• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALAMAN DAN PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL

Dalam dokumen Learning Team Proceeding 1999 (Halaman 51-54)

Peta desa lokasi Proyek Pesisir di Sulawesi Utara

PENGALAMAN DAN PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL

1. Apakah yang dimaksud dengan early actions atau pelaksanaan awal? Early actions adalah kegiatan pengelolaan wilayah pesisir yang dilakukan sebelum tersusunnya suatu rencana pengelolaan (management plan). Pada umumnya, early actions merupakan aktivitas yang bersifat sederhana dalam jangka waktu pendek yang diupayakan mengarah pada penanganan masalah atau isu sederhana tapi penting dalam pengelolaan wilayah pesisir.

2. Mengapa early actions dilakukan? Early actions dilakukan untuk: a) memperkenalkan proyek pengelolaan wilayah pesisir kepada masyarakat; b) membangun dukungan masyarakat terhadap proyek dan program pengelolaan jangka panjang; dan c) mencoba/menguji pelaksanaan kegiatan pengelolaan dalam skala kecil.

3. Siapa yang merencanakan dan memprakarsai early actions? Early actions dapat diprakarsai baik oleh masyarakat maupun proyek. Proses pemilihan early actions yang diprakarsai oleh anggota masyarakat biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Siapa pencetus prakarsa early actions

tidak menjadi penting dalam pelaksanaan kegiatan ini. Yang lebih penting adalah bahwa masyarakat merasa memiliki kegiatan tersebut. Hal ini merupakan kunci keberhasilan suatu early actions.

4. Bagaimana early actions dipilih atau ditentukan? Early actions dipilih berdasarkan sejumlah kriteria yang telah ditentukan dengan jelas. Di Sulawesi Utara, kriteria early actions adalah kegiatan yang diperlukan untuk memecahkan masalah setempat yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir; kegiatan yang dilaksanakan dalam jangka waktu pendek (beberapa bulan); kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dimana masyarakat memberikan kontribusi, baik tenaga, waktu, material maupun finansial; kegiatan yang melibatkan partisipasi dan dukungan masyarakat luas, bukan kelompok tertentu saja. Di Sulawesi Utara, semua kegiatan early actions, baik yang diprakarsai oleh masyarakat maupun oleh proyek, usulannya selalu dikonsultasikan dengan masyarakat setempat.

5. Kegiatan early actions apa saja yang dipilih? Di Sulawesi Utara, kegiatan early actions yang dilaksanakan adalah penanaman mangrove, pengambilan bintang laut berduri atau Crown of Thorns (CoT), pelatihan pengawasan terumbu karang, pelatihan pengawasan garis pantai, pembangunan pusat informasi masyarakat dan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) pada lokasi-lokasi tertentu.

6. Bagamana kegiatan early actions dilaksanakan? Bagaimana kegiatan tersebut didanai? Masyarakat setempat atau Proyek Pesisir melalui petugas lapangnya (field extension officer) bekerjasama dengan masyarakat setempat melaksanakan kegiatan early actions. Masyarakat mempunyai kontribusi besar dalam semua kegiatan early actions, terutama dalam bentuk curahan tenaga kerja, penyediaan bahan/material atau penggunaan peralatan yang diperlukan bagi kegiatan early actions, misalnya perahu. Pada saat sumberdaya yang diperlukan untuk kegiatan early actions tidak

tersedia di tengah masyarakat atau lokasi setempat, maka pengadaan sumberdaya tersebut sebagian besar diupayakan oleh Proyek Pesisir. Pada akhir-akhir ini, Bappeda Tingkat I Propinsi Sulawesi Utara telah memberikan kontribusi berupa dana yang diperlukan untuk kegiatan early actions. Dana bantuan tersebut diberikan kepada masyarakat untuk dikelola dan digunakan masyarakat dalam pelaksanaan early actions. Penggunaan dana tersebut dilaporkan masyarakat kepada Proyek Pesisir.

7. Bagaimana keberhasilan early actions dinilai? Walaupun saat ini terlalu dini untuk menilai efektivitas dan mengkaji keberlanjutan kegiatan

early actions, hasil antara (intermediate results) yang ingin diperoleh dari kegiatan early actions sudah tercapai. Misalnya dengan terbentuknya kelompok-kelompok pemonitor lingkungan. Penilaian efektivitas kegiatan early actions terutama harus dilihat dari tujuan khususnya, seberapa jauh masyarakat mengetahui atau mengenal Proyek Pesisir, seberapa jauh masyarakat memberikan dukungan kepada pelaksanaan Proyek Pesisir, dan seberapa jauh early actions berfungsi sebagai cara untuk menguji-coba strategi pengeloaan pesisir yang akan diterapkan oleh Proyek Pesisir. Namun, kriteria keberhasilan tersebut sangat sulit diukur.

Beberapa pelajaran yang mungkin dapat diambil dari pengalaman pelaksanaan kegiatan early actions:

8. Walaupun early actions telah terbukti sebagai suatu cara yang bermanfaat dalam memulai proyek pengelolaan wilayah pesisir di Sulawesi Utara, namun terlalu banyak kegiatan early actions dapat mengalihkan perhatian dari upaya perencanaan dan pengelolaan yang utama dan komprehensif. 9. Early actions telah menunjukkan hasil-hasil nyata dan telah mendorong masyarakat setempat dalam mendukung kegiatan-kegiatan jangka panjang,

walaupun masyarakat belum atau tidak dapat melihat hasil early actions dalam waktu yang singkat.

10. Keberhasilan early actions ditentukan oleh dua hal, yaitu dukungan masyarakat dan kelayakan teknis kegiatan yang diajukan. Salah satu contoh adalah kegagalan upaya penanaman mangrove yang diprakarsai oleh masyarakat di Bentenan.

11. Beberapa jenis kegiatan early actions, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur, seperti sarana MCK, pusat informasi dan pengadaan air bersih, memerlukan tatanan penyelenggaraan yang dapat memastikan kelangsungan kerjasama masyarakat dalam penggunaan dan pemeliharaan infrastruktur yang dibangun tersebut. (Ada kumpulan pengalaman dan teori yang luas tentang cara merancang suatu lembaga yang dapat menjamin kelangsungan kerjasama masyarakat secara kolektif, seperti penggunaan dan pemeliharaan infrastruktur oleh masyarakat).

12. Beberapa kegiatan early actions harus didahului dengan kegiatan pendidikan umum bagi masyarakat luas untuk memastikan mereka memahami proyek dan kemudian memberikan dukungan.

Anonimous. 1997. Laporan Lokakarya Desain dan Perencanaan Program Pendidikan Lingkungan Hidup. Kerjasama antara CRMP Manado, Yayasan Tanah Rindu Belanda dan Yayasan Kelola, Manado.

Crawford, B.R., C. Rotinsulu, J.D. Kusen, E. Mantjoro, and A.J. Siahainenia. 1997. A Community-based coastal resources management approach: Results of initial baseline surveys in the villages of Bentenan and Tumbak, North Sulawesi, Indonesia. International Seminar on Maritime Communities in a Changing World, Manado, Indonesia, September 23-26, 1997. PP SULUT. 1998. Proyek Pesisir: Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir terpadu

berbasis masyarakat di Sulawesi Utara.

Dimpudus, M.T. 1998. Laporan kerja bulanan Field Extension Officer-Bentenan (April-Oktober 1998). Proyek Pesisir Sulawesi Utara, Manado. English, S., C. Wilkinson, and V. Baker. (Eds.) 1994. Survey Manual for

Tropical Marine Resources. Australian Institute for Marine Sciences. Australia

Fraser, N.M., A.J. Siahainenia and M. Kasmidi. 1998. Preliminary results of participatory Manta-tow training: Blongko, North Sulawesi. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia 1(1): 31-35.

IIRR. 1998. Participatory methods in community-based coastal resources management, Volume 1. International Institute of Rural Reconstruction, Silang, Cavite, Philippines.

Kasmidi, M. 1997. Laporan kerja bulanan Field Extension Officer-Blongko (Nopember-Desember 1997). Proyek Pesisir Sulawesi Utara, Manado.

Kasmidi, M. 1998. Laporan kerja bulanan Field Extension Officer-Blongko (January-Februari 1998). Proyek Pesisir Sulawesi Utara, Manado. Moran, P.J. 1998. Crown of Thorns starfish, questions and answers. Australian

Institute of Marine Science. 35p.

Pollnac, R.B., C. Rotinsulu and A. Soemodinoto. 1997a. Rapid assessment of coastal management issues on the coast of Minahasa. Coastal Resourses Management Project, Jakarta, Indonesia.

Pollnac, R.B., F. Sondita, B. Crawford, E. Mantjoro, C. Rotinsulu, and A. Siahainenia. 1997b. Baseline assessment of socio-economic aspects of resource use in Bentenan and Tumbak. Coastal Resources Center, University of Rhode Island, Narragansett, RI.

Proyek Pesisir. Year two workplan (April 1998 - March 1999). CRC/URI CRMP, Jakarta, Indonesia.

Siahainenia, A.J. 1998. Laporan kerja bulanan Technical Extension Officer (Januari-Maret 1998). Proyek Pesisir Sulawesi Utara, Manado. Tangkilisan, N. 1998. Laporan bulanan Field Extension Officer-Talise

(Januari-Mei 1998). Proyek Pesisir Sulawesi Utara, Manado.

Tulungen, J. 1998. Laporan kegiatan Proyek Pesisir di Propinsi Sulawesi Utara. Proyek Pesisir - Sulawesi Utara, Manado.

Ulaen, E. 1998. Laporan bulanan Field Extension Officer-Tumbak (April- Oktober 1998). Proyek Pesisir Sulawesi Utara, Manado.

Wiryawan, B. 1997. Trip Report: Shorefront and tourism development for North Sulawesi (Manado-Bitung-Minahasa). PKSPL-IPB, Bogor.

Pustaka

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

PENGANTAR

Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan wilayah pesisir telah mengakibatkan semakin bervariasinya jenis kegiatan dan persoalan di wilayah tersebut. Masalah kependudukan merupakan faktor utama penyebab merosotnya kualitas sumberdaya pesisir dan lautan (Olsen et al., 1998). Sekitar 60% dari penduduk bumi, yang jumlahnya mendekati 5,5 milyar orang pada tahun 1999, hidup di sekitar 60 km dari kawasan pesisir (UNEP, 1992). UNEP memperkirakan akan ada sekitar 11 milyar orang menempati kawasan pesisir pada tahun 2100. Dalam kondisi seperti ini diperkirakan akan terjadi

PROVINCIAL WORKING GROUP:

SUATU UPAYA PENGUATAN KELEMBAGAAN DALAM

Dalam dokumen Learning Team Proceeding 1999 (Halaman 51-54)