengembangan keahlian dan pengetahuan pegawai seputar bidang kerja Perum BULOG Divre Sumut, berikut pernyataan Bapak Niko:

“Perum BULOG punya majalah “Warta Intra BULOG” yang diterbitkan setiap bulan oleh Pusat. Dari segi teknologi dan informasi, pembagian “Warta Intra BULOG” kepada pegawai merupakan bentuk responsibilitas Perum BULOG Divre Sumut. Karena sebagai BUMN, itu termasuk usaha dalam pengembangan keahlian dan pengetahuan pegawai seputar bidang kerja BULOG.”

(Wawancara 10 Juli 2015)

Untuk lebih jelasnya, peneliti menyajikan gambar “Warta Intra BULOG” yang dapat dilihat pada gambar 5.1.

Gambar 5.2.1 Warta Intra BULOG

Sumber: Data Sekunder Perum BULOG Divre Sumut

Selanjutnya, komitmen terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi hal yang sangat penting, demikian pernyataan Bapak Amsyaruddin:

“Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan selaku BUMN merupakan suatu kewajiban. Apalagi teringat tugas ganda BULOG. Bentuknya itu bisa dillihat dengan adanya dokumen Code of Conduct, PKB (Perjanjian Kerja Bersama), dan Standar Operational Precedure. Selain itu, dalam setiap pelaksanaan tugas ada Laporan Monitoring yang dilakukan secara bertahap baik di internal Divre Sumut maupun Pusat.”

(Wawancara 3 Juli 2015)

Prinsip kemandirian merupakan keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

Terkait kerjasama atau kontrak dengan mitra kerja, berikut penuturan Bapak Sutrisman:

“Penerapan kemandirian di Divre Sumut tampak dalam hal melakukan kerjasama dengan mitra kerja. Jadi saat membuat kontrak memang komit pada kualitas. Kalau seandainya di tengah perjalanan terjadi ketidaksesuaian dengan perjanjian kerja, kita akan antisipasi dengan melakukan diskusi sehingga hubungan kerjasama tetap terjaga. Contohnya jika kualitas beras yang masuk ke gudang tidak sesuai dengan ketentuan, kita akan diskusi dengan mitra dan menunjukkan ke gudang bagaimana sebenarnya produk yang bagus.”

(Wawancara, 28 Juli 2015)

Dalam hal pengambilan keputusan, dijelaskan oleh Bapak Amsyaruddin:

“Bentuk kemandirian di Divre Sumut ini ada disaat pengambilan keputusan. Jadi memang setiap keputusan yang dibuat merupakan hasil dari Rapat Staff.”

(Wawancara, 28 Juli 2015)

Terkait dengan kewenangan pimpinan dalam hal pengelolaan perusahaan di Perum BULOG Divre Sumut, berikut pernyataan Bapak Darma:

“Bisa dilihat dari fungsi pimpinan. Jadi sebelum mengambil keputusan biasanya Kadivre mengajak setiap unsur yang terlibat untuk berdiskusi. Jadi Kadivre itu mau mendengarkan saran dan pendapat bawahannya. Misalnya, pembuatan perincian kegiatan pelayanan publik Divre Sumut dalam mengelola beras, Kepala Divre akan mengajak semua kepala unit kerja untuk menentukan target masing-masing dalam melakukan pembelian gabah dan beras.”

e. Kewajaran (Fairness)

Prinsip kewajaran merupakan keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (Stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan.

Penerapan prinsip kewajaran berarti adanya keadilan bagi semua pihak. Berikut penjelasan Ibu Masita terkait kewajaran bagi pegawai Perum BULOG Divre Sumut:

“Pemberian penghargaan kepada pegawai termasuk penerapan prinsip fairness di Divre Sumut. Ya kan pegawai sudah mengabdi wajar bila mendapatkan penghargaan. Ada penghargaan karena sudah bekerja selama 25 tahun, namanya Penghargaan Kekaryaan 25 Tahun yang hadiahnya berupa emas 10 gram. Selain itu, ada penghargaan untuk pensiun berupa emas murni 10 gram disertai piagam penghargaan BULOG yang diserahkan saat upacara Ulang Tahun BULOG dan saat upacara kemerdekan. Dalam hal kesetaraan, termasuk juga pemberian sanksi. Kalau sanksi bentuknya berupa teguran, surat peringatan, pemotongan gaji, pencopotan jabatan hingga pemberhentian.”

(Wawancara 8 Juni 2015)

Sejalan dengan penjelasan Ibu Masita, berikut ini pernyataan dari Bapak Darma tentang kewajaran bagi pegawai Perum BULOG Divre Sumut:

“Bentuk fairness di Perum BULOG ini contohnya pada pemberian reward and punishment yang berdasar dan jelas. Kalau pemberian reward ya seperti hadiah gitu contohnya tunjangan jabatan atau berdasarkan kinerja pegawai yang dilihat dari KPI. Jika kinerjanya meningkat maka pegawai berhak mendapatkan imbalan sesuai dengan nilai yang berhasil dicapainya dalam laporan KPI. Kalau KPI pegawai menunjukkan kinerja yang menurun, maka nilai imbalan yang diterima juga akan menurun disesuaikan dengan nilai yang berhasil dicapai dalam laporan KPI.”

(Wawancara, 3 Juli 2015)

Bapak Amsyaruddin selaku Staff Pengawasan Intern Perum BULOG Divre Sumut, memberikan keterangan lebih lanjut perihal penerapan prinsip kewajaran:

“Dokumen KPI merupakan bentuk penerapan prinsip kewajaran disini. Karena KPI juga berfungsi dalam hal “Rehabilitasi Nama”. Jadi setiap pegawai yang mendapat sanksi atau hukuman masih diberi kesempatan yang sama dengan pegawai yang lainnya tergantung laporan kinerjanya dalam KPI. Sehingga yang dihukum pun bisa saja naik jabatan.”

(Wawancara, 28 Juli 2015)

Dalam hal hubungan industrial yang harmonis, Perum BULOG memiliki kegiatan serikat pekerja yang tergabung dalam SEKAR Perum BULOG (Serikat Karyawan Perum BULOG). Berikut penyataan Ibu Mahesti Utama menyangkut hal tersebut:

“Prinsip kewajaran di Perum BULOG Divre Sumut terlihat dari adanya SEKAR (Serikat Karyawan). Jadi pegawai itu punya organisasi sebagai wadah yang berupaya memenuhi hak-hak pegawai dengan adil. Oleh karena itu, dokumen Perjanjian Kerja Bersama – SEKAR Perum BULOG dibuat. Tujuannya untuk menyeimbangkan antara hak dan kewajiban pegawai. Dalam PKB ada juga ditentukan jenis-jenis reward dan sanksi.”

(Wawancara, 3 Juli 2015)

5.3 Kendala dalam Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di

Dokumen terkait