• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerimaan Hibah Jangka Menengah

BAGIAN II RAPBN PERUBAHAN TAHUN 2016 DAN APBN JANGKA

BAB 2 PERUBAHAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN

3.2 Proyeksi Pendapatan Negara Jangka Menengah

3.2.3 Penerimaan Hibah Jangka Menengah

Penerimaan hibah yang dianggarkan dalam APBN adalah berdasarkan komitmen pemberi donor yang telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Indonesia. Penerimaan hibah yang dianggarkan dalam APBN adalah pendapatan hibah yang telah direncanakan dan hanya dalam bentuk uang yang akan digunakan untuk membiayai suatu kegiatan yang pencairan dananya melalui KPPN. Berdasarkan laporan sementara dari rencana hibah yang akan diterima Pemerintah Indonesia dalam jangka menengah, penerimaan hibah cenderung menurun. Penerimaan hibah yang diperkirakan akan diterima oleh Pemerintah Indonesia dalam periode tersebut merupakan hibah yang berstatus ongoing atau multiyears yang berkaitan dengan program energi dan lingkungan hidup seperti penanganan climate change, pengurangan emisi di perkotaan, pelestarian hutan, dan konservasi e

nergi.

Proyeksi

200 205 210 215 220 225 2017 2018 2019 GRAFIK II.3.12 PROYEKSI PNBP, 2017-2019 (triliun rupiah)

0 1 2 3 4 5 6 7 2017 2018 2019 GRAFIK II.3.13

PROYEKSI PENERIMAAN HIBAH, 2017-2019

(triliun rupiah)

BAB 4

PERUBAHAN KEBIJAKAN DAN ANGGARAN

BELANJA PEMERINTAH PUSAT DAN PROYEKSI

BELANJA PEMERINTAH PUSAT JANGKA

MENENGAH

4.1 Pendahuluan

Dengan mengacu pada prioritas pembangunan dalam RKP tahun 2016, pokok-pokok

kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, serta hasil kesepakatan antara Pemerintah

dengan DPR dalam seluruh rangkaian pembahasan APBN tahun 2016, Pemerintah telah menetapkan kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara dalam APBN tahun 2016. Namun, sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, perkembangan beberapa indikator ekonomi makro mengindikasikan perlunya dilakukan penyesuaian pada beberapa asumsi dasar ekonomi makro, seperti harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Perubahan asumsi dasar ekonomi makro tersebut, yang

diikuti perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, berdampak pada perubahan postur APBN

tahun 2016, termasuk komponen belanja Pemerintah Pusat.

Sehubungan dengan itu, dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2016, penyesuaian atas berbagai besaran APBN diperlukan, termasuk belanja negara melalui

kombinasi kebijakan fiskal seperti pelebaran defisit anggaran dan efisiensi belanja negara

dengan tetap melanjutkan upaya optimalisasi pendapatan negara. Penyesuaian tersebut dilakukan sebagai upaya menjaga keseimbangan, yaitu pencapaian sasaran prioritas

pembangunan dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal dalam jangka menengah dan

jangka panjang.

Secara umum, kebijakan belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBNP tahun 2016 tetap diarahkan untuk mendukung pelaksanaan berbagai program dan sasaran pembangunan, baik pada dimensi pembangunan manusia (pendidikan, kesehatan, dan penyediaan perumahan), dimensi pembangunan sektor unggulan (kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman, pariwisata dan industri), serta dimensi pemerataan dan kewilayahan. Selain itu, kebijakan belanja Pemerintah Pusat juga diarahkan untuk mendukung penyelenggaraan

pemerintahan dengan tetap mengedepankan efisiensi dan efektivitas. Sebagai bagian dari upaya mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2016 dan juga peningkatan efisiensi

belanja dengan tetap menjamin terlaksananya program-program prioritas dan capaian target kinerja dari Kementerian Negara/Lembaga (K/L), dalam RAPBNP tahun 2016 akan diambil kebijakan penghematan belanja K/L. Penghematan tersebut diarahkan pada beberapa komponen belanja seperti belanja perjalanan dinas, rapat, honorarium,

biaya iklan, dan operasional perkantoran yang sifatnya kurang produktif dengan tidak

mengganggu pencapaian target kinerja.

Di sisi lain, dalam RAPBNP tahun 2016 juga dialokasikan tambahan belanja, baik untuk

(antara lain persiapan Asian Games tahun 2018 dan rehabilitasi lembaga pemasyarakatan/ rumah tahanan), serta alokasi untuk kekurangan pembayaran beberapa komponen subsidi sesuai audit Badan Pemeriksa Keuangan. Berbagai kebijakan belanja Pemerintah Pusat yang dilakukan dalam RAPBNP tahun 2016 tersebut akan diikuti dengan kebijakan untuk menjaga pemenuhan anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan masing-masing sebesar 20 persen dan 5 persen dari belanja negara sesuai amanat peraturan perundang-undangan.

4.2 Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

Perkembangan beberapa indikator ekonomi makro yang diiringi dengan respon kebijakan yang akan diambil Pemerintah menyebabkan perubahan postur APBN tahun 2016, tidak terkecuali pada komponen belanja Pemerintah Pusat. Perubahan belanja Pemerintah Pusat secara umum disebabkan oleh dampak perubahan asumsi dasar ekonomi makro maupun kebijakan yang diambil Pemerintah, antara lain sebagai berikut: (1) perubahan belanja akibat perubahan asumsi seperti perubahan pembayaran bunga utang dan subsidi; (2) penghematan belanja K/L dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2016; (3) tambahan belanja, baik untuk kebutuhan mendesak maupun untuk kekurangan pembayaran beberapa komponen belanja hasil audit BPK; dan (4) tambahan belanja dalam rangka penyelesaian piutang PDAM.

Selain itu, RAPBNP tahun 2016 juga menampung berbagai perubahan dengan sumber pendanaan yang berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak/Badan Layanan Umum (PNBP/BLU), pinjaman dan hibah luar negeri, serta realokasi dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) ke Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (BA K/L). Aturan yang menjadi landasan atas perubahan-perubahan tersebut telah diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN Tahun Anggaran 2016.

Dengan berbagai perkembangan dan langkah-langkah kebijakan tersebut, anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp1.289.537,6 miliar, atau 10,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah ini menurun sebesar Rp36.013,8 miliar atau 2,7 persen bila dibandingkan dengan anggaran belanja Pemerintah Pusat yang ditetapkan dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp1.325.551,4 miliar.

Selanjutnya, sesuai dengan amanat Pasal 11 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan dalam rangka menindaklanjuti Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-XI/2013 tanggal 22 Mei 2014, anggaran belanja Pemerintah

Pusat dirinci menurut fungsi dan organisasi. Berikut uraian lebih lanjut mengenai perubahan belanja Pemerintah Pusat menurut fungsi dan organisasi dalam RAPBNP tahun 2016.

4.2.1 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, khususnya Pasal 11 ayat (5) diatur bahwa anggaran belanja Pemerintah Pusat selain dikelompokkan menurut

klasifikasi ekonomi dan organisasi juga dikelompokkan menurut fungsi. Sesuai PMK Nomor 127/PMK.02/2015 tentang Klasifikasi Anggaran, pengelompokan menurut fungsi meliputi 11 fungsi, yang menggambarkan berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan dalam

rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dan untuk peningkatan kesejahteraan

rakyat. Kesebelas fungsi Pemerintah tersebut, yaitu: (1) fungsi pelayanan umum, (2) fungsi pertahanan, (3) fungsi ketertiban dan keamanan, (4) fungsi ekonomi, (5) fungsi perlindungan lingkungan hidup, (6) fungsi perumahan dan fasilitas umum, (7) fungsi kesehatan, (8) fungsi pariwisata, (9) fungsi agama, (10) fungsi pendidikan, dan (11) fungsi

Selanjutnya, uraian mengenai alokasi angggaran belanja Pemerintah Pusat berdasarkan

fungsi dalam RAPBNP tahun 2016 disajikan dalam Tabel II.4.1 serta diuraikan di dalam penjelasan lebih lanjut.

Anggaran Fungsi Pelayanan Umum

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pelayanan umum dalam RAPBNP

tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp312.081,1 miliar yang berarti lebih rendah Rp4.451,4 miliar atau 1,4 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp316.532,6 miliar.

Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi pelayanan umum tersebut seiring dengan

kebijakan penghematan dan pemotongan belanja K/L, termasuk di dalamnya K/L yang

menjalankan fungsi pelayanan umum. Selain itu, terdapat realokasi anggaran dari fungsi pelayanan umum ke fungsi lainnya pada beberapa K/L, termasuk untuk reward bagi K/L yang memenuhi persyaratan, serta terdapat penurunan pada subsidi BBM.

Namun demikian, alokasi pada fungsi pelayanan umum tersebut tetap diupayakan untuk mempercepat capaian dan sasaran pada fungsi pelayanan umum, yaitu: (1) meningkatnya sistem informasi pelayanan publik dan inovasi yang terintegrasi; (2) meningkatnya efektivitas pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi reformasi birokrasi, akuntabilitas aparatur negara

dan pengawasan wilayah di pusat dan daerah; dan (3) terpenuhinya kewajiban Pemerintah secara tepat waktu dan tepat jumlah dalam rangka menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan.

Anggaran Fungsi Pertahanan

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pertahanan dalam RAPBNP tahun

2016 diperkirakan sebesar Rp100.047,2 miliar yang berarti lebih tinggi Rp398,2 miliar atau 0,4 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp99.648,9 miliar. Lebih

tingginya alokasi anggaran pada fungsi pertahanan tersebut terutama disebabkan adanya

tambahan anggaran untuk penyelamatan orbit satelit dalam rangka memperkuat sistem pertahanan.

Nominal %

1 PELAYANAN UMUM 663.795,6 316.532,6 312.081,1 (4.451,4) (1,4) 2 PERTAHANAN 100.527,5 99.648,9 100.047,2 398,2 0,4 3 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 52.571,3 109.794,0 111.543,7 1.749,7 1,6 4 EKONOMI 171.643,9 360.226,7 347.261,4 (12.965,3) (3,6) 5 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP 9.184,7 12.087,8 11.048,2 (1.039,6) (8,6) 6 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 15.374,5 34.651,1 37.822,1 3.171,0 9,2 7 KESEHATAN 23.208,9 67.213,7 65.819,8 (1.393,9) (2,1) 8 PARIWISATA 3.166,3 7.432,7 6.341,5 (1.091,3) (14,7) 9 AGAMA 5.094,0 9.785,1 9.778,4 (6,7) (0,1) 10 PENDIDIKAN 109.075,3 150.090,0 139.511,1 (10.578,8) (7,0) 11 PERLINDUNGAN SOSIAL 20.868,7 158.088,8 148.283,1 (9.805,7) (6,2) 1.174.510,8 1.325.551,4 1.289.537,6 (36.013,8) (2,7)

Sumber : Kementerian Keuangan T O T A L

2015 2016

LKPP

Unaudited APBN RAPBNP

Perubahan

TABEL II.4.1

BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT FUNGSI, 2015 - 2016

(Miliar Rupiah)

Alokasi anggaran pada fungsi pertahanan tersebut sejalan dengan upaya Pemerintah untuk

mempercepat capaian dan sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya kontribusi industri pertahanan dalam negeri terhadap pemenuhan minimum essential force (MEF); (2) meningkatnya kesejahteraan prajurit melalui pembangunan perumahan dinas dan peningkatan kesiapan TNI; serta (3) penguatan keamanan laut dan daerah perbatasan dengan pengadaan peralatan pendukung, dan pembangunan pos pengamanan perbatasan darat baru.

Anggaran Fungsi Ketertiban dan Keamanan

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi ketertiban dan keamanan

dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp111.543,7 miliar yang berarti lebih tinggi Rp1.749,7 miliar atau 1,6 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar

Rp109.794,0 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran pada fungsi ketertiban dan

keamanan tersebut terutama disebabkan adanya tambahan anggaran untuk penambahan peralatan dan personil tindak pidana terorisme, penguatan Densus 88 Anti Teror Polri, pembangunan/rehabilitasi lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan di beberapa daerah, kebutuhan operasional dan peningkatan sarana dan prasarana terkait pemberantasan narkoba, dan kegiatan terkait intelijen.

Alokasi anggaran pada fungsi ketertiban dan keamanan tersebut sejalan dengan

upaya Pemerintah untuk mempercepat capaian dan sasaran yang diharapkan, yaitu:

(1) meningkatnya profesionalisme Polri pada aspek pelayanan publik melalui perbaikan

kualitas dan peningkatan operasi kepolisian yang menjadi prioritas kebutuhan masyarakat; (2) menguatnya koordinasi intelijen; (3) meningkatnya kapasitas rehabilitasi

penyalahgunaan narkoba dan terkendalikannya laju prevalensi penyalahgunaan narkoba; dan (4) meningkatnya efektivitas sistem keamanan nasional melalui perbaikan kualitas dan

jumlah policy brief yang dihasilkan sistem informasi Dewan Ketahanan Nasional.

Anggaran Fungsi Ekonomi

Alokasi anggaran pada fungsi ekonomi dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar

Rp347.261,4 miliar yang berarti lebih rendah Rp12.965,3 miliar atau 3,6 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp360.226,7 miliar. Lebih rendahnya alokasi

anggaran pada fungsi ekonomi tersebut terutama disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi ekonomi.

Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi ekonomi tersebut tetap diupayakan

untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, antara lain: (1) meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda; (2) meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk

mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional dan konektivitas global;

(3) penguatan ketahanan pangan dan ketahanan air untuk kedaulatan pangan nasional; (4) terlaksananya pembangunan/peningkatan daerah irigasi baru dan percepatan rehabilitasi jaringan irigasi untuk mendukung kedaulatan pangan; (5) penguatan kedaulatan energi melalui peningkatan produksi sumber daya energi; dan (6) meningkatnya pelayanan

ketenagalistrikan melalui peningkatan rasio elektrifikasi.

Anggaran Fungsi Perlindungan Lingkungan Hidup

Alokasi anggaran pada fungsi perlindungan lingkungan hidup dalam RAPBNP tahun 2016

diperkirakan sebesar Rp11.048,2 miliar yang berarti lebih rendah Rp1.039,6 miliar atau 8,6 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp12.087,8 miliar. Lebih

disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan

fungsi perlindungan lingkungan hidup.

Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi perlindungan lingkungan hidup tersebut

tetap diupayakan untuk mencapai sasaran yang diharapkan, antara lain: (1) terlaksananya pelestarian keanekaragaman hayati pada kawasan lindung, agro ekosistem dan kawasan

nonlindung/produksi; (2) terlaksananya pemanfaatan keanekaragaman hayati yang

berkelanjutan untuk kegiatan ekonomi; (3) meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang tercermin didalam indeks kualitas lingkungan hidup; dan (4) menguatnya upaya penanganan perubahan iklim (mitigasi dan adaptasi) dan sistem peringatan dini cuaca dan iklim.

Anggaran Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum

Dalam RAPBNP tahun 2016, anggaran yang dialokasikan pada fungsi perumahan dan fasilitas umum mencapai Rp37.822,1 miliar yang berarti lebih tinggi sebesar Rp3.171,0 miliar atau meningkat 9,2 persen jika dibandingkan dengan alokasi anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum pada APBN tahun 2016 sebesar Rp34.651,1 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran pada fungsi perumahan dan fasilitas umum tersebut terutama disebabkan pembangunan infrastruktur dalam rangka persiapan pelaksanaan Asian Games

tahun 2018 di Jakarta dan Palembang.

Adapun sasaran yang diharapkan dicapai dari fungsi perumahan dan fasilitas umum

pada tahun 2016 adalah: (1) meningkatnya akses masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) termasuk pekerja/buruh terhadap hunian yang layak dengan membangun satuan rumah susun yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas pendukungnya; (2) meningkatnya kualitas permukiman kumuh perkotaan sebagai bagian dari pengurangan kondisi kumuh di perkotaan; (3) meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan; (4) terbangunnya rumah khusus

di daerah pasca bencana/konflik, maritim, dan perbatasan negara; (5) terwujudnya

keswadayaan masyarakat untuk peningkatan kualitas dan pembangunan rumah/hunian yang layak dan terjangkau bagi MBR dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi; (6) meningkatnya akses terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan; serta (7) berkurangnya angka backlog perumahan.

Anggaran Fungsi Kesehatan

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi kesehatan dalam RAPBNP tahun

2016 diperkirakan sebesar Rp65.819,8 miliar yang berarti lebih rendah Rp1.393,9 miliar atau 2,1 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp67.213,7 miliar.

Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi kesehatan tersebut terutama disebabkan oleh adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi

kesehatan. Namun demikian, pemotongan tersebut diarahkan pada beberapa komponen

belanja yang sifatnya kurang produktif seperti perjalanan dinas, biaya iklan, dan operasional

perkantoran.

Selain itu, anggaran tersebut juga masih sesuai dengan komitmen Pemerintah untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu pemenuhan alokasi anggaran kesehatan sebesar lima persen dari belanja negara. Dengan

didukung oleh program yang lebih efektif dan luas, pemenuhan anggaran kesehatan tersebut

diharapkan dapat mencapai sasaran, yaitu: (1) meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu, anak, dan reproduksi; (2) meningkatnya kualitas penanganan masalah gizi masyarakat;

dan manfaat/khasiat obat dan makanan; (4) meningkatnya penyehatan dan pengawasan

kualitas lingkungan; (5) terselenggaranya pendidikan tinggi dan pertumbuhan mutu SDM kesehatan; dan (6) meningkatnya penduduk yang mendapatkan jaminan kesehatan

termasuk kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan.

Anggaran Fungsi Pariwisata

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pariwisata dalam RAPBNP tahun

2016 diperkirakan sebesar Rp6.341,5 miliar yang berarti lebih rendah Rp1.091,3 miliar atau 14,7 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp7.432,7 miliar. Lebih

rendahnya alokasi anggaran pada fungsi pariwisata tersebut terutama disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi pariwisata. Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi pariwisata tersebut tetap diupayakan untuk mencapai sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) tercapainya devisa di sektor pariwisata;

(2) tercapainya kontribusi bidang pariwisata terhadap PDB; (3) tercapainya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara; dan (4) penambahan tenaga

kerja dari sektor ekonomi kreatif dan menciptakan pertumbuhan orang kreatif menjadi

start-up usaha baru.

Anggaran Fungsi Agama

Alokasi anggaran pada fungsi agama dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar

Rp9.778,4 miliar, yang berarti lebih rendah Rp6,7 miliar atau 0,1 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp9.785,1 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada

fungsi agama tersebut terutama disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi agama.

Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi agama tersebut tetap diupayakan untuk

mecnapai sasaran yang diharapkan, antara lain: (1) meningkatnya kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama, kualitas pelayanan kehidupan beragama, serta harmoni sosial dan kerukunan hidup umat beragama; dan (2) meningkatnya kualitas penyelenggaraan

ibadah haji dan umrah yang transparan, efisien, dan akuntabel.

Anggaran Fungsi Pendidikan

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pendidikan dalam RAPBNP tahun

2016 diperkirakan sebesar Rp139.511,1 miliar yang berarti lebih rendah sebesar Rp10.578,8 miliar atau 7,0 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp150.090,0 miliar.

Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi pendidikan. Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut tetap

diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, antara lain yaitu: (1) meningkatnya angka partisipasi pendidikan pada tiap jenjang pendidikan; (2) meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun; (3) meningkatnya rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun; (4) meningkatnya persentase Prodi Pendidikan Tinggi minimal terakreditasi B; (5) meningkatnya persentase sekolah yang berakreditasi minimal B pada jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/ MA; (5) meningkatnya persentase kompetensi keahlian SMK berakreditasi minimal B; (6) menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok masyarakat antara 20 persen penduduk termiskin dan 20 persen penduduk terkaya pada jenjang SMP/MTs dan

SMA/SMK/MA; dan (7) meningkatnya jaminan hidup dan fasilitas pengembangan ilmu

Anggaran Fungsi Perlindungan Sosial

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi perlindungan sosial dalam

RAPBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp148.283,1 miliar yang berarti lebih rendah sebesar Rp9.805,7 miliar atau 6,2 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2016 sebesar

Rp158.088,8 miliar. Lebih rendahnya alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial

tersebut terutama disebabkan adanya penghematan dan pemotongan belanja pada K/L

yang menjalankan fungsi perlindungan sosial.

Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial tersebut tetap

diupayakan untuk mencapai sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) menurunnya tingkat

kesenjangan antarkelompok masyarakat; (2) meningkatnya sasaran/coverage

program-program perlindungan sosial termasuk perluasan conditional cash transfer (CCT);

(3) meningkatnya jumlah rumah tangga sangat miskin yang digraduasi dari program perlindungan dan jaminan sosial; (4) meningkatnya cakupan pelayanan dasar dan akses

masyarakat kurang mampu terhadap ekonomi produktif; (5) meningkatnya akses penduduk

rentan dan kurang mampu terhadap air minum dan sanitasi layak; (6) meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan; (7) meningkatnya akses dan kualitas hidup penyandang disabilitas dan lanjut usia; dan (8) meningkatnya jumlah pengawasan pelaksanaan perlindungan anak dari tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya.

4.2.2 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut

Organisasi

Anggaran belanja Pemerintah Pusat dari aspek organisasi, secara umum dikelompokkan dalam dua bagian. Pertama, anggaran yang dialokasikan melalui BA K/L dengan Menteri/ Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran (Chief Operational Officer). Kedua, anggaran yang dialokasikan melalui BA BUN dengan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Chief Financial Officer).

Penyesuaian terhadap belanja Pemerintah Pusat merupakan tindak lanjut dari perubahan

asumsi dasar ekonomi makro dan/atau pokok-pokok kebijakan fiskal dapat dilakukan

dalam bentuk penambahan pada beberapa komponen belanja maupun pengurangan pada komponen belanja yang lainnya. Selain itu, penyesuaian belanja Pemerintah Pusat juga dilakukan dalam bentuk pergeseran anggaran, baik antarunit organisasi maupun antarprogram. Dalam rangka penyesuaian APBN tersebut, Pemerintah menyampaikan perubahan anggaran belanja menurut organisasi agar tetap dapat berjalan dengan baik dan akuntabel sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan dilakukan, baik terhadap anggaran yang dialokasikan melalui K/L maupun anggaran BUN.

Anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBNP tahun 2016 sebesar Rp1.289.537,6 miliar dengan rincian sebagaimana Tabel II.4.2.

4.2.2.1 Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Secara umum, perubahan belanja K/L dalam RAPBNP tahun 2016 dilakukan dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2016 dengan tetap mendukung pelaksanaan berbagai program pembangunan yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016, seperti pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman, pariwisata dan industri. Selain itu, belanja K/L juga diarahkan dapat mendukung

Perubahan belanja K/L dalam RAPBNP tahun 2016 disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

(1) penghematan dan pemotongan anggaran belanja K/L, (2) tambahan anggaran untuk

program/kegiatan yang bersifat mendesak pada beberapa K/L, dan (3) perubahan

sebagaimana telah diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN Tahun Anggaran 2016, seperti perubahan sumber pendanaan baik yang berasal dari pagu penggunaan PNBP/BLU maupun perubahan rencana penarikan pinjaman dan hibah luar negeri, serta perubahan akibat realokasi BA BUN ke BA K/L.

Realokasi BA BUN ke BA K/L dilakukan untuk mendanai berbagai kebutuhan mendesak, termasuk penyesuaian tunjangan kinerja pada beberapa K/L. Selain itu, realokasi dari BA BUN ke BA K/L juga dilakukan dalam rangka pelaksanaan kebijakan pemberian penghargaan kepada beberapa K/L atas pelaksanaan anggaran belanja pada tahun 2014. Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan nasional pada tahun 2016, Pemerintah mengambil kebijakan untuk mengalokasikan tambahan anggaran belanja untuk berbagai program/kegiatan yang mendesak. Tambahan belanja mendesak tersebut dialokasikan untuk beberapa K/L yang penggunaannya diarahkan antara lain untuk:

(1) pembangunan infrastruktur dalam rangka pelaksanaan Asian Games tahun 2018 di

Jakarta dan Palembang, (2) penyelamatan orbit satelit dalam rangka memperkuat sistem pertahanan, (3) pembangunan/rehabilitasi lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan di beberapa daerah, (4) kebutuhan operasional dan peningkatan sarana prasarana terkait pemberantasan narkoba, dan (5) kegiatan terkait intelijen dan pemberantasan terorisme. Sementara itu, untuk mengamankan pelaksanaan APBN, Pemerintah melakukan kebijakan

efisiensi belanja melalui penghematan dan pemotongan anggaran belanja K/L. Kebijakan

ini tetap memperhatikan dan menjaga capaian target kinerja dari tiap-tiap K/L. Besaran penghematan dan pemotongan anggaran belanja K/L dalam RAPBNP tahun 2016 direncanakan sebesar Rp50.016,3 miliar atau 6,4 persen dari total pagu anggaran belanja K/L dalam APBN 2016 sebesar Rp784.125,7 miliar. Jika dikaitkan dengan anggaran rupiah murni, besaran penghematan dan pemotongan tersebut adalah 7,4 persen dari pagu anggaran rupiah murni belanja K/L sebesar Rp675.891,0 miliar. Penghematan tersebut

terdiri atas efisiensi belanja operasional dan efisiensi belanja lainnya. Efisiensi belanja

operasional utamanya dapat dilakukan pada belanja perjalanan dinas dan paket meeting,

Dokumen terkait