• Tidak ada hasil yang ditemukan

8 Penetapan Kawasan Lindung Rawan Bencana di Kota Malang

Dalam dokumen PENDAHULUAN 1. Executive Summary (Halaman 28-43)

B. Kebutuhan Penanganan Kawasan Rawan Bencana Banjir di Kota Malang Di Kota Malang banjir lebih banyak disebabkan oleh pendangkalan sungai, penyempitan dimensi sungai karena sempadan sungai digunakan beralih fungsi menjadi permukiman penduduk. Untuk itu, kebutuhan penanganan untuk mengurangi banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat banjir yaitu penertiban permukiman yang berada di sempadan sungai, pengendalian sempadan bangunan untuk mempertahankan fungsi sungai sebagai penampung aliran air hujan serta perbaikan penampang sungai atau normalisasi dengan melebarkan sungai atau memperdalam (pengerukan) sungai dan pembuatan tanggul. Pengertian normalisasi sungai sering dilakukan dengan meluruskan sungai, melebarkan sungai, atau memperdalam penampang, dengan maksud agar aliran air lebih cepat dan kapasitas sungai dalam menampung air menjadi lebih besar.

2.4 Kawasan RTH Kota

2.4.1 Penetapan Dan Kebutuhan Penanganan RTH Jalur Jalan Di Kota Malang

Adapun lokasi ruas jalan yang memiliki RTH Jalur Jalan yang perlu dipertahankan keberadaannya dan ditetapkan sebagai kawasan lindung diantaranya adalah sebagai berikut.

 RTH Jalur Hijau Jalan dengan Fungsi Peneduh

Meliputi Jl. Besar Ijen, Jl. Bandung-Jl.Veteran- Jl. Yogyakarta, sekitar kawasan Jl. Surabaya, Jl. Bogor, Jl. Jakarta, Jl. Merbabu, Jl. Panglima Sudirman, Jl. Tumenggung Suryo serta taman Jl. Kali Mewek, Taman Serayu, Taman Ciujung, Taman Cisadea, dan Taman Cidurian.

 RTH Jalur Hijau Jalan dengan Fungsi Penyerap Polusi Udara

Meliputi seluruh ruas jalan di Kota Malang yang memiliki ruang terbuka hijau baik berada pada posisi kiri, kanan, tengah jalan serta dapat berupa pulau jalan, median jalan, dan buffer koridor.

 RTH Jalur Hijau Jalan dengan Fungsi Penyerap Kebisingan

Meliputi koridor jalan yang memiliki akses menuju kawasan industri yang notabenenya jalan tersebut dilalui oleh kendaraan berat dan koridor jalan yang memiliki intensitas kendaraan padat.

 RTH Jalur Hijau Jalan dengan Fungsi Pemecah Angin

Meliputi koridor jalan yang memiliki kondisi sekitar berupa ruang terbuka yang terhampar cukup luas sehingga berpotensi menimbulkan tiupan angin kencang, seperti hamparan sawah, pesisir pantai, sungai dengan lebar lebih dari 10 meter.

 RTH Jalur Hijau Jalan dengan Fungsi Pembatas Pandang

Meliputi Jl. Mayjend Panjaitan, Jl. Brigjen Slamet Riyadi, Jl. Besar Ijen, Jl. Retawu, dan Jl. Panglima Sudirman.

Meliputi Jl. Raya Dieng, Jl. Raya Langsep, Jl. Besar Ijen, Jl. Danau Toba, Jl. Danau Kerinci Raya, Jl. Galunggung, dan Jl. Veteran.

 RTH Jalur Hijau Jalan dengan Fungsi Pengarah Pandangan

Meliputi persimpangan Jl. Besar Ijen ke arah jalan terusan Jl. Surabaya- Jl.Guntur dan Jl. Buring, persimpangan Jl. Besar Ijen ke arah Jl. Bandung, persimpangan Jl. Besar Ijen ke arah Jl. Kawi, dan persimpangan Jl. Hamid Rusdi serta taman bundaran Jl. Panglima Sudirman dan Taman Segitiga Arjosari.

Kebutuhan penanganan dilakukan pada RTH Jalur Jalan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung Kota Malang. Kebutuhan penanganan pada RTH Jalur Jalan di Kota Malang didasarkan pada kondisi potensi permasalahan eksisting yang ada serta pada masing- masing karakteristik fungsi RTH Jalur Jalan. Adapun kebutuhan penanganannya adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 6 Kebutuhan Penanganan RTH Jalur Jalan di Kota Malang No. Karakteristik Fungsi RTH Jalur

Jalan Kebutuhan Penanganan

Pada Jalur Tanaman Tepi

1 Sebagai Peneduh  Pemangkasan ranting di area pejalan

kaki untuk memenuhi kebutuhan ruang bebas dari juntaian ranting dan dahan pohon sekitar 2,5 m dari permukaan tanah

2 Penyerap Polusi Udara  Pemeliharaan/ perawatan secara

berkala pada tanaman pohon yang baru direncanakan sebagai RTH Jalur Jalan

 Melakukan seleksi pada jenis pohon yang sudah tidak lagi memiliki ketahanan tinggi terhadap pengaruh udara dan kemudian mengganti dengan calon tanaman pohon baru bermassa daun padat

3 Penyerap Kebisingan  Menerapkan pola penempatan vegetasi

bergilir antara pohon bermassa daun rapat dan pohon perdu/semak

 Menempatkan vegetasi dengan

berbagai bentuk tajuk dengan pola tanam rapat

4 Pemecah Angin  Menerapkan pola tanam berbaris dan

berjarak rapat dengan kerapatan kurang dari 3 m

 Menempatkan tanaman pohon

bermassa daun rapat dan tinggi ± 4-5 m untuk koridor jalan yang bersebelahan dengan area terbuka cukup luas

No. Karakteristik Fungsi RTH Jalur Jalan

Kebutuhan Penanganan

kurang dari 3 m Pada Jalur Median

6 Penahan Silau Lampu

Kendaraan Menerapkan pola tanam berjarak rapat dengan kerapatan kurang dari 1 m

 Menempatkan vegetasi dengan

berbagai bentuk tajuk dan tanaman perdu/semak dengan ketinggian maksimal 1,5 m

Pada Area Tikungan dan Persimpangan

7 Pengarah Pandangan  Pemangkasan pada cabang, dahan,

dan ranting yang dapat menghalangi pandangan pengguna jalan

Sumber : Hasil kajian dan analisa, 2013

2.4.2 Penetapan Dan Kebutuhan Penanganan RTH Taman, Monumen, Gerbang Kota Malang

Berdasarkan kriteria RTH Taman dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan RTH Di Kawasan Perkotaan serta berdasarkan masterplan RTH Kota Malang yang telah disusun pada tahun 2012, maka penetapan RTH Taman Kota, Monumen, dan Gerbang Kota di Kota Malang yang sekaligus akan direncanakan pengembangannya tiap BWK adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 7 Penetapan RTH Taman Kota, Monumen, Gerbang Kota di Masing- masing BWK Kota Malang

No. Bagian Wilayah

Kota Nama/Jenis RTH Luas (M²)

1 BWK Malang Barat RTH Taman Kelurahan

Karangbesuki 297.000

RTH Taman Kelurahan Mulyorejo RTH Taman Kelurahan Bandulan RTH Taman Kelurahan

Bandungrejosari

RTH Taman Kelurahan Bakalan Krajan

RTH Taman Supit urang Kelurahan

Mulyorejo 159.200

2 BWK Malang

Tengah Taman cimacam Taman Segitiga Pekalongan 1.114 346

Taman Cibogo 2.604

Taman Terusan Cikampek 1.619

Taman Cikampek 197

Taman Alun-alun Merdeka 23.970

Taman Choiril Anwar 43

Taman alun-alun tugu 10.923

No. Bagian Wilayah Kota Nama/Jenis RTH Luas (M²) Taman Trunojoyo 5.840 Taman Ronggowarsito 3.305 Taman Adipura/Arjuna 395 Taman TGP 201 Taman Melati 210

Taman Simpang Balapan 1.810

Taman Wilis 700

3 BWK Malang Timur RTH Taman Kota Velodrom 4 ha

RTH Taman Kecamatan berupa taman bermain dan lapangan

10 ha RTH taman kelurahan berupa

taman bermain dan lapangan

7 ha 4 BWK Malang Utara Taman tata surya di Kelurahan

Tlogomas

- Taman Soekarno Hatta di

Kelurahan Jatimulyo -

Taman Puspo di Kelurahan

Lowokwaru -

Taman Sarangan -

Taman sarangan dan Taman Soekarno Hatta di Kelurahan Mojolangu

-

Tanah Kosong di Kelurahan Tulusrejo

-

5 BWK Malang

Tenggara

RTH taman kecamatan yang meliputi seluruh taman bermain dan taman lingkungan

17 ha

RTH taman Kelurahan yang meliputi seluruh taman bermain dan taman lingkungan

11 ha

6 BWK Malang Timur Laut

Taman Kali Mewek 5.002

Taman Serayu 135

Taman Cidurian 350

Taman Ciujung 160

Taman Cisadea 1.005

Sumber : Masterplan RTH Kota Malang, 2012

Pengembangan taman kota menerapkan konsep kenyamanan lingkungan kota. Taman kota diupayakan memiliki perlindungan terhadap ekosistem Kota Malang, memberikan nilai keindahan, kebersihan, dan dapat sebagai rekreasi masyarakat kota. Taman kota secara idealnya memiliki pembagian ruang aktif dan pasif. Ruang pasif digunakan sebagai habitat tanaman sedangkan ruang aktif digunakan sebagai area rekreasi, bermain, dan berolahraga yang juga ditumbuhi oleh tanaman peneduh. Taman kota yang akan dikembangkan juga harus memiliki elemen lembut dan elemen keras.

yang terlihat dari adanya kesan kesatuan merupakan upaya untuk memunculkan kesan utama, karakter atau identitas melalui unity yang terjadi, karakter taman dapat terlihat dengan jelas. Sebagai contoh taman yang memiliki karakter sebagai taman bermain, taman rumah, taman formal, taman tropis, taman sebagai gerbang kota.

2.4.3 Penetapan Dan Kebutuhan Penanganan RTH Lapangan Olahraga Dan Makam Untuk penetapan RTH makam dan lapangan olahraga di Kota Malang dalam naskah akademis ini akan mengacu pada masterplan RTH Kota Malang yang telah disusun pada tahun 2012. Adapun penetapan kawasan lindung RTH Makam dan lapangan olahraga di Kota Malang adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 8 Jenis dan Lokasi RTH Makam dan Lapangan Olahraga di Masing- masing BWK Kota Malang

No Bagian Wilayah Kota

Jenis dan Lokasi RTH

RTH Lapangan OLahraga RTH Makam

1 BWK Malang Utara  Lapangan di

Kelurahan Dinoyo  Lapangan di Kelurahan Tlogomas  Lapangan di Kelurahan Ketawanggede  Lapangan di Kelurahan Sumbersari  Lapangan di Kelurahan Lowokwaru  Lapangan di Kelurahan Jatimulyo  Pemakaman umum di Kelurahan Sumbersari  Pemakaman umum di Kelurahan Tunggulwulung  Pemakaman umum di Kelurahan Tlogomas  Pemakaman umum di Kelurahan Lowokwaru  Pemakaman umum di Kelurahan Mojolangu  Pemakaman umum di Kelurahan Tulusrejo  Pemakaman umum di Kelurahan Tasikmadu 2 BWK Malang Tengah  Kompleks GOR Gajayana,  Lapangan segitiga Jaksa Agung Suprapto  Lapangan Tretes Selatan  Lapangan simpang ijen  Lapangan belakang Jl. Brigjen Slamet Riyadi  Makam Betek  Makam Pejuang Pelajar  Makam Samaan  Makam Mergan  Makam Gading  Taman Makam Pahlawan Suropati  Taman Makam Pahlawan Trip

No Bagian Wilayah Kota

Jenis dan Lokasi RTH

RTH Lapangan OLahraga RTH Makam

 Lapangan simpang pattimura  Lapangan di Jl. Mangga  Lapangan kompleks perumahan Taman Indah Ijen  Lapangan di Jl. Jeruk 3 BWK Malang Timur  GOR velodrom

 Lapangan olahraga pada tiap pusat pelayanan blok  Makam Ki Ageng Gribig  Makam umum di Kelurahan Sawojajar  Makam umum di Kelurahan Madyopuro  Makam umum di Kelurahan Cemorokandang  Makam umum di Kelurahan Lesanpuro  Makam umum di Kelurahan Kedungkandang 4 BWK Malang Barat  Lapangan olahraga

di Kelurahan Bandulan  Lapangan olahraga di Kelurahan Tanjungrejo  Lapangan olahraga di Kelurahan Pisangcandi  Lapangan olahraga di Kelurahan Karangbesuki  Pemakaman umum di Jl. Dr. Sutomo Kelurahan Bakalanrejo  Pemakaman umum di Jl. Jupri Kelurahan Tanjungrejo  Pemakaman umum di Jl. Pisangcandi Kelurahan Pisangcandi  Pemakaman umum di Jl. Candi Kelurahan Karangbesuki 5 BWK Malang Tenggara  Perumahan Sawojajar  Perumahan puncak buring  Perumahan Casablanca

 Perumahan oma view

 Perumahan dirgantara  Pemakaman kelurahan bandungrejosari  Pemakaman kelurahan Bumiayu  Pemakaman kelurahan Kota Lama  Pemakaman

No Bagian Wilayah Kota

Jenis dan Lokasi RTH

RTH Lapangan OLahraga RTH Makam kelurahan Mergosono  Pemakaman kelurahan Tlogowaru  Pemakaman kelurahan sukun  Pemakaman kelurahan wonokoyo  Pemakaman kelurahan gadang  Pemakaman kelurahan arjowinangun  Pemakaman kelurahan buring  Pemakaman kelurahan kebonsari 6 BWK Malang Timur

Laut Lapangan Kelurahan Bunulrejo

 Lapangan Kelurahan Arjosari  Lapangan Kelurahan Blimbing  Lapangan Kelurahan Polowijen  Lapangan Kelurahan Purwodadi  Lapangan Kelurahan Purwantoro  Lapangan Kelurahan Pandanwangi  Lapangan Kelurahan Kesatrian  Lapangan Kelurahan Jodipan  Pemakaman umum Kelurahan Arjosari  Pemakaman umum Kelurahan Balearjosari  Pemakaman umum Kelurahan Bunulrejo  Pemakaman umum Kelurahan Blimbing  Pemakaman umum Kelurahan Jodipan  Pemakaman umum Kelurahan Pandanwangi  Pemakaman umum Kelurahan purwantoro  Pemakaman umum Kelurahan purwodadi

Sumber : Masterplan RTH Kota Malang, 2012

Lapangan olahraga di Kota Malang dikembangkan sebagai sarana ruang terbuka yang memiliki fungsi sosial aktif. Pengembangan lapangan olahraga diarahkan pada peningkatan kualitas visual tanaman dengan penataan pohon yang tidak mengganggu kegiatan olahraga didalamnya. Tanaman yang diletakan

berupa pohon peneduh yang memiliki ketinggian relatif tinggi dan ditempatkan di sekeliling lapangan atau mengelompok di beberapa sudut lapangan.

Berdasarkan penetapan RTH Makam dan Lapangan Olahraga tersebut di atas serta melalui perhitungan peta GIS maka diperoleh luasan keseluruhan kawasan lindung RTH Kota untuk jenis makam dan lapangan olahraga di tiap BWK Kota Malang adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 9 Luas Kawasan Lindung RTH Kota Berupa Makam dan Lapangan Olahraga Tiap BWK Kota Malang

No. BWK Kota Malang Luasan Kawasan Lindung (Ha)

Makam Lapangan

Olahraga

1 BWK Malang Utara ± 21,72 ± 15,17

2 BWK Malang Timur ± 5,81 ± 14,47

3 BWK Malang Tengah ± 8,21 ± 9,64

4 BWK Malang Timur Laut - -

5 BWK Malang Barat ± 4,46 ± 2,67

6 BWK Malang Tenggara ± 0,06 ± 3,21

Jumlah ± 40,30 ± 45,18

Sumber : Hasil Perhitungan Peta GIS, 2013

2.4.4 Penetapan Dan Kebutuhan Penanganan RTH Hutan Kota Dan Taman Bibit Penetapan RTH hutan kota dan taman bibit pada dasarnya tetap mengacu pada masterplan RTH Kota Malang yang telah disusun pada tahun 2012. Adapun penetapan lokasi kawasan RTH hutan kota dan taman bibit di Kota Malang adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 10 Lokasi RTH Hutan Kota dan Taman Bibit di masing- masing BWK Kota Malang

No. Bagian Wilayah Kota Lokasi RTH Hutan Kota dan Taman Bibit

1 BWK Malang Utara -

2 BWK Malang Tengah  Hutan Kota Malabar

 Hutan Kota Jakarta

 Hutan Kota Kediri

 Hutan Kota Trunojoyo

 Hutan Kota Ronggowarsito

 Taman Bibit Garbis

3 BWK Malang Timur  Hutan Kota Kecamatan

Kedungkandang

4 BWK Malang Barat -

5 BWK Malang Tenggara  Hutan kota di Kelurahan Arjowinangun

 Hutan kota di Kelurahan Kebonsari

 Hutan kota di Kelurahan Gadang

 Hutan kota di Kelurahan Buring 6 BWK Malang Timur Laut -

Pengembangan hutan kota diterapkan dengan konsep sebagai area resapan air dan pengendali iklim mikro di Kota Malang. Penerapan ruang terbuka hijau berupa hutan kota diarahkan sesuai dengan bentuk dan lokasi pengembangan. Bentuk hutan kota yang akan dikembangkan adalah hutan kota bergerombol dan hutan kota jalur. Penanaman tanaman diterapkan dengan tingkat kerapatan sedang dan memiliki ketinggian yang bervariasi.

2.4.5 Penetapan Dan Kebutuhan Penanganan RTH Pengaman Jalur Kereta Api Berdasarkan kriteria RTH Taman dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan RTH Di Kawasan Perkotaan serta berdasarkan hasil kajian analisa dan kesepakatan dengan tim teknis, penetapan sempadan jalur kereta api di Kota Malang adalah sebagai berikut.

 Jalan Kereta Api Lurus

Mengingat jalur kereta api yang melintasi Kota Malang melintang dari utara ke selatan direncanakan pengembangannya sebagai jalur ganda (double track) maka untuk jalan kereta api lurus sempadan jalur ditetapkan 11 meter yang diukur dari as jalur terdekat ke arah kanan dan kiri.

 Jalan Kereta Api Berkelok

Berbeda halnya dengan jalan kereta api lurus, untuk sempadan jalan rel kereta api berkelok dengan lengkungan ke dalam ditetapkan 23 meter atau lebih sedangkan sempadan jalan rel kereta api yang memiliki lengkung ke luar ditetapkan 11 meter atau lebih.

Setelah adanya penetapan sempadan jalur kereta api seperti yang telah dijabarkan di atas, ditetapkan pula kriteria garis sempadan jalur rel kereta api yang dapat dimanfaatkan untuk RTH. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut. (1) Garis sempadan jalan rel kereta api adalah ditetapkan dari as jalan rel terdekat

apabila jalan rel kereta api lurus

(2) Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak di tanah timbunan diukur dari kaki tanggul

(3) Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak di dalam galian, diukur dari puncak galian tanah atau atas serongan

(4) Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak pada tanah datar diukur dari as jalan rel kereta api

(5) Garis sempadan jalan rel kereta api pada belokan adalah lebih dari 23 meter diukur dari lengkung dalam sampai as jalan. Dalam jalur tanah yang bebas, yang secara berangsur angsur melebar dari jarak lebih dari 11 sampai lebih dari 23 meter. Pelebaran tersebut dimulai dalam jarak 20 meter di muka lengkungan untuk selanjutnya menyempit lagi sampai jarak lebih dari 11 meter.

(6) Garis sempadan jalan rel kereta api yang dimaksud pada poin 1 tidak berlaku apabila jalan rel kereta api terletak di tanah galian yang dalamnya 3,5 meter (7) Garis sempadan jalan perlintasan sebidang antara jalan rel kereta api dengan

jalan raya adalah 30 meter dari as jalan rel kereta api pada titik perpotongan as jalan rel kereta api dengan as jalan raya dan secara berangsur angsur menuju pada jarak lebih dari 11 meter dari as jalan rel kereta api pada titik 600 meter dari titik perpotongan as jalan kereta api dengan as jalan raya.

Berdasarkan penetapan garis sempadan jalan rel kereta api tersebut di atas serta melalui perhitungan peta GIS maka diperoleh luasan keseluruhan kawasan lindung RTH Kota untuk RTH pengaman jalur kereta api di tiap BWK Kota Malang adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 11 Luas Kawasan Lindung RTH Kota Berupa Pengaman Jalur Kereta Api Tiap BWK Kota Malang

No. BWK Kota Malang Luasan Kawasan

Lindung (Ha)

1 BWK Malang Utara -

2 BWK Malang Timur -

3 BWK Malang Tengah ± 10,08

4 BWK Malang Timur Laut ± 14,87

5 BWK Malang Barat ± 12,22

6 BWK Malang Tenggara ± 2,03

Jumlah ± 39,22

Sumber : Hasil Perhitungan Peta GIS, 2013

Sempadan yang disyaratkan untuk daerah milik jalur adalah 12 meter, sehingga kebutuhan penanganan untuk memperoleh sempadan rel kereta api yang nantinya akan diperuntukkan sebagai RTH jalur pengaman rel sesuai standar beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 12 Kebutuhan Penanganan RTH Jalur Kereta Api di Kota Malang

No. Kondisi Lingkungan Sekitar Jalur Rel Kereta Kebutuhan Penanganan Sempadan RTH Jalur Rel Kereta

1 Didominasi bangunan

permukiman dengan

kepadatan tinggi sepanjang jalur rel yang berada di wilayah Kota Malang bagian utara ke selatan melalui BWK Malang Tenggara

 Menyediakan lahan permukiman yang layak untuk resettlement bangunan rumah yang menempati sempadan rel

 Pengosongan lahan dari bangunan yang menempati sempadan rel

 Penghijauan lahan sempadan rel kereta

dengan melakukan penanaman

beberapa varietas vegetasi yang sesuai

2 Terdapat bangunan

pergudangan dengan luasan kavling yang cukup luas

 Mengembalikan status lahan KAI yang dipergunakan oleh pihak pribadi dengan mengukur ulang luasan kavling

No. Kondisi Lingkungan Sekitar Jalur Rel Kereta

Kebutuhan Penanganan Sempadan RTH Jalur Rel Kereta

dengan melakukan penanaman

beberapa varietas vegetasi yang sesuai 3 Didominasi areal persawahan

di sisi kanan dan kiri rel yang melintasi wilayah BWK Malang Tenggara

 Penanaman vegetasi yang memiliki karakteristik fungsi sebagai buffer atau pembatas antara areal persawahan

dengan sempadan rel yang

mempertimbangkan jarak dari sumbu rel adalah 5 m

 Mempertahankan sempadan rel kereta api yang masih memiliki RTH

Sumber : Hasil kajian dan analisa, 2013

2.4.6 Penetapan Dan Kebutuhan Penanganan RTH Pengaman Jalur Sutt

Pada dasarnya penetapan RTH pengaman jalur SUTT memiliki manfaat yang cukup banyak apabila dimplementasikan baik bagi keselamatan penduduk sekitar maupun bagi proses pengawasan atau pengamanan oleh pihak PLN. Namun kondisi yang ada di Kota Malang, beberapa jalur SUTT mellintasi wilayah perkotaan yang notabenenya sebagian besar penggunaan lahannya berupa permukiman dan perdagangan jasa. Sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi bahkan mengganggu jarak bebas minimum yang disyaratkan untuk pengamanan dan pengawasan jalur SUTT . Adapun beberapa usulan kebutuhan penanganan terkait RTH pengaman Jalur SUTT di Kota Malang dengan mempertimbangkan beberapa kondisi lingkungan sekitar diantaranya dapat dilihat pada tabel 2.9.

Berdasarkan penetapan RTH pengaman Jalur SUTT tersebut di atas serta melalui perhitungan peta GIS maka diperoleh luasan keseluruhan kawasan lindung RTH Kota untuk RTH berupa pengaman jalur SUTT di tiap BWK Kota Malang adalah sebagai berikut.

Tabel 2. 13 Luas Kawasan Lindung RTH Kota Berupa Pengaman Jalur SUTT Tiap BWK Kota Malang

No. BWK Kota Malang Luasan Kawasan

Lindung (Ha)

1 BWK Malang Utara ± 19,01

2 BWK Malang Timur ± 20,46

3 BWK Malang Tengah ± 28,75

4 BWK Malang Timur Laut ± 26,51

5 BWK Malang Barat ± 52,31

6 BWK Malang Tenggara ± 30,03

Jumlah ± 177,10

Tabel 2. 14 Kebutuhan Penanganan RTH Pengaman Jalur SUTT di Kota Malang No. Jenis SUTT Kondisi Lingkungan Sekitar Kebutuhan Penanganan 1 SUTT dengan Tegangan 70 KV  Penggunaan lahan sekitar berupa permukiman, bangunan perdgangan jasa, fasilitas umum dan olahraga

 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya bermukim di sekitar area jalur pengaman SUTT

 Mengendalikan intensitas bangunan dengan melihat kriteria ketinggian

bangunan yang diijinkan pada bagian bwah jalur pengaman SUTT

 Resettlement permukiman yang menempati/ berdiri tepat di area kaki tower SUTT

 Pengembangan RTH Pengaman Jalur SUTT dengan menerapkan konsep roof garden pada bangunan yang berada di bawah jalur SUTT

 Penggunaan lahan sekitar berupa areal persawahan, tegalan/ ladang, dan kebun.

 Menjaga konsistensi areal persawahan, ladang, kebun untuk tidak berubah menjadi lahan terbangun

 Melakukan pengawasan terhadap kondisi RTH sempadan sekitar jalur SUTT untuk mengantisipasi pemanfaatan ruang secara illegal

 Penghijauan dengan kriteria penanaman vegetasi yang tidak menimbulkan gangguan terhadap jaringan listrik serta menghindari bahaya terhadp penduduk sekitarnya dengan tetap mempertimbangkan jarak bebas minimum 2 SUTT dengan Tegangan 150 KV  Penggunaan lahan sekitar berupa permukiman, bangunan perdgangan jasa, fasilitas umum dan olahraga

 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya bermukim di sekitar area jalur pengaman SUTT

 Mengendalikan intensitas bangunan dengan melihat kriteria ketinggian

No. Jenis SUTT Kondisi Lingkungan Sekitar Kebutuhan Penanganan pengaman SUTT

 Resettlement permukiman yang menempati/ berdiri tepat di area kaki tower SUTT

 Pengembangan RTH Pengaman Jalur SUTT dengan menerapkan konsep roof garden pada bangunan yang berada di bawah jalur SUTT

 Penggunaan lahan sekitar berupa areal persawahan, tegalan/ ladang, dan kebun.

 Menjaga konsistensi areal persawahan, ladang, kebun untuk tidak berubah menjadi lahan terbangun

 Melakukan pengawasan terhadap kondisi RTH sempadan sekitar jalur SUTT untuk mengantisipasi pemanfaatan ruang secara illegal

 Penghijauan dengan kriteria penanaman vegetasi yang tidak menimbulkan gangguan terhadap jaringan listrik serta menghindari bahaya terhadp penduduk sekitarnya dengan tetap mempertimbangkan jarak bebas minimum

Sumber : Hasil Kajian dan Analisa, 2013

Dalam dokumen PENDAHULUAN 1. Executive Summary (Halaman 28-43)

Dokumen terkait