• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak

S

ampai dengan bulan

Mei 2021, capaian penerimaan pajak adalah sebesar Rp459,57 triliun atau 37,38 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN 2021. Secara kumulatif, kinerja penerimaan pajak kini telah memasuki zona pertumbuhan positif yakni 3,37 persen

(yoy), lebih baik dibandingkan

pertumbuhan periode yang sama di tahun 2020 yang terkontraksi sebesar 10,82 persen (yoy). Kinerja positif ini merefleksikan perekonomian Indonesia yang mulai pulih dari dampak pandemi Covid-19. Kelompok pajak PPN & PPnBM yang menjadi salah satu penopang utama penerimaan, terealisasi sebesar Rp177,36 triliun, tumbuh 10,86 persen (yoy). Demikan pula PPh Migas yang terdampak tren perbaikan harga minyak dunia, juga mencatatkan

kinerja positif dengan

pertumbuhan hingga 16,98 persen

(yoy). Sementara itu, meski kinerja

PPh Non Migas masih tertekan, terlihat tren pemulihan dengan nilai kontraksi yang semakin mengecil.

Jenis Pajak Utama

Pemulihan aktivitas ekonomi dan

technical rebound pada bulan Mei

mengakibatkan secara kumulatif beberapa jenis pajak utama tumbuh positif. Penerimaan PPh Pasal 21 meningkat 4,23 persen

(yoy), lebih baik dibandingkan

kinerja pertumbuhan periode yang sama tahun lalu. Hal ini tidak lepas adanya peningkatan setoran PPh Pasal 21 yang berasal dari pembayaran Tunjangan Hari Raya Idul Fitri 1442 H. Secara kumulatif, PPh Pasal 26 mampu tumbuh lebih baik sebesar 16,42 persen (yoy), yang diakibatkan

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2021

adanya peningkatan pembayaran dividen kepada subjek pajak luar negeri pada bulan Mei.

Jenis pajak lainnya yang masih konsisten tumbuh positif pada periode Januari sampai dengan Mei adalah PPN Dalam Negeri dan PPN Impor. Penerimaan PPN Dalam Negeri mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sebesar 6,43 persen

(yoy) sampai dengan akhir Mei,

walaupun sempat melambat pada bulan sebelumnya akibat peningkatan restitusi. Kinerja dari jenis pajak ini dipengaruhi adanya

technical rebound, membaiknya

konsumsi masyarakat, dan aktivitas produksi dalam

perekonomian. Technical rebound merupakan kondisi dimana terjadi kenaikan dalam jangka pendek, setelah mengalami koreksi yang cukup drastis pada periode sebelumnya. Kenaikan konsumsi dan produksi ini juga turut memicu optimisme produsen, terlihat dari indeks PMI Manufaktur Indonesia yang mencapai 55,3 pada Mei 2021, yang merupakan angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Dalam tiga bulan terakhir, PMI Manufaktur Indonesia terus mencatatkan rekor tertinggi baru seiring dengan terus menguatnya pemulihan aktivitas di sektor manufaktur. Selanjutnya, pada bulan Mei, PPN Impor kembali mencatatkan pertumbuhan double

digits 47,7 persen, konsisten sejak

bulan Februari 2021. Dibandingkan periode tahun lalu, kinerja jenis pajak ini mengalami pertumbuhan

yang siginifikan, pada level 14,37 persen (yoy), setelah tahun lalu sempat terkontraksi 14,64 persen

(yoy).

Sementara itu, PPh Badan masih mengalami tekanan, terkontraksi 5,56 persen (yoy) dikarenakan dampak pemberian insentif yang masih berlanjut serta meningkatnya restitusi di bulan Mei, walaupun secara bruto masih mengalami pertumbuhan 5,1 persen (yoy). Jenis pajak lainnya yang menunjukkan tren perbaikan pada bulan Mei ini adalah PPh Final, dimana mampu tumbuh 3,1 persen yang diakibatkan meningkatnya kepemilikan obligasi dan aktivitas penjualan dan persewaan tanah dan/atau bangunan, walaupun secara kumulatif kontraksinya masih tertahan di level 0,74 persen (yoy).

Kinerja Penerimaan Pajak Sektoral

Pada bulan Mei 2021, mayoritas sektor utama penunjang penerimaan mencatat kinerja yang membaik, ditopang oleh pembayaran THR, pembayaran dividen, peningkatan impor, serta membaiknya permintaan dalam negeri. Secara bruto, seluruh sektor utama mengalami pertumbuhan, bahkan delapan sektor mampu tumbuh double

digits, seiring dengan pemulihan

ekonomi dan meningkatnya konsumsi masyarakat. Sementara itu, sektor industri pengolahan, perdagangan, jasa keuangan

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

dan asuransi, transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, serta sektor jasa perusahaan menunjukkan kinerja yang sama secara neto. Kinerja sektoral yang positif ini turut ditopang oleh pertumbuhan bruto PPN DN pada seluruh sektor yang membaik jika dibandingkan dengan Mei 2020 maupun April 2021.

Sampai dengan akhir periode Mei 2021, sektor Industri

Pengolahan mampu mencatatkan pertumbuhan positif 5,31 persen

(yoy) setelah pada periode

yang sama tahun sebelumnya terkontraksi 6,81 persen (yoy). Hal serupa terlihat pada sektor Perdagangan yang mampu tumbuh 5,02 persen (yoy), jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor utama lainnya yang secara kumulatif mampu tumbuh positif adalah sektor informasi dan komunikasi. Sektor ini mampu tumbuh signifikan sebesar 11,31 persen (yoy), paling tinggi diantara sektor lainnya, setelah sebelumnya tumbuh terbatas di level 3,67 persen (yoy). Di sisi lain, beberapa sektor utama masih mengalami tekanan penerimaan sejak awal tahun 2021 hingga saat ini. Sektor transportasi dan pergudangan tercatat masih terkontraksi 1,36 persen (yoy), walaupun sudah jauh lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertambangan juga masih terkontraksi sebesar 9,78

persen (yoy), walaupun secara bruto pada bulan Mei ini mampu tumbuh positif 41,8 persen (mtm). Selanjutnya, sektor lainnya yang juga masih mengalami tekanan secara neto adalah sektor jasa keuangan dan asuransi. Sektor ini masih terkontraksi 3,63 persen

(yoy), tidak lebih baik dari kinerja

tahun sebelumnya. Tekanan ini tidak lepas dari posisi suku bunga acuan yang sejak 20 April 2021 sampai dengan 25 Mei 2021 berada pada angka 3,50 persen, yang juga merupakan rekor suku bunga terendah sejak suku bunga dijadikan acuan referensi kebijakan moneter.

Perkembangan Penerimaan PPN DN Sektor Komoditas Batu Bara

Membaiknya penerimaan PPN Dalam Negeri salah satunya ditopang oleh meningkatnya penerimaan PPN Dalam Negeri atas batu bara. Peningkatan penerimaan tercatat cukup signifikan yaitu dari Rp48,29 miliar pada bulan November 2020 meningkat hingga mencapai Rp439,47 miliar pada bulan Mei 2021. Peningkatan ini

disebabkan oleh sinyal positif dari diimplementasikannya Undang-Undang Cipta Kerja serta tren kenaikan Harga Batubara Acuan (HBA). Sebelum Undang-Undang Cipta Kerja berlaku, komoditas batu bara merupakan salah satu komoditas yang tidak tergolong sebagai Barang Kena Pajak. Namun demikian, sejak Undang-Undang Cipta Kerja berlaku,

Perkembangan Penerimaan PPN DN Batu Bara dan Harga Batu Bara Acuan (HBA) (dalam miliar Rupiah)

mulai tanggal 2 November 2020, komoditas batu bara menjadi Barang Kena Pajak dan atas penyerahannya dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Di sisi lain, tren harga acuan batu bara juga terus meningkat, sebagaimana terlihat pada Grafik 2. Kementerian ESDM menetapkan HBA pada bulan Mei 2021 mencapai USD 89,74 per ton, naik cukup signifikan jika dibandingkan HBA pada bulan November 2020 senilai USD 55,71 per ton.

Penerimaan pajak sampai dengan Mei 2021 semakin menunjukkan optimisme, seiring pemulihan ekonomi dan peningkatan konsumsi masyarakat.

Namun demikian, masyarakat diharapkan tetap waspada dalam menerapkan protokol kesehatan mengingat kasus Covid-19 yang secara global masih cukup tinggi. Penerimaan pajak terus menunjukkan tren perbaikan, akan tetapi keberhasilan pemulihan perekonomian nasional masih bergantung kepada pengendalian pandemi. Pada saat publikasi ini ditulis, jumlah kasus harian Covid-19 kembali mengalami peningkatan, yang berisiko menghambat momentum pemulihan ekonomi. Peran serta seluruh lapisan masyrakat sangat penting agar pandemi ini dapat segera teratasi.

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Pendapatan Negara Pendapatan Negara

Faktor seasonal hari besar keagamaan dan

Dokumen terkait