• Tidak ada hasil yang ditemukan

II.8. Penyelesaian Pelanggaran HAM dalam taraf Internasional

II.8.2. Pengadilan Internasional

II.8.2.3. Pengadilan Campuran (Hybrid Tribunal)

Tidak seperti ICTY yang tidak mendapatkan dukungan penuh dari beberapa Negara tetangganya, ICTR justru mendapat dukungan penuh dari Negara-negara Afrika lainnya dan Negara-negara Eropa dalam mempercepat penuntutan kasus ini.

meningkatkan sumber daya kehakiman dan sistem hukum, di samping juga memasukkan personal dan norma internasional, memberi legitimasi, sumber-sumber, pengalaman, dan pengetahuan teknis.52

Pengadilan ini juga mencoba menjawab gap antara pengadilan internasional dan pengadilan nasional dan internasional. Seperti telah diketahui, masalah utama pengadilan nasional adalah kurangnya kredibilitas dan inkompeten, sementara pengadilan internasional memiliki keterbatasan dalam hal kewenangan dan mandat.53

1. Sistem Pengadilan United Nations Mission in Kosovo (UNMIK) atau The

UNMIK court system in Cosovo di Kosovo

Hingga tahun 2001, telah ada empat pengadilan campuran yang didirikan oleh PBB yaitu:

Didirikan oleh PBB dengan melibatkan UNMIK melalui Regulasi UNMIK 1999/24 dan Regulasi 2001/9 pada tanggal 15 Mei 2001. Pengadilan ini sendiri dibentuk setelah usainya perang antara Yugoslavia dengan North

Atlantic Treaty Organisation (NATO) dan kemudian Dewan Keamanan PBB

menyetujui suatu resolusi yang menyatakan bahwa Kosovo akan dipimpin oleh Misi PBB di Kosovo hingga status wilayah ini ditentukan.54

Dalam hal ini hakim internasional memainkan peranan penting dalam melindungi hakim lokal dari tekanan-tekanan dan pengaruh-pengaruh yang tidak semestinya, mencegah politisasi proses peradilan dan memberi kontribusi berupa kepercayaan yang lebih besar dari masyarakat kepada

52

Ibid. Halaman 12 53

Andrey Sujatmoko. Op. cit. Halaman 977 54

pengadilan. Kesemuanya itu dilakukan dengan tidak bertentangan dengan standar HAM internasional, dan hukum lokal juga aplikatif untuk kasus tersebut. Selain itu, pengadilan campuran juga memberi kesempatan untuk bertukar ide dan pengalaman-pengalaman terbaik di antara hakim-hakim dengan sistem hukum yang berbeda-beda.55

2. Panel Khusus atau Special Panels di Timor Leste

Dibentuk pada tahun 2000 dengan diawali dengan pembentukan The

United Nations Transitional Admnistration in East Timor (UNTAET) oleh

PBB berdasarkan kewenangan yang diatur dalam Bab VII Piagam PBB melalui Resolusi Nomor 1272 Tahun 1999. Keberadaan UNTAET sendiri memungkinkan rakyat Timor Leste untuk menentukan nasib sendiri melalui referendum setelah berada di bawah okupasi Indonesia sejak tahun 1975.

Special Panels sendiri berkedudukan di pengadilan distrik Dili yang terdiri

dari 2 pengadilan untuk tingkat pertama dan satu pengadilan banding. Yurisdiksi pengadilan ini meliputi: genocide, kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan, pembunuhan, kejahatan seksual, dan penyiksaan. Khusus mengenai kejahatan serius berupa pembunuhan dan kejahatan seksual, Special

Panels hanya memiliki yurisdiksi apabila kejahatan tersebut dilakukan dalam

periode 1 Januari 1999 hingga 25 Oktober 1999, sedangkan ratione loci-nya meliputi seluruh wilayah Timor Leste.56

55

Alberto Costi. “Hybrid Tribunal As A Valid Alternative To International Tribunals For The Prosecution of International Crimes”. http://www.victoria.ac.nz/nzcpl/HRRJ/vol3/costi.pdf .

Dalam mengadili kasus-kasus tertentu Panel Khusus memiliki yurisdiksi universal. Dalam melaksanakan yurisdiksinya Special Panels menerapkan hukum yang berlaku di Timor Leste sebelum tanggal 25 Oktober 1999 seperti KUHP, Regulations dan Directive UNTAET, serta ketentuan-ketentuan hukum internasional seperti Konvensi Jenewa dan Statuta Roma. Adapun majelis hakim yang bertugas di Special Panels terdiri dari dua hakim internasional dan satu hakim lokal. Mandat Special Panels sendiri telah berakhir tanggal 20 Mei tahun 2005 dengan berhasil membawa 84 terdakwa yang dinyatakan bersalah.57

3. Special Court for Sierra Leone (SCSL) di Sierra Leone58

Pengadilan ini dibentuk atas permintaan pemerintah Sierra Leone kepada Sekretaris Jenderal PBB. Permintaan tersebut dinyatakan oleh Presiden Sierra Leone Ahmad Tejan Kabbah dan kemudian juga ditegaskan oleh menteri kehakiman Sierra Leone. Selanjutnya pada 14 Agustus 2000, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi nomor 1315 yang meminta agar Sekretaris Jenderal PBB bernegosiasi dengan pemerintah Sierra Leone untuk membentuk pengadilan campuran. Perjanjian antara PBB dan pemerintah Sierra Leone untuk membentuk pengadilan campuran dinyatakan dalam suatu perjanjian bilateral yang ditandatangani pada tanggal 16 Januari 2002 di Freetown. Setelah itu, Parlemen Sierra Leone meratifikasi perjanjian

57

Ibid. Halaman 981 58

(agreement) dan memberlakukan undang-undang ratifikasinya (enacted

implementing legislation).

Adapun SCSL bekerja berdampingan dengan pengadilan nasional Sierra Leone. Kedua sistem pengadilan memiliki yurisdiksi yang sama (concurrent jurisdiction), namun SCSL memiliki kedudukan lebih tinggi (primacy) manakala SCSL secara formal meminta suatu pengadilan nasional Sierra Leone untuk menyerahkan kompetensinya kepada SCSL. SCSL sendiri memiliki kamar 1 dan kamar untuk banding dengan rasio hakim 2:1 untuk hakim internasional berbanding dengan hakim lokal. Yurisdiksi pengadilan ini sendiri terdiri atas: kejahatan kemanusiaan, pelanggaran terhadap pasal 3 Konvensi Jenewa 1949, Protokol Tambahan II Tahun 1977, pelanggaran-pelanggaran serius lainnya terhadap hukum humaniter internasional, kejahatan-kejahatan seksual terhadap anak perempuan, kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan penghancuran harta benda secara sengaja.

Selain itu, SCSL juga menggunakan ketentuan-ketentuan hukum nasional Sierra Leone seperti “The Prevention of Cruelty to the Children Act tahun 1926, Malicious Damage Act tahun 1861. Demikian pula dalam hal hukum acara dan pembuktian ICTR serta KUHAP Sierra Leone tahun 1965. SCSL memiliki yurisdiksi (temporal jurisdiction) dalam mengadili orang-orang yang paling bertanggung jawab atas pelanggaran serius hukum humaniter internasional dan hukum Sierra Leone yang dilakukan di Wilayah Sierra Leone sejak tanggal 30 November 1996. Mandat SCSL sendiri telah berakhir pada pertengahan tahun 2007

4. The Extraordinary Chambers di Kamboja

Pengadilan ini didirikan pada tahun 2003 berdasarkan perjanjian antara PBB dengan pemerintah Kamboja (Agreement between the UN and the

government of Cambodia) yang ditandatangani pada tanggal 6 Juni 2003. Chambers juga didirikan atas berdasarkan Law on the Establishment of the Extraordinary Chambers in the Courts of Cambodia (NS/RKM/081/2/12), Promulgated on 12 August 2002, as amended on 27 October 2004. Pengadilan

campuran ini berkedudukan di Phnom Penh.

Pengadilan ini dibentuk dengan adanya peristiwa pembantaian atas hampir seperempat penduduk Kamboja di bawah pemerintahan Khmer Merah. Pada tahun 1994, Parlemen Kamboja mengadopsi hukum yang melarang Khmer Merah untuk berorganisasi namun tetap memberikan kekebalan bagi anggota-anggota Khmer Merah dari penuntutan pidana. Pengadilan ini juga dikenal sebagai pengadilan campuran yang memiliki hakim nasional terbanyak dibandingkan pengadilan campuran sebelumnya (rasio hakim nasional : hakim internasional di Chambers adalah 3 : 2 sedangkan untuk

chambers tingkat banding adalah 4 : 3). Yurisdiksi dari pengadilan ini sendiri

terbatas dari segi waktu dan cakupan, pengadilan hanya dapat menuntut kejahatan yang terjadi antara kurun waktuu 17 April 1975 hingga 6 Januari 1979, yaitu hari terakhir sebelum penggulingan rezim Pol Pot, kemudian juga, hanya pemimpin-pemimpin senior mereka yang berasal dari Kamboja Demokratik dan yang paling bertanggung jawab atas kejahatan tersebut yang dapat dituntut. Dalam hal ini Kamboja juga membuat satu terobosan baru

Dokumen terkait