• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetrometer kerucut (cone penetrometer) Ada dua macam penetrometer kerucut, yaitu:

3. PENGAMBILAN DAN PERSIAPAN CONTOH TANAH

3.2. Penetrometer kerucut (cone penetrometer) Ada dua macam penetrometer kerucut, yaitu:

(a) Penetrometer tangan (hand-push penetrometer)

Penetrometer ini terdiri atas sebuah pegangan, sebuah cincin, dan alat pengukur putar (proving-ring dial gauge), sebuah kerucut, dan sebuah tongkat penggerak (Gambar 2). Ada dua ukuran kerucut (cone)

sesuai dengan masing masing tongkat, yaitu: (1) diameter kerucut 9,5 mm dengan diameter tongkat 12,8 mm, dan luas permukaan kerucut 1,3 cm2, digunakan pada tanah-tanah keras dan (2) diameter kerucut 15,9 mm dengan diameter tongkat 20,3 mm, dan luas permukaan kerucut 3,2 cm2 untuk tanah-tanah lunak. Cone atau kerucut terbuat dari stainless steel, halus, memiliki sudut 300.

Cara kerja penetrometer tangan sebagai berikut: Untuk lahan budi daya, lokasi pengukuran harus ditetapkan terlebih dahulu sehubungan dengan pengelolaan lahannya, karena dipengaruhi oleh topografi, jalur-jalur roda traktor, barisan-barisan tanaman, dan lain-lain. Posisi pengukuran sebagai berikut: (1) dalam barisan tanaman; (2) di atas punggung relief antar baris, sekitar 15 – 20 cm dari barisan tanaman; dan (3) di tengah-tengah antar barisan tanaman.

Operasional penetrometer laju konstan menggunakan konsep umum penetrometer tangan (hand push penetrometer) dari US. Corps of Engeeners. Akan tetapi, diperlukan beberapa pengukuran untuk kalibrasi penetrometer yang digerakkan secara mekanik.

Diameter kerucut (cone) yang lebih besar dari diameter tangkai penetrometer menghasilkan ketahanan gesekan halus, terbentuk antara tangkai penetrometer dan tanah. Beberapa penetrometer, khususnya yang mempunyai tambahan perlengkapan di atas kerucut memiliki daya yang diletakkan beberapa milimeter di atas kerucut (Armbruster et al.,

1990). Desain ini mengurangi ketahanan gesekan antara tangkai penetrometer dan tanah. Lubang yang terbentuk akibat ketahanan tangkai penetrometer dan tanah tergantung pada perubahan sifat-sifat tanah, dan lubang yang terbentuk selama penetrasi.

Gambar 2. Penetrometer tangan

(b) Penetrometer laju konstan (constant-rate penetrometer).

Cara penggunaan penetrometer laju konstan (constant-rate penetrometer) dapat menggunakan prosedur baku penetrometer tangan

(hand push penetrometer). Namun, diperlukan kalibrasi untuk alat tersebut. Sebagai contoh, pembacaan nol dapat diperoleh dengan mengikutsertakan kerucut dan tangkai penetrometer ke penetrometer laju konstan. Dalam berbagai kasus, untuk penyesuaian alat ini ke posisi nol tidak akan tercapai, dan pembacaan nol mungkin negatif akibat reaksi spontan dari berat kerucut dan tangkai penetrometer. Nilai penetrasi tanah harus dikoreksi ke pembacaan nol dengan cara menambahkan tenaga dorong tongkat, dan kerucut penetrometer untuk memperoleh tenaga positif, sehingga diperoleh total daya yang diaplikasikan ke tanah. 3.3. Penetrometer gesekan lengan (friction-sleeve cone

penetro-meter)

Berbagai macam penetrometer gesekan dirancang dan dibuat untuk kepentingan teknik. Para ahli tanah dan para peneliti bidang

pertanian lainnya belum sepenuhnya menggunakan penetrometer gesekan. Diameter kerucut yang dibuat biasanya lebih besar dari 35 mm, namun jarang dijumpai melebihi 80 mm. Penetrometer dengan diameter kerucut lebih besar menghasilkan sensitifitas rendah dalam menduga perubahan struktur tanah. Penetrometer gesekan telah digunakan secara luas dalam pemetaan tanah pada kedalaman tanah yang lebih dalam. Para ahli tanah menggunakan penetrometer gesekan dengan diameter kerucut lebih kecil untuk mempelajari perpanjangan akar dan struktur tanah, seperti yang dibuat oleh Barley et al. (1965) mempunyai diameter kerucut 3,0 mm. Berikut disajikan dua macam penetrometer kerucut gesekan lengan.

(a) Gesekan lengan kecil (small friction-sleeve)

Penetrometer gesekan lengan kecil dirancang oleh Barlet et al.

(1965) dilengkapi dengan kerucut bersudut 600 dan diameter dasar 3,74 mm. Kerucut terbuat dari bahan stainless steel, dan metode selengkapnya dapat dibaca dalam Bradford (1986)

(b) Gesekan lengan besar (large friction-sleeve)

Penetrometer gesekan lengan besar digunakan dalam teknik sipil. Sebagai contoh, unit penetrasi cone berukuran diameter 150 cm2 dan panjang tangkai 133,7 mm. Alat ini dioperasikan menggunakan peralatan dinamis atau statis, dan dapat dioperasikan sampai kedalaman 50-80 m, lebih besar dari penetrometer yang secara khusus digunakan dalam bidang pertanian. Penetrometer gesekan lengan besar dioperasikan dengan cara didorong dengan kecepatan 20 mm detik-1 menggunakan tenaga mekanik, hidraulik atau listrik.

Kedua macam penetrometer kerucut terdiri atas tangkai atau tongkat sebagai pusat dorong, yang digunakan untuk mendorong kerucut ke dalam tanah. Di sekeliling pusat tongkat terdapat lengan yang dapat bergerak dengan diameter luar lengan sama dengan diameter dasar kerucut. Barley et al. (1965) menggunakan dua cincin untuk mencatat ketahanan kerucut dan gesekan lengan, sementara Bradford et al. (1971) dan Voorhees et al. (1975) hanya mencatat ketahanan kerucut. Penetrometer ini mudah diadaptasikan, baik untuk penentuan di laboratorium maupun pengukuran di lapangan.

3.4. Penetrograf

Penetrograf adalah alat yang serupa dengan penetrometer, juga digunakan untuk mengukur ketahanan tanah. Namun, hasil pengukuran berupa grafik yang tergambar pada kertas grafik, yang perlengkapannya dipasang pada tangkai/tongkat penetrograf. Penetrograf terdiri atas tangkai atau batang, perlengkapan untuk memasang pias (kertas pengukur data ketahanan tanah), dan rod atau batang alat yang pada bagian ujungnya dipasang kerucut (cone). Kerucut (cone) terdiri atas berbagai ukuran, khususnya diameter kerucut, untuk digunakan sesuai dengan kondisi tanah atau jenis tanah yang diamati.

4. PENJELASAN (COMMENT)

Ketahanan penetrasi tanah dihitung dalam pascal, yaitu dengan membagi daya yang terbaca dengan luas penampang melintang kerucut

(cone). Tentukan nilai rata-rata ketahanan tanah (Pa) yang diperoleh pada setiap tambahan kedalaman tanah, dan hitung simpangan baku (standard deviation) dan koefisien variasi ketahanan tanah. Plot rata-rata ketahanan penetrasi tanah dan kedalaman tanah untuk setiap lokasi pengukuran (ordinat, kedalaman penetrasi, skala absis, ketahanan penetrasi). Satuan ketahanan tanah biasanya kilopascal atau megapascal.

Data penetrometer sangat berguna, jika tanah memiliki acuan kandungan air tanah seperti kapasitas lapang atau bila data kandungan air dan berat volume tanah juga tersedia untuk lokasi yang sama. Pengukuran penetrasi tanah pada kondisi kapasitas lapang sangat dianjurkan, karena kandungan air tanahnya sangat ideal bagi pertumbuhan tanaman.

Pada tanah keras atau kering yang mengandung kerikil atau batu-batuan, sulit untuk memperoleh hasil pengukuran penetrometer yang konsisten. Pada tanah berbatu-batu, pengukuran harus hati-hati, dan harus dijaga agar tidak merusak kerucut (cone) penetrometer, atau agar alat sensor daya tidak kelebihan tekanan.

Konsep umum cara penggunaan penetrometer dengan laju konstan

(constant-rate penetrometer) dapat menggunakan prosedur baku penetrometertangan (hand push penetrometer), namun diperlukan kalibrasi alat tersebut. Sebagai contoh, pembacaan nol dapat diperoleh dengan mengikutsertakan kerucut (cone) dan tangkai penetrometer laju konstan. Nilai penetrasi tanah dikoreksi dengan pembacaan nol, dengan menambahkan daya tekan tangkai penetrometer, dan kerucut penetrometer, agar diperoleh total daya yang dibutuhkan penetrometer masuk ke dalam tanah.

5. DAFTAR PUSTAKA

Armbruster, K., A. Hertwig, and H. D. Kutchbach. 1990. An improved design for cone penetrometer. J. Agric. Eng. Res. 46: 219-222 Barlet et al., 1965????

Barley, K. P., D. A. Furrell, and H. D. Kutzbach. 1965. The influence of soil strength on the penetration of loamy by plant roots. Aust. J. Soil Res. 3: 69-79

Bradford, J. M. 1986. Penetrability. p. 463-478. In A. Klute (Ed.). Methods of soil analyses. Parts 1. 2nd ed. Agron. Mongr. 9. ASA and SSSA. Madison. WI.

Bradford, J. M., D. A. Farrell, and W. E. Larson. 1971.Effect of soil overburden pressure on penetration of fine metal probes. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 35: 12-15

Durgunoglu, H. T., and J. K. Mitchell. 1975a. Static penetration resistance of soil; I. Analyses. p. 151-171. In Proc. Conf. on In Situ Measurement of Soil Properties. Vol. I Am. Civil Eng, New York.

Durgunoglu, H. T., and J. K. Mitchell. 1975b. Static penetration resistance of soil; II. Evaluation of theory and implications for practices. p. 172-189. In Proc. Conf. on In Situ Measurement of Soil Properties. Vol. I Am. Civil Eng, New York.

Lowery, B., and R. T Schuler. 1994. Duration and effects of compaction on soil and plant growth in Wisconsin. Soil Tillage. Res. 29: 205-210. Spangler. M. G. and R. L. Handy. 1982. Soil engineering. 4th Ed. Harper

and Row Publ. Harper and Row Publication.

Vepraskas, M. J. 1984. Cone index of loamy sands as influenced by pore size distribution and effective stress. Soil Sci. Soc. Am. J. 48: 1.220-1.225.

Voorhees, W. B., D. A. Furrel, and W. E. Larson. 1975. Soil strength and aeration effects on root elongation. Soil Sci. Soc. Am J. 39: 948-953.

8. PENETAPAN KEKUATAN