• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 28 TAHUN 2007 TENTANG

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DALAM

MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI HUKUM KASUS GAYUS HALOMOAN P TAMBUNAN

NO. 1198 K/Pid.Sus/2011)

A. Kasus Posisi

Berdasarkan putusan yang tergolong dalam bentuk tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP, Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-Undang N0. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP, Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 22 jo. Pasal 28 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 yaitu pada putusan kasasi atas nama Gayus Halomoan Partahanan Tambunan No. 1198 K/Pid.Sus/2011 yang mana memperkuat putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 06/PID/TPK/2011/PT.DKI yang mana memperkuat putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1195/Pid.B/ 2010/PN.JKT.Sel dengan putusan pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun dengan denda sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan. Berikut penulis akan memaparkan kasus posisi atas nama Gayus Halomoan Partahanan Tambunan.

1. Kasus Posisi

 Pada tanggal 13 Oktober 2005, berdasarkan surat perintah Kepala Kantor Wilayah DPJ Jawa Bagian Timur, dilakukanlah pemeriksaan pajak di PT. Surya Alama Tunggal, dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (WP) pajak tahun pajak 2004.

 Pada tanggal 21 Desember 2006, maka surat hasil pemeriksaan disampaikan kepada Direktur Utama PT. SAT, surat yang dimaksud pada intinya memberitahukan rincian pajak kurang bayar dan diberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk memberikan tanggapan secara tertulis disertai data, bukti dan dokumen pendukung paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya surat.

 Pada tanggal 22 Desember 2006, Direktur PT. SAT, meyampaikan surat tanggapan kepada Kepala Kantor Wilayah DPJ Jawa Timur II, pada pokoknya menyampaiakan menyatakan dengan sebernar-benarnya menyetujui seluruh hasil pemeriksaan yang berisi rincian pajak yang masih kurang bayar senilai RP.609.211.071,-

 Pada tanggal 26 Desember dibuat berita acara persetujuan hasil pemeriksaan , selanjutnya pada tanggal 5 Januari 2007 Kepala KPP Sidoarjo menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang (SKPKB) PPN kepada PT. SAT sebesar Rp.429.200.000,- dengan jatuh tempo 4 Fberuari 2007 dan Surat Tagihan Pajak PPN sebesar Rp.58.000.000,- dengan jatuh tempo 4 februari 2007.  Menidaklanjutin SKPKB PPN, PT. SAT menyelesaikan kewajibannya selaku

wajib pajak yaitu membayar pajak kurang bayar sebesar Rp.487.200.000,-  Pada tanggal 11 Januari 2007 PT. SAT mengajukan permohonan keberatan

melalui surat yang ditujukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo Timur, alasan keberatannya adalah adanya kesalahan pemeriksa dalam menerapkan peraturan perpajakan sehubungan dengan subjek pajak pasal 16 D Ketentuan Umum Perpajakan. Selanjutnya pada tanggal 15 Maret 2007 PT. SAT mengajukan permohonan keberatan kepada Direktur Keberatan dan Banding Kantor Pusat Ditjen Pajak melalui surat yang pada pokoknya adalah memberikan tambahan penjelasan, diantaranya menyampaikan bahwa aktiva tersebut dibeli tahun 1994 kemudian dijual tahun 2004, disebutkan pula untuk mesin yang mendapat fasilitas pembebasan, PPN-nya telah dibayar, yaitu sejumlah Rp.190.000.000,-

 Pada tanggal 4 April Direktur Keberatan dan Banding memberikan disposisi yang ditunjukan kepada Kasubdit Pengurangan dan Keberatan dengan perintah

“selesaikan”, selanjutnya oleh kasubdit lembar disposisi tersebut diteruskan

kepada Kasi Pengurangan dan Keberatan IV, dengan petunjuk “teliti dan

proses sesuai ketentua”, lalu surat dan lembar disposisi diteruskan kepada

GAYUS HALOMOAN PARTAHANAN TAMBUNAN, dengan perintah

“untuk diteliti formal dan buat resume awal” dan diparaf tanggal 12 April

2007

 Sesuai surat tugas yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Kanwil DJP Banten, pada pokoknya berisi: Merujuk surat Direktur Keberatan dan Banding tanggal 6 Juli 2007 tentang Permintaan Penjelasan Hasil Pemeriksaan an. PT.SAT maka menugaskan kepada Aprianto, S., SE untuk memberikan memberikan penjelasan atas koreksi-koreksi dalam laporan pemeriksaan pajak sehubungan permohonan keberatan pajak PT. SAT, pada hari Jumat tanggal 13 Juli 2007 jam 08.30 WIB bertemu dengan Maruli P. Manurung/Humala S.L Napitupulu/Gayus HP Tambunan (selanjutnya disebut Terdakwa)

 Bahwa kemudian keberatan dari wajib pajak diteliti oleh Terdakwa, lalu memanggil pemeriksa dan wajib pajak untuk didengar keterangannya, juga meminta data-data dari permohonan keberatan tersebut. Keberatan PT. SAT ini diperkuat dengan data yang menurut Terdakwa sangat relevan, maka Terdakwa mengusulkan untuk menerima seluruh permohonan keberatan wajib pajak.

 Berkaitan dengan ususlan Terdakwa ini ternyata Terdakwa telah menyalahgunakan kewenangannya yang seharusnya Terdakwa melakukan penelitian secara tepat, cermat, dan menyeluruh, namun tidak dilakukan, karena apabila penelitian dilakukan dengan sebenarnya maka seharusnya Terdakwa tidak mengusulkan untuk menyetujui keberatan wajib pajak

PT.SAT dan menyatakan hasil pemeriksaan Kanwil Pajak Jawa Timur sudah benar, sehingga perbuatan terdakwa yang mengusulkan menerima keberatan wajib pajak telah menyalahgunakan kewenangan karena bertentangan dengan Surat Edaran Direktur Jendral Pajak tentang petunjuk pelaksaan ketentuan pasal 16, 26, dan 36 KUP, pada angka II butir 3.1.

 Pada tanggal 22 Oktober 2007 Dirjen Pajak Darmin Nasution menerbitkan Surat Keputusan (SK) tentang Keberatan Wajib Pajak Atas SKPKB PPN Masa Pajak Januari-Desember 2004 yang menerima seluruh permohonan keberatan wajib pajak dan tentang pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi.  Akibat dikabulkannya permohonan keberatan yang diajukan PT.SAT oleh

Dirjen Pajak, maka kekurangan pajak beserta sanksi dan Surat Tagihan Pajak (SPT) yang telah dibayarkan oleh PT. SAT sejumlah Rp.487.200.000,- (empat ratus delapan puluh tujuh dua ratus juta rupiah) harus dikembalikan oleh Negara disertai imbalan bunga berdasarkan Pasal 27 A ayat (1) Undang- Undang No. 16 Tahun 2000 masing-masing sebesar Rp.52.200.000,- , Rp.22.272.000,- , Rp.9.280.000,- sehingga jumlah seluruh yang dikembalikan Negara kepada PT. SAT adalah sebesar Rp.570.952.000,- (lima ratus tujuh puluh juta sembilan ratus lima puluh dua rupiah).

 Pada tanggal 24 Maret 2009 Terdakwa mendapat informasi 10 rekening di Bank Panin diblokir dan sebulan kemudian juga mendapat informasi 11 rekeningnya di Bank BCA diblokir. Terdapat 10 Rekening terdakwa di Bank Panin yang terdiri dari 8 deposito dan 2 tabungan, dimana 7 rekening deposito dalam mata uang rupiah dan 1 deposito dalam mata uang US$, begitu juga dengan tabungan yakni 1 dalam mata uang rupiah dan satu dalam mata uang US$. Jumalah tabunagn dan deposito dalam mata uang rupiah sebesar

Rp.20.000.000.000,- (dua puluh milyar rupiah) dan dalam mata uang US$ sebesar US$ 400.000 (empat ratus ribu dolar US), sehingga jumlah seluruhnya sekitar Rp.24.000.000.000,- (dua puluh empat milyar rupiah). Sedangkan tabungan di Bank BCA keseluruhannya berjumlah Rp.4.400.000.000,- (empat milyar empat ratus juta rupiah).

 Perbuatan Terdakwa bersama-sama dengan terdakwa lainnya mengakibatkan kerugian Negara sebesar Rp.570.952.000,- (lima ratus tujuh puluh juta sembilan ratus lima puluh dua ribu rupiah) atau sekitar jumlah tersebut sebagaimana dalam Laporan hasil perhitungan kerugian keuangan Negara atas kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam penanganan keberatan PT. Surya Alam Tunggal Sidoarjo.

 Setelah mengetahui sejumlah rekening miliknya telah diblokir, terdakwa menunjuk Peber Silalahi dan teman-temannya apabila diperiksa sebagai saksi di Bareskrim. Dalam Tim Lawyer terdakwa tercantum nama Haposan Hutagalung.

 Terdakwa kemudian melakukan pertemuan di Hotel Sultan yang dihadiri oleh Terdakwa, Peber Silalahi, James Purba, Lambertus dan Haposan Hutagalung, terdakwa lalu dikenalkan dengan lambertus. Pertemuan ini membicarakan masalah Penyidikan terdakwa di Bareskrim dan mengenai uang Terdakwa sejumlah Rp.28.000.000.000,- (dua puluh delapan milyar rupiah) yang telah diblokir.

 Kemudian Haposan menelepon Andi Kosasih dan meminta Andi Kosasih datang ke Hotel Sultan. Setelah Andi Kosasih datang ke Hotel Sultan, kemudian Haposan meminta kepada Andi Kosasih bisa membantu untuk

menjadi pihak yang mengakui atau mengklaim uang Terdakwa yang diblokir sebagai miliknya karena status Terdakwa sebagai PNS, Andi Kosasi bersedia.  Kemudian untuk melengkapi data terkait kesediaan Andi Kosasih mengklaim

uang Terdakwa atas namanya, dibuatlah suatu perjanjian antara Terdakwa dengn Andi Kosasih tentang proyek pengadaan lahan untuk pembuatan Ruko di daerah wilayah Jakarta Utara. Tanggal dalam perjanjian tersebut tanggal 28 Mei 2008, tapi sebenarnya perjanjian tersebut ditandatanganu tanggal 1 September 2009, yang hadir waktu itu Terdakwa, Andi Kosasih, Lambertus, Peber, James, dan Haposan. Terdakwa juga membuat 6 lembar kuitansi yang keseluruhannya berjumlah US$ 2.810.000 setara dengan Rp.28.000.000.000 (dua puluh delapan milyar rupiah).

 Pada tanggal 1 September 2009 dengan didampingi Peber Silalahi, Terdakwa diperiksa oleh Arafat yakni penyidik di kantor Bareskrim, pemeriksaan akan tetapi hanya kurang lebih 1 jam karena setelah Haposan datang, Haposan meminta Arafat untuk menghentikan pemeriksaan dan akad dilanjutkan di Hotel. Pemeriksaan lanjutan di Hotel Mahattan pada malam harinya sepengetahuan dan seizing Pambudi Pamungkas sebagai Kepala Unit III Pajak, Asuransi dan Money Laundring Direktorat Ekonomi Khusus Bareskrim Polri.

 Pemeriksaan yang pertama ini tentang identitas Terdakwa (waktu itu sebagai Tersangka) dan tentang rekening Terdakwa yang di blokir di Bank Panin dan Bank BCA. Kemudian diadakan lagi pemeriksaan kedua di Hotel Manhattan, waktu tiu pemeriksaan menyinggung tentang perjanjian antara Terdakwa dengan Andi Kosasih dan uang Rp.28.000.000.000 (dua puluh delapan milyar rupiah). Arafat pun melakukan pemeriksaan kepada Andi Kosasih sebagai

saksi di Hotel Kartika Chandra, pada waktu itu Sri Sumartini yang membuat tanda teriam fotocopy perjanjian kerjasama dan 6 lembar kuitansi bukti penerimaan uang dari Andi Kosasih.

 Permeriksaan ketiga terhadap Terdakwa dilaksanakan dikantor Bareskrim pada tanggal 1 Oktober 2009 diperiksa oleh Mardiyani.Pemeriksaan ini menitik beratkanpada asal usul uang Terdakwa sejumlah Rp.28.000.000.000,- (dua puluh delapan milyar rupiah) yang diakui terdakwa milik Andi Kosasih dan ada direkening Terdakwa karena ada perjanjian kerjasama antara Andi Kosasih dan Terdakwa. Pada waktu bersaan Arafat melakukan pemeriksaan terhadap Andi Kosasih tentang perjanjian kerjasama pengadaan tanah untuk Ruko di Jakarta Utara dan tentang uang Andi Kosasih sejumlah Rp.28.000.000.000,- (dua puluh delapan milyar rupiah) yang berada direkening gayus.

 Kemudian dilakukan juga pemeriksaan tambahan terhadap Sri Sumartini di Bareskrim. Pemeriksaan Tambahan ini tentang aliran uang dari PT. Megah Jaya Citra Garmindo sebesar Rp.370.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh juta rupiah) dan dari Roberto Santonius sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) ke rekening Terdawa di Bank BCA Bintaro.

 Pada tanggal 10 September 2009 Kejaksaan Agung dengan surat perintah atau P-16 menunjuk Cirus Sinaga, Fadil Regan, Eka Kurnia Sukma Sari, dan Ika Syafitry Salim sebagai Jaksa Peneliti.

 Setelah berkas dilimpahkan dari penyidik ke Kejaksaan, kemudia pada tanggal 21 Oktober 2009 dikembalikan oleh jaksa peneliti (P-18-P-19) dengan petunjuk:

- Agar Penyidik melakukan pemblokiran terhadap rekening BCA milik Tersangka (sekarang Terdakwa) dengan nilai uang Rp.370.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh juta rupiah) dan melakukan penyitaan serta dijadikan barang bukti dalam perkara ini.

- Agar dicari alat bukti lain yang mendukung pembuktian bahwa uang tersebut berasal dari tindak pidana asal (predicate crime).

- Agar diuraikan dalam BAP keterangan saksi dan Tersangka kapan dan dimana uang sneilai Rp.370.000.000,- (tiga ratus tujuh pupuh juta) diterima.

 Berkas perkara dilimpahkan pada tanggal 7 Oktober 2009, terdakwa disangka melakukukan tindak pidana money laundry dan korupsi. Pada tanggal 15 Oktober 2009 Arafat, Sri Sumartini dan Haposan Hutagalung bertemu dengan Cirus Sinaga dan Fadel Regan.

 Pertemuan di Hotel Crystal itu pun Arafat Enanie membahas membahas gambaran perkara Terdakwa dan ditanggapi oleh Cirus Sinaga kalau perkara korupsi tidak bisa jatuh ke pidum bisanya lari ke pidsus. Terdakwa pada waktu itu disangkakan telah melakukan tindak pidana sbeagaimana diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 dan Pasal 3 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 Tentang Tindal Pidana Pencucian Uang.  Setelah berkas perkara dilimpahkan kemudian pada tanggal 21 Oktober 2009

dikembalikan oleh Jaksa Peneliti (P-18 dan P-19) dengan petujuk agar penyidik melakukan pemblokiran terhadap rekening BCA milik Tersangka (sekarang Terdakwa) dengan nilai uang RP.370.000.000,- dan melakukan

pernyitaan serta dijadikan barang bukti dalam perkara ini. Lalu untuk melaksanakan petunjuk dari Jaksa Peneliti dalam P-19, Arafat dan Sri SUmartini lalu melakukan penyitaan terhadap uang sebnayak RP.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan Rp.370.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh juta rupiah) yang terdapat pada rekening BCA milih Terdakwa. Saksi-saksi dari Bank BCA yakni Hendarto Putra Jaya dan Indah Imawati di persidangan menerangkan penyitaan yang dilakukan oleh Arafat Enanie dan Sri Sumartini terhadap rekening BCA atas nama Terdakwa, dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2009, sementara Petunjuk Penuntut Umum dalam P-19 tanggal 21 Oktober 2009, maka penyitaan yang dilakukan oleh Arafat Enanie dan Sri Sumartini sebelum ada petunjuk dari Jaksa Peneliti dalam P-19.

 Selanjutnya berkas perkara tersebut dilimpahkan kembali pada tanggal 22 Oktober 2009, setelah pertemuan di Hotel Crystal, dan ada penambahan Pasal 372 KUHP tentang penggelapan, yang semula tidak pernah disangkakan kepada Terdakwa. Penambahan Pasal 372 KUHP ini, saksi Sri Sumartini di persidangan menerangkan berdasarkan perintah lisan melalui Telepon yang disampaiakn oleh Fadil Regan supaya perkara cepat P-21. Meskipun saksi Fadil Regan dipersidangan menyatakan tidak pernah telepon saksi Sri Sumartini untuk menambahkan Pasal 372 KUHP, namun demikian pada waktu Arafat Enanie sebagai penyidik melimpahkan berkas perkara Terdakwa ke bagian Pidana Umum Kejaksaan Agung dengan penambahan Pasal 372 dan Cirus Sinaga serta Fadil Regan ditunjuk sebagai Jaksa Peneliti, Cirus SInaga dan Fadil Regan mengetahui adanya penyimpangan dalam pelimpahan berkas perkara tersebut diam saja dan langsung mempelajarinya dan pada tanggal 23

Oktiber 2009 berkas perkara dinyatakan lengkap dan diterbitkan P-21 oleh Jaksa Peneliti.

 Muchtadi Asnun selaku Ketua Majelis Hakim dalam perkara Terdakwa memerintahkan kepada Ikat selaku Panitera Pengganti yang menyidangkan perkara Terdakwa di Pengadilan Negeri Tangerang untuk memberikan nomor

Handphone (HP) Muchtadi Asnun kepada Terdakwa. Setelah Terdakwa

mendapatkan nomor HP tersebut, Terdakwa lalu menghubungi Muchtadin Asnun dan melakukan pertemuan dirumah Muchtadin Asnun pada tanggal 10 Maret 2009 sekitar pukul 18.30. Terdakwa diatar kerumah Muchtadi Asnun oleh Ikat atas perintah Muchtadi Asnun. Dalam pertemuan itu Muchtadi Asnun menyampaikan agar Terdakwa memperhatikan para hakim, dan Terdakwa langsung mengerti maksud Muchtadi Asnun dan menawarkan uang sebesar US$ 20.000 (dua puluh ribu US Dolar), dimana US$ 10.000,- (sepuluh ribu US Dolar) untuk Muchtadi Asnun selaku Ketua Majelis Hakim, dan masing-masing US$ 5000 (lima ribu US Dolar) untuk Hakim Anggota. Pada saat Terdakwa menawarkan uang sejumlah tersebut diatas, Muchtadi Asnun tidak menganggukan kepala dan diam, Terdakwa pun menafsiran kalau Muchtadi Asnun menerima.

 Pada tanggal 11 Maret 2010 sore, Muchtadi Asnun SMS Terdakwa

mengatakan “khusus kopi saya ditambah 100 persen ya pak”, Terdakwa tidak

mengetahui kopi apa, tapi ditafsirkan Terdakwa Muchtadi Asnun minta jatahnya ditambah US$ 10.000 (sepuluh ribu US Dolar), lalu Terdakwa

menjawab “iya pak”. Selanjutnya malam harinya Muchtadi Asnun sms

Terdakwa minta uangnya diserahkan sebelum jam 10 pagi, Terdakwa menyetujuinya. Keesokan harinya pada tanggal 12 Maret 2010 sekitar jam

05.57 WIB, Muchtadi Asnun kembali SMS Terdakwa dengan mengatakan

“maaf pak, anak saya minta dibeliin Honda Jazz, tolong kopinya ditambah 10.000 kg lagi, nanti permintaan bapak saya penuhi semua” yang dijawab Terdakwa “iya pak”. Kemudian Terdakwa sebelum jam 10.00 WIB pergi

kerumah Muchtadi Asnun dengan diantar oleh Ikat. Sesampainya di ruah Muchtadi Asnun, pada saat Terdakwa ingin menyerahkan uang sejumlah US$ 40.000 (empat puluh ribu US Dolar) kepada Muchtadi Asnun, karena sadar perbuatannya tidak benar maka Muchtadi Asnun tidak jadi mengambil uang tersebut sehingga mencegah Terdakwa memberikannya.

2. Dakwaan

Penuntut Umum mengajukan Gayus Halomoan Partahanan Tambunan kepersidangan dengan dakwaan yang disusun secara kumulatif subsidairitas sebagai berikut:

Kesatu

 Primer : melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasak 18 Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP;  Subsidier : melanggar Pasal 30 jo. Pasal 18 Undang-Undang

No.31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP;

Kedua

 Primair : melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengsn Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP

 Subsidiair : melanggar Pasal 13 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP

Ketiga

Melanggar Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2001

Keempat

Melanggar Pasal 22 jo Pasal 28 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001.

3. Tuntutan Jaksa

Pada persidangan tanggal 22 Desember 2010 Jaksa Penuntut Umum menuntut agar terdakwa dijatuhi hukuman yanag amarnya berbunyi sebagai berikut:

 Menyatakan Terdakwa Gayus Halomoan Partahanan Tambunan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam:

- Pasal 3 jo 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan,

- Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dan

- Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan

- Pasal 22 jo Pasal 28 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa berupa pidana penjara selama 20 (dua puluh tahun ) dengan dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah Terdakwa tetap ditahan Rutan;

 Menjatuhkan pidana denda kepada Terdakwa sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan;

 Menyatakan barang bukti sebagaimana dalam daftar barang bukti :

`1. 1 (satu) lembar foto copy SK Keberatan No : KEP-75/PJ.07/2007, tanggal 22 Oktober 2007;

2. 6 (enam) lembar foto copy Laporan Penelitian No : LAP-656/PJ.071/2007 tanggal 9 Agustus 2007;

3. 1(satu) lembar foto copy Surat Keputusan Pengurangan No : KEP- 758/PJ.07/2007, tanggal 22 Oktober 2007;

4. 4 (empat) lembar foto copy laporan Penelitian No : Lap-657/PJ.071/2007 tanggal 9 Agustus 2007;

5. 10 (sepuluh) lembar foto copy Akte Perjanjian Ikatan Jual Beli Nomor : 1, tanggal 7 Januari 2004;

6. 3 (tiga) lembar foto copy Daftar Peminjam Catatan dan Dokumen tanggal 28 Mei 2007;

7. 27 (dua puluh tujuh) lembar foto copy Buku Besar Hutang BRI, Hutang Brike, Uang Muka Penjualan dan lain-lain;

8. 9 (sembilan) lembar foto copy Register Kas Harian;

9. 13 (tiga belas) lembar bukti foto copy Surat WP. No : Sek.403/Pjk.SAT/VIII/2007, Tanggal 15 Agustus 2007;

10. 14 (empat belas) lembar foto copy Akta Notaris Nomor : 160, tanggal 31 Desember 2007

11. dan seterusnya bukti terlampir.

4. Putusan Hakim

Majelis Hakim dalam perkara ini memperhatikan Pasal-Pasal dari Undang- Undang sebagaimana disebutkan diatas, maka Majelis Hakim dalam Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Memutuskan:

 Menyatakan Gayus Halomoan Partahanan Tambunan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang dilakukan secara bersama-sama sebagaimana dakwaan kesatu subsidiair dan kedua primair dan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan ketiga serta member keterangan yang tidak benar tentang harta benda yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan keempat.  Menjatuhkan pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun dan denda sebesar

Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan.  Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani dikurangikan seluruhnya dari

 Menetapkan terdakwa tetap ditahan

 Menetapkan barang bukti 1-97 dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk dipergunakan sebagai bukti dalam perkara Manuli P Manurung dan Humala Napitupulu dan barang bukti 98-121 dimusnakah serta barang bukti 122-123 dikembalikan kepada Gayus Halomoan Partahanan Tambunan.

Pengadilan Tinggi Negeri

 Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1195/Pid.B/2010/PN. Jkt.Sel tanggal 19 Januari 2011 yang dimintakan banding, dengan perbaikan pada amar putusan selengkapnya berbunyi sebagai berikut;

 Menyatakan Gayus Halomoan Partahanan Tambunan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang dilakukan secara bersama-sama sebagaimana dakwaan kesatu subsidiair dan kedua primair dan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan ketiga serta member keterangan yang tidak benar tentang harta benda yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan keempat.  Menjatuhkan Pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara

selama 10 (sepuluh) tahun, dan denda sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabial denda tersbeut tidak dibayar, diganti dengan pidana kurungan selama 4 (empat) bulan.

 Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani dikurangikan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

 Menetapkan barang bukti 1-97 dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk dipergunakan sebagai bukti dalam perkara Manuli P Manurung dan Humala

Napitupulu dan barang bukti 98-121 dimusnakah serta barang bukti 122-123 dikembalikan kepada Gayus Halomoan Partahanan Tambunan.

 Membebankan biaya perkara pada kedua tingkat peradialn kepada terdakwa, yang ditingkat banding sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

Putusan Mahkamah Agung

 Mengabulkan permohonan kasasi Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

 Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Selatan Nomor 06/PID/TPKI/2011/PT. DKI tanggal 29 April 2011 yang telah memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.1195/Pid.B/2010/PN. Jkt Sel/ tanggal 19 Januari 2011

 Menyatakan Terdakwa Gayus Halomoan Partahanan Tambunan terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan “Korupsi Yang DIlakukan

Secara Bersama – Sama” sebagaimana dakwaan Kesatu Primair, Kedua

Dokumen terkait