• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pluralisme Hukum dan Politik Hukum Dalam Waris Beda Agama A Konsep Pluralisme Hukum

B. Putusan Pengadilan Agama Medan dan Pengadilan Negeri Medan Terhadap Waris Beda Agama.

1. Pengadilan Agama Medan Tahun 2011-

Dari hasil penelitian penulis ke lapangan, penulis hanya menemukan satu perkara waris beda agama di Pengadilan Agama Medan yaitu perkara Nomor 9/Pdt.P/2016/PA.Mdn.

1. Landasan Hukum

Menimbang, bahwa pemohon mengajukan penetapan ahli waris, dimana status agama pemohon kecuali pemohon 1 dan pewaris pada saat meninggal dunia beragama Islam, maka berdasarkan Pasal 49 huruf (b) undang-undang No. 3 tahun 2006, sebagai perubahan kedua dari undang-undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang Nomor 50 tahun 2009, maka Peradilan Agama berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo.

Menimbang, bahwa di dalam dalil-dalil permohonannya, pada pokoknya pemohon memohon agar Pengadilan Agama menetapkan ahli waris dari almarhum UKA, untuk keperluan pengalihan hak dari harta peninggalan almarhum UKA kepada ahli warisnya, baik berupa harta bergerak maupun tidak bergerak terutama untuk pengurusan ke Bank, melakukan jual beli property dan untuk kepentingan yayasan Azam Sumatera.

Menimbang, bahwa terhadap surat-surat untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya tersebut secara formil dapat diterima karena telah memenuhi ketentuan formil pembuktian yakni telah dinazegelen dan dapat diperlihatkan aslinya di persidangan, (Vide Pasal 1888 KUHPerdata), sedangkan substansi semua surat bukti tersebut secara materil akan dipertimbangkan selanjutnya.

171 Ibid.

Menimbang, bahwa berdasarkan pemeriksaan di persidangan sesuai dengan pengakuan pemohon yang di perkuat dengan alat-alat bukti tertulis dan saksi-saksi yang diajukan oleh pemohon, maka majelis Hakim telah menemukan fakta-fakta hukum sebagai berikut :

1. Bahwa pemohon adalah istri yang sah dari almarhum UKA.

2. Bahwa dari perkawinannya tersebut telah dikaruniai satu orang anak bernama HFA bin UKA, umur 6 tahun.

3. Bahwa ungkap Aritonang telah meninggal dunia pada tanggal 10 desember 2015 di Singapura karena sakit;

4. Bahwa UKA sebelumnya pernah menikah dengan seorang perempuan bernama Nani Sembiring, beragama Kristen dan melahirkan 2 orang anak masing-masing bernama JCAdan HCA keduanya beragama Kristen.

5. Bahwa ibu almarhum UKA masih hidup dan beragama Kristen, sedangkan ayahnya sudah lama meninggal dan dalam keadaan beragama Kristen. 6. Bahwa almarhum UKA tidak mempunyai utang piutang yang belum

diselesaikan.

7. Bahwa almarhum mempunyai wasiat, namun wasiat tersebut oleh ahli warisnya sesuai dengan bunyi wasiat tersebut.

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 171 huruf (c), Kompilasi Hukum Islam di Indonesia yang menentukan bahwa “ ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam, dan tidak terhalang karena hukum untuk menjaadi ahli waris”.

Menimbang, bahwa dua orang anak almarhum Ungkap Aritonang yaitu JCA dan HCA beragama Kristen, oleh karena itu maka yang bersangkutan tidak dapat menjadi ahli waris dari almarhum ayahnya yang beragama Islam, namun demikian bukan berarti tidak bisa mendapatkan harta warisan, karena yang bersangkutan dapat memperoleh dengan jalan wasiat.

Menimbang, bahwa pemohon yang lain tidak terdapat fakta-fakta di persidangan yang dapat menghalangi dirinya sebagai ahli waris, sebagaimana dimaksud Pasal 173 Kompilasi Hukum Islam.

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa kelompok ahli waris terdiri dari menurut hubungan darah dan hubungan perkawinan dan apabila semuanya ada, maka yang berhak mendapatkan warisan adalah hanya anak, ayah, ibu, janda atau duda.

Menimbang, bahwa sejalan dengan ketentuan Pasal 174 ayat (1) dan (2) Kompilasi Hukum Islam (KHI), jo kaedah hukum dan kitab tafsir al-Ma’tsur Fi ‘Ilmi al-Faraidh, halaman 4, oleh majelis diambil alih sebagai pertimbangan hukum sebagai berikut :

ملاو لا مهوةثمخ مهنم نوثري نيزلاف ثاالاو روكزل ا عيمج عمتجا زا

جوزلاوا جوزلاو تنبللاو نبلاو

Artinya :

Apabila seluruh ahli waris berkumpul (dalam suatu pewarisan), maka yang berhak menerima harta warisan ada lima kelompok, yaitu : ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, suami atau istri.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka majelis Hakim berpendapat bahwa permohonan pemohon sesuai dengan maksud Pasal 49 huruf (b) undang-undang Nomor. 7 tahun 1989, tentang perubahan kedua dengan undang-undang Nomor. 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama jo. Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu permohonan pemohon agar ditetapkan sebagai ahli waris yang mustahaq dari almarhum UKA bin MA dapat dikabulkan.

Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini bersifat voluntair, maka sudah semua biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada para pemohon.

Mengingat, ketentuan perundang-undangan dan hukum Islam yang berkaitan dengan perkara ini.

Dari hasil putusan Pengadilan Agama Medan Nomor 9/Pdt.P/2016/PA.Mdn, dapat diketahui bahwa Majelis Hakim tidak membagi masing-masing bagian ahli waris karena perkara ini adalah penetapan ahli waris, bukan sengketa waris. Dan pemohon tidak memohon agar harta warisan dibagi namun hanya memohon ditetapkan pihak-pihak yang menjadi ahli waris.

Majelis menetapkan bahwa yang berhak sebagai ahli waris adalah SS Binti SA, sebagai istri dari pewaris dan HFA, sebagai anak laki-laki kandung, masing- masing beragama Islam. Sedangkan Anak kandung pewaris yang beragama Kristen yaitu HCA dan JCA berhak mendapatkan wasiat wajibah dari harta peninggalan ayahnya yang beragama Islam, masing-masing mendapatkan sebesar Rp. 500.000.000 dan telah dilaksanakan.

3. Amar Putusan

Dalam amar putusan Nomor. 9/Pdt.P/2016/PA.M.dn. Majelis Hakim Pengadilan Agama Medan menetapkan :

1. Mengabulkan permohonan pemohon

2. Menetapkan UKA bin MA, telah meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015.

3. Menetapkan ahli waris dari UKA adalah : - SS binti SA, sebagai istri

- HFA bin UKA, sebagai anak laki-laki kandung.

4. Membebankan biaya perkara kepada pemohon sejumlah Rp. 191.000.00 (seratus sembilan puluh satu ribu rupiah).

4. Argumentasi Hukum

- Berdasarkan Pasal 171 huruf c Kompilasi Hukum Islam, ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris, hal inilah sebabnya yang menjadi ahli waris adalah EG dan MS Binti KS yang masing-masing beragama Islam.

Berdasarkan Pasal 174 Kompilasi hukum Islam, bahwa kelompok ahli waris terdiri menurut hubungan darah dan hubungan perkawinan dan apabila semuanya ada, maka yang berhak mendapat warisan adalah hanya anak, ayah, ibu dan janda atau duda. Dan hal ini sesuai dengan kaidah tafsir al-Ma’tsur Fi ’ilmi al-Fara’idh halaman 4.

Berdasarkan Pasal 49 huruf b undang-undang Nomor. 3 tahun 2006 sebagai mana diubah dengan undang-undang Nomor. 7 tahun 1989, dan diubah dengan undang-undang Nomor. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama jo Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam, permohonan ini dapat dikabulkan.

Dan argumentasi terakhir adalah berdasarkan jenis perkara ini sebagai perkara bersifat voluntair, maka semua biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada para pemohon.

2.Pengadilan Negeri Medan Tahun 2011-2016 1. Landasan Teori

Dari hasil penelitian ke lapangan penulis menemukan satu perkara waris beda agama yang diselesaikan di Pengadilan Negeri medan yaitu perkara Nomor 152/Pdt.G/2014/PN Mdn. Dalam memeriksa dan memutus perkara waris di Pengadilan Negeri Medan ini terlihat Majelis Hakim menggunakan seluruhnya aturan hukum perdata dan tidak terdapat aturan hukum Islam, walaupun di dalam para pihak ada yang beragama Islam. Karena kalau kita cermati kewenangan Pengadilan Negeri adalah memeriksa dan memutuskan perkara perdata bagi pihak yang non muslim atau orang yang telah menundukkan diri kepadanya, oleh sebab itu menurut penulis dalam hal ini orang Islam yang di dalamnya telah menundukkan dirinya kepada aturan itu.

Ketika Majelis menolak petitum penggugat pada point yang ke-8, menurut majelis Hakim harus ditolak sebab belum terpenuhinya ketentuan dari Pasal : 19 RBg, SEMA N0. 3 tahun 2000.

Dalam konpensi Majelis mengambil landasan hukum Pasal 1963 KUHPerdata, bahwa seseorang dengan i’tikad baik memperoleh sesuatu barang tak bergerak, suatu bunga, atau suatu piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk,

dengan suatu bezit selama 20 tahun, memperoleh atasnya dengan jalan kadaluarsa. Bahwa seseorang dengan i’tikad baik menguasai sesuatu selama 30 (tiga puluh) tahun, memperoleh hak milik tanpa dapat dipaksa untuk menunjukkan alas haknya. Dan dikuatkan juga dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 499 K/Sip/1970. 2.Pembagian Harta Waris

Dalam perkara ini majelis hanya menetapkan para ahli waris yang sah (satu- satunya pihak yang berhak atas objek perkara berupa 1 unit rumah berikut tanahnya) dari almarhum AHS yaitu semua anaknya.

Selanjutnya Majelis memerintahkan untuk menyerahkan segala harta peninggalan pewaris seluruhnya dari pihak-pihak yang telah mengambil keuntungan padanya. Karena didalam perkara ini telah masuk pihak ketiga selain dari pada ahli waris yaitu pejabat yang terkait seperti camat dan pihak PPAT.

3. Amar Putusan

Dalam amar putusan No : 152/Pdt.G/2014/PN.Mdn. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan mengadili dalam putusannya :

1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian

2. Menyatakan Tergugat 1, tergugat II, dan tergugat III, melakukan tindakan melawan hukum (onrech matigedaad)

3. Menyatakan para ahli waris almarhum AHS yang terdiri dari : EAAS (tergugat II), HGS, NNS, MS, DS (penggugat), MAS dan ERYS, merupakan satu-satunya pihak yang berhak satu-satunya yang berhak atas obyek perkara berupa 1 unit rumah berikut tanah pertapakannya seluas 450 m2, dengan

sertifikat hak milik No. 1725/sempakata.

4. Menyatakan akte jual beli No : 02/3/AJB/-017/1997, tanggal 31 oktober 1997, tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

5. Menghukum tergugat 1 atau pihak-pihak yang memperoleh hak dari padanya untuk menyerahkan objek perkara dalam keadaan kosong dan baik tanpa syarat apapun kepada penggugat dan para ahli waris lainnya dari almarhum H. AHS.

6. Menghukum tergugat II dan tergugat III, untuk mematuhi putusan dalam perkara ini.

7. Menghukum tergugat 1, untuk membayar denda sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) setiap hari keterlambatan apabila tergugat 1, untuk mematuhi dalam perkara ini yang telah berkekuatan hukum.

8. Menolak gugatan penggugat selain dan selebihnya.

4.Argumentasi Hukum

Ketika dalam proses penyelesaian perkara ini Majelis hakim selalu beragumentasi dengan landasan hukum yang bersumber dari KUHPerdata (Pasal 1963), RBg (Pasal 197), SEMA (No. 3 Tahun 2000), Yurisprudensi Mahkamah Agung (No. 499 K/Sip/1970 dan Putusan RvJ Jakarta 13 Januari 1939.

Contohnya ketika menetapkan objek perkara yaitu sebidang tanah, karena tergugat 1 telah menguasai objek perkara selama + 24 tahun, maka Majelis mengambil ketentuan Pasal 1963 KUHPerdata yang intinya menyebutkan “siapa dengan i’tikad baik berdasarkan suatu alas hak yang sah, memperoleh suatu benda tak bergerak, suatu bunga, atau suatu piutang kain yang tidak harus dibayar atau tunjuk, memperoleh hak milik atasnya dengan jalan daluarsa dengan suatu penguasaan selama 20 tahun siapa yang dengan i’tikad baik menguasainya selama 30 tahun, memperoleh hak milik, dengan tidak dapat dipaksa untuk mempertunjukkan alas haknya.