Indikator secara sederhana didefinisikan sebagai sebagai sebuah alat atau jalan untuk mengukur, mengindikasikan, atau merujuk sesuatu hal dengan lebih atau kurang dari ukuran yang diinginkan. Sementara itu, menurut Pomeroy and Rivera-Guieb (2006) indikator yang baik adalah indikator yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
kualitatif;
• Tepat : didefinisikan sama oleh seluruh stakeholders • Konsisten : tidak berubah dari waktu ke waktu
• Sensitif : secara proporsional berubah sebagai respon dari perubahan aktual
Dalam beberapa kasus, pemilihan indikator terkait dengan tujuan yang akan dicapai dari monitoring dan evaluasi. Ketika satu indikator sudah ditentukan, proses berikutnya adalah pemilihan metode untuk mengukur indikator tersebut. Beberapa syarat penting yang harus diperhatikan adalah bahwa metode tersebut sebaiknya (1) akurat dan reliabel, artinya tingkat kesalahan yang ditimbulkan dari koleksi data dapat diminimalisir; (2) biaya efektif, artinya sejauh mana metode ini akan menghasilkan pengukuran indikator yang baik dengan biaya yang rendah; (3) kelayakan, artinya apakah ada unsur masyarakat yang dapat melakukan metode pengukuran indikator; dan (4) ketepatan, artinya sejauuh mana metode yang dipilih sesuai dengan konteks RSWP-3-K.
3.4.2. Hasil Kegiatan
Tersusun Dokumen Antara RSWP-3-K yang sistematikanya sebagai berikut: a. Pendahuluan : latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup
RSWP-3-K
b. Gambaran Umum Kondisi Daerah: deskripsi umum keadaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, pola penggunaan lahan dan perairan, kondisi sosial budaya
c. Kerangak Kebijakan Strategi: Visi dan Misi, isu pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, tujuan dan sasaran, strategi dan arah kebijakan, target dan indicator
d. Kaidah Pelaksanaan: langkah-langkah untruk melaksanakan RSWP-3-K , monitoring dan evaluasi.
3.5. Konsultasi Publik II
3.5.1. Kegiatan
Prosedur tahap ini dilakukan sama dengan konsultasi publik I, namun obyek pembahasan yang berbeda karena pada konsultasi publik II pembahasan dan masukan difokuskan pada strategi, arah kebijakan dan program pengelolaan pesisir dan lautan yang sudah dihasilkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini, konsultasi dilakukan dengan mengundang pemangku kepentingan yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Pokja penyusunan RSWP-3-K dapat meminta bantuan fasilitator untuk memandu jalannya konsultasi publik II ini. Keluaran utama dari konsultasi publik II ini adalah kesepakatan tentang strategi, arahan kebijakan dan program pengelolaan pesisir dan laut yang akan dituangkan dalam RSWP-3-K.
3.5.2. Hasil Kegiatan
Masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan Dokumen Antara RSWP-3-K.
3.6. Perumusan Dokumen Final
3.6.1. Kegiatan
Kelompok Kerja menyempurnakan Dokumen Antara Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RSWP-3-K) menjadi Draft Final Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RSWP-3-K).
3.6.2. Hasil Kegiatan
a. Draft Final Dokumen Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RSWP-3-K)
b. Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut berisi rencana dan jadwal kegiatan hingga diperolehnya penetapan Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RSWP-3-K) dalam bentuk Peraturan Gubernur atau Peraturan Bupati/ Walikota sesuai kewenangannya.
3.7. Penetapan
3.7.1. Prosedur Penetapan Penyusunan Rencana Strategis WP3K.
Dalam dua minggu setelah pertemuan Pokja pembahasan dokumen final Rencana Strategis WP-3-K, Ketua Pokja harus melaporkan proses dan hasil yang telah dilaksanakan dalam penyusunan dokumen RSWP-3-K kepada Gubernur/ Bupati/ Walikota yang selanjutnya meminta saran/tanggapan Gubernur/Bupati/Walikota terhadap dokumen dimaksud.
Setelah menerima hasil laporan dari Ketua Pokja terhadap dokumen final Rencana Strategis WP-3-K Kabupaten/Kota, Bupati/walikota menyampaikan dokumen final RSWP-3-K kepada gubernur dan Menteri, untuk mendapatkan tanggapan dan/atau saran. Untuk Dokumen RSWP-3-K Provinsi, Gubernur menyampaikan dokumen final RSWP-3-K provinsi kepada Menteri dan bupati/walikota di wilayah provinsi yang bersangkutan, untuk mendapatkan tanggapan dan/atau saran.
Menteri, gubernur atau bupati/walikota memberikan tanggapan dan/atau saran terhadap dokumen final RSWP-3-K tersebut dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung mulai sejak diterimanya dokumen RSWP-3-K secara lengkap. Dokumen RSWP-3-K dapat diberlakukan secara definitif apabila dalam jangka waktu tersebut tanggapan dan/atau saran tidak dapat dipenuhi/diperoleh. Tanggapan atau saran perbaikan yang diperoleh dari Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota akan dipergunakan sebagai bahan penyempurnaan dokumen final RSWP-3-K.
Dokumen RSWP-3-K yang telah mendapatkan masukan dari Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota disampaikan kembali oleh Gubernur/Bupati/Walikota kepada ketua Pokja untuk diakomodir dalam dokumen rencana strategis tersebut. Setelah masukan telah diakomodir, Ketua Pokja mengirimkan surat permohonan penetapan beserta dokumen RSWP3K kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk ditetapkan dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan Bupati/ Walikota sesuai kewenangannya.
3.7.2. Proses Penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur/ Bupati/Walikota RSWP-3-K.
Setelah RSWP-3-K mendapatkan masukan dari Menteri/ Gubernur/ Bupati/ Walikota, Ketua Pokja beserta tim mempersiapkan Rancangan Peraturan Gubernur/ Bupati/ Walikota tentang RSWP3K. Draft Rancangan peraturan yang telah disusun bersama dibahas bersama intansi terkait dengan mengundang Biro Hukum Pemda. Final Rancangan Peraturan tersebut disampaikan secara resmi oleh Ketua Pokja kepada Biro Hukum Pemda untuk diberi masukan/diharmonisasikan.
3.7.3. Proses Penyebarluasan RSWP-3-K
Setelah dikeluarkannya Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota tentang RSWP-3-K, dokumen tersebut dicetak dan disebarluaskan secara resmi. Penyebarluasannya dapat dilaksanakan melalui tiga cara, yaitu:
a. Kepala Daerah dan/atau instansi yang berwenang menyampaikan dokumen RSWP-3-K secara resmi kepada publik, dalam suatu acara khusus, jumpa pers atau pertemuan lainnya.
b. Ketua Pokja melakukan suatu jumpa pers atau pertemuan khusus yang menjelaskan tujuan utama dari RSWP-3-K dan merinci beberapa salinan yang dibuat.
c. Menyampaikan salinan RSWP-3-K ini melalui pos kepada pihak yang terkait. Salinan tersebut harus dikirim kepada semua instansi terkait di Daerah Propinsi atau Kabupaten/Kota yang terlibat selama masa penyiapan konsep ini.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah harus menyiapkan salinan RSWP-3-K yang cukup sebagai persediaan untuk dibagikan kepada pihak yang memerlukannya (LSM, investor, lembaga pendidikan). Oleh karena RSWP-3-K ini mengikat kepada semua instansi di daerah, maka dokumen ini harus dipakai sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dan penyusunan anggaran proyek. Pokja akan menindaklanjuti pelaksanaan dalam hal ini.
3.8. Pemantauan dan Evaluasi
Ketua Pokja menyampaikan laporan tentang kemajuan pelaksanaan RSWP-3-K ini yang harus menguraikan antara lain :
b. Hasil pemantauan dari setiap kebijakan dalam RSWP-3-K tersebut; dan c. Segala masalah khusus dan pelaksanaannya untuk mengatasi masalah
tersebut.
Secara tahunan Ketua Pokja harus menyampaikan laporan yang disajikan pada pertemuan tidak lebih dari 2 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran (misalnya bulan Februari setiap tahun). Salinan laporan tahunan tersebut didistribusikan kepada instansi terkait.
RSWP-3-K Daerah perlu ditinjau kembali lima tahun sekali secara teratur dan direvisi mengikuti perkembangan zaman dan dinamika pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Tinjauan lima tahun merupakan bagian dari proses perencanaan pembangunan lima tahun, yang perlu dilakukan untuk mensinkronkan RSWP-3-K dengan rencana pembangunan lainnya. Tinjauan ini akan memberikan kesempatan untuk mengkaji kembali dan memperbaharui Tujuan dan Strategi Kebijakan Daerah dan melibatkan komunikasi dengan semua unsur terkait. Tinjauan lima tahun dilaksanakan dibawah arahan Ketua Pokja.
Tinjauan periodik dapat diperlukan saat muncul isu-isu baru atau proyek baru atau saat diperolehnya pengalaman baru selama pelaksanaan RSWP-3-K tersebut dan bentuk tinjauan tersebut memfokuskan diri utamanya pada keberadaan kebijakan khusus dan diprakarsai oleh Ketua Pokja. RSWP-3-K dapat direvisi dan harus mengikuti proses yang sama sebagaimana pembuatan suatu RSWP-3-K. Sebagaimana umumnya suatu revisi, alasan untuk perubahan/tambahan harus didokumentasikan dan dikonsultasikan dengan semua pihak yang berkepentingan. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilalui untuk melaksanakan RSWP-3-K secara efektif dan memantau kemajuan kerja berdasarkan target dan indikator kinerja. Program pemantauan dapat dilakukan melalui kontrak konsultan, atau suatu posisi yang ditunjuk oleh Bappeda atau instansi lainnya. Setelah RSWP-3-K disahkan, maka perlu dilaksanakan lokakarya pelatihan secara periodik terhadap isinya begitu juga dengan seminar-seminar pemantauan kinerja untuk instansi-instansi kunci dan para pemangku kepentingan.
3.9. Rincian Waktu Penyusunan Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Waktu yang dibutuhkan untuk proses penyusunan Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K) kurang lebih selama 5 (lima) bulan, yang terdiri dari tahap-tahap pembentukan kelompok kerja, penyusunan dokumen awal, konsultasi publik, penyusunan dokumen antara, konsultasi publik, perumusan dokumen final, dan penetapan. Sedangkan RSWP3K membutuhkan waktu antara 4 (empat) bulan sampai dengan 12 (dua belas) bulan untuk proses legalisasi rencana strategis wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Secara diagramatik, rincian tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.