• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dimulai sejak bulan november 2014. Pada saat itu penulis hanya melakukan pra surve lapangan untuk pembuatan proposal penelitian,

pertama kali penulis berkunjung di Homeschooling Primagama, penulis

berkenalan dengan receptionisnya, receptionisnya bernama Siti Ayu Nurhidayati

S.S atau biasa dipanggil dengan ibu Ayu. penulis berkenalan dengan ibu Ayu, orangnya sangat ramah dan kemudian penulis minta izin untuk melakukan

penelitian di homeschooling, namun pada saat itu karena penulis belum memiliki

surat izin dari kampus, jadi penulis belum bisa terlalu dalam melakukan pengamatan karena pada saat itu penulis hanya bisa mengamati sekolah homeschooling dan para komunitas homeschooling. Pada saat itu penulis hanya

bisa melakukan sedikit wawancara ke Ibu ayu seputar Remaja homeschooling, ada

berapa siswa di homeschooling primagama?, berapa yang masih remaja?

Bagaimana proses belajar dan mengajar? Dan kegiatan-kegiatan siswa di homeschooling primagama?. Jawaban dari ibu Ayu sangat membantu saya dalam pembuatan proposal penelitian pada saat itu.

Pada tanggal 19 Januari 2015 surat izin lapangan penulis selesai, penulis

39

langsung bertemu dengan kepala sekolah homeschooling Primagama yaitu Bapak

Emil Salim S.T. bapak itu banyak bertanya tentang skripsi dan juga jurusan

penulis. Menurut bapak itu selama homeschooling Primagama berdiri dan sudah

lumayan banyak mahasiswa yang melakukan penelitian di sini, tetapi baru penulis

yang mahasiswa Antropologi dari Fisip melakukan penelitian di homeschooling

Primagama, karena biasanya yang melakukan penelitian di sini selalu mahasiswa dari psikologi dan pernah juga satu orang dari sosiologi. Sesuai dugaan penulis ternyata Bapak tersebut belum tahu tentang Ilmu Antropologi dan malah bapak itu

bertanya apa hubungannya Antropologi dengan Homeschooling, sambil

tersenyum penulis menjawab pertanyaan bapak itu bahwa Antropologi adalah ilmu tentang manusia, jadi segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia merupakan bagian dari ilmu antropologi, lalu saya juga menjelaskan bahwa antropologi itu mempunyai beberapa bagian-bagian ilmu lain seperti adanya matakuliah tentang antropologi kesehatan, antropologi psikologi, antropologi hukum dan lain-lain, panjang lebar penulis mencoba memberi tahu Pak Emil tentang antropologi. Kemudian penulis menjelaskan tentang skripsi ini, skripsi ini

tentang pubertas di homeschooling, jadi perkembangan masa puber itu dapat

dilihat dari dua aspek yang pertama fisik dan nonfisik (pola prilaku, sikap dan kepribadian). Yang penulis ingin amati dan teliti adalah masa puber pada tahap nonfisik itu yang bisa dilihat dari kepribadian, sikap dan perilaku, penulis tidak melihat dari segi fisiknya penulis hanya melihat kepribadiannya, karena menurut ilmu antropologi kepribadian ditentukan akal dan jiwa manusia itu sendiri dan

40 susunan dari akal dan jiwa itu lah yang membentuk tingkah laku atau tindakan di setiap manusia.

Kemudian pak Emil bertanya kepada penulis “jadi yang ingin kamu amati remaja perempuan atau laki-laki dan lalu bapak itu juga bertanya bagaimana cara kamu melakukan penelitian di sini”. Kemudian penulis menjawab bahwa informan penulis hanya dua orang remaja perempuan, kenapa perempuan karena pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak perempuan dari pada laki-laki, disebabkan karena anak perempuan biasanya lebih cepat matang dari pada laki-laki karena mencapai masa puber lebih dulu anak perempuan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku yang menganggu dari pada laki-laki.

Cara penulis melakukan penelitian di Homeschooling Primagama ini pertama

penulis mengikuti guru/tentor yang hendak mengajar di rumah salah satu informan, kemudian penulis bisa melakukan pengamatan saat si anak tersebut belajar, kemudian bisa melakukan sedikit wawancara kepada si anak dan orangtuanya.

Banyak pertanyaan yang diajukan oleh kepala sekolahnya sebelum penulis mulai melakukan penelitian terhadap informan penulis, sampai pada akhirnya Bapak itu bertanya kepada penulis “apakah kamu bisa mengajar untuk anak SD”, penulis terkejut mendengar pertanyaan pak Emil, kemudian penulis menjawab “kalau bicara soal mengajar penulis pikir semua manusia yang bisa berkomunikasi dengan baik dan mempunyai ilmu tentu bisa mengajar, jika ditanya bisa atau tidak, jujur penulis memang pernah menjadi guru les buat anak SD, tetapi untuk saat ini fokus penulis untuk melakukan penelitian di sini, karena informan penulis

41 anak remaja bisa dibilang anak SMP, jadi jika penulis mengajar sambil penelitian ditakutkan penulis tidak fokus”. Mendengar jawaban penulis pak Emil hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum. Kemudian penulis disuruh datang kembali besok untuk memilih informan dan sudah mulai bisa melakukan pengamatan.

Tanggal 20 Januari 2015, penulis datang kembali ke homsechooling

primagama penulis bertemu dengan ibu Ayu, dan penulis meminta izin dari ibu Ayu buat bertemu dengan kepala sekolahnya (pak Emil). Hari ini penentuan siapa yang menjadi informan penulis, kemudian pak Emil memilih yang menjadi informan penulis adalah Angel dan Geby. Angel dan Geby adalah siswa homeschooling tunggal, Angel duduk di kelas 7 SMP, sedangkan Geby duduk di kelas 8 SMP. Angel dan Geby mempunyai perbedaan yaitu, Angel adalah siswa yang belajar di rumah dan Geby adalah siswa yang belajar di sekolah homeschooling. Walaupun kedua tidak sama-sama belajar di rumah tetapi proses dan cara belajarnya pun sama bedanya terletak dari kemauan siswanya untuk belajar.

Geby anaknya pendiam bahkan sangat pendiam dan Geby tidak suka berbicara dengan orang yang baru dikenalnya. Pertama kali yang penulis amati

adalah Geby karena Geby belajar di sekolah homeschooling tersebut. Hari ini

adalah hari senin tepat pukul 09.00 Wib penulis bersama guru fisikanya Geby yaitu ibu Rika masuk ke dalam ruang kelas Geby belajar. Di dalam ruang kelas tersebut hanya ada satu meja dan satu kursi buat Geby belajar kemudian ada dua kursi lagi buat gurunya dan penulis duduki, ruang kelasnya kecil karena hanya

42 Geby yang belajar di dalam kelas tersebut, saat ini Geby hendak belajar fisika, namun sebelum belajar sang guru memperkenalkan penulis dengan Geby kemudian penulis berjabat tangan dengan Geby dan saat berjabat tangan bahkan Geby menunduk dan tidak melihat ke arah penulis, lalu penulis bertanya kepada

ibu Rika, dan bu Rika menjawab “ memang Geby seperti itu, dia pemalu dan gak

gampang buat dekat dengan dia” lalu sang guru bilang ke Geby bahwa penulis (di homeschooling saya di panggil ibu) “Geby ibu Sri disininya mau lihat Geby

kemudian Geby menjawabnya “ahh gak mau bu Geby malu” dan penulis berkata

Geby kenapa malu, gak apa-apa kok ibu Cuma duduk disini dan ibu mau lihat Geby belajar, ibu gak ganggu Geby kok” kemudian Geby hanya diam dan pelajaranpun dimulai.

Saat proses belajar dan mengajar yang baru pertama kali penulis

melihatnya di homeschooling ini, belajarnya sangat santai bahkan bisa makan dan

minum saat sambil belajar, itu yang dilakukan Geby saat belajar, kemudian apabila Geby sudah capek dan bosan dia pun bahkan dapat menghentikan gurunya

saat sedang menerangkan “ibu udahlah, siap belajarnya Geby capek” si gurunya

pun mau tidak mau menuruti kemauan si anak, kemudian gurunya bertanya, terus

selanjutnya Geby mau ngapain? Dan Geby menjawab: “ Geby mau menggambar bentar bu”. Gurunya memberi izin dengan syarat siap menggambar lalu belajar kembali. Sambil menunggu Geby siap mengambar, penulis berbincang dengan ibu

nurma seputar homeschooling dan Geby.

Geby memang hobby menggambar bahkan Geby tidak mau belajar kalau belum menggambar seperti saat ini saat Geby bosan mencatat, Geby minta

43

berhenti dan menggambar, Geby mulai berhomeschooling sejak kelas 4 SD tetapi

pada saat itu Geby tidak belajar di homeschooling primagama tetapi di

homeschooling lain. Geby mulai masuk homeschooling primagama saat duduk di kelas 5 SD. Itupun awalnya Geby belajar dirumah, baru masuk SMP ini Geby

belajar di sini (di sekolah homeschooling). Awalnya menurut penuturan dari

gurunya, Geby bersekolah di sekolah biasa (formal).

Sampai saat ini, penulis terus mengikuti kegiatan Geby baik saat sedang belajar maupun diluar jam pelajaran, Geby belajar dari hari senin sampai dengan

kamis dari jam 09.00 s/d 12.00 Wib, sesudah belajar di homeschooling biasanya

Geby menghabiskan waktu dengan menggambar atau hanya sekedar melihat

video animasi dari youtobe, selama penulis mengikuti kegiatannya penulis tidak

pernah melihatnya bergaul dengan teman sebayanya, waktunya habis hanya untuk

belajar di homeschooling, menggambar dan bermain dengan adiknya. Setiap hari

jumat dan sabtu Geby biasanya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dari sekolah,

dan hari minggunya, dia berdoa dan belajar agama. Di homeschooling tidak ada

pelajaran tentang agama, jika siswa ingin belajar agama biasanya di ajarkan sendiri dengan orangtunya, tetapi khususnya yang beragama muslim, jika

orangtuanya menginginkan ada pelajaran agama, maka pihak homeschooling

menyediakan guru agama islam, tetapi selain agama islam, biasanya hanya orangtua yang mengajarkan agama kepada anaknya.

Hari demi hari penulis terus mengamati Geby, dan penulis selalu bertanya kepada setiap guru Geby, Geby mempunyai delapan orang guru, dan semua guru mempunyai jawaban yang sama tentang Geby, bahwa Geby anaknya pemalu dan

44 sangat susah buat Geby berinteraksi dengan orang, termasuk dengan gurunya karena Geby mempunyai dunianya sendiri (dunia dengan hobynya). Termasuk penulis, awal mula penulis berkenalan dengan Geby, bahkan Geby tidak pernah mau berbicara dengan penulis, jika penulis bertanya dia menjawabnya tanpa melihat ke arah penulis. Memang benar kata gurunya, sangat susah buat dekat dengan Geby.

Hari demi hari penulis lalui dengan Geby, akhirnya Geby mulai mau berbicara walaupun sedikit dengan penulis. Geby mulai memperlihatkan hasil gambarannya dengan penulis, juga tidak sungkan lagi, jika Geby ada makanan pasti Geby menawarkan kepada penulis dan juga gurunya.

Penulis pernah bertemu beberapa kali dengan orangtuanya Geby, banyak yang penulis bicarakan dengan ibu Hema frasia (ibunya Gaby) tentang sifat Geby yang pemalu dan tentang seputar kehidupan Geby di rumahnya jika tidak belajar di sekolah. Ibu Hema menjawab :

“Bahwa dulu Geby tidak seperti itu, dia sebenarnya bukan malu bu, tapi dia takut dan trauma, sebelum masuk homeschooling Geby pernah bersekolah di sekolah formal (sebutan saja sekolah X), pernah suatu hari saat belajar bahasa inggris di sekolah X tersebut, Geby di tanya oleh gurunya kemudian Geby tidak bisa menjawab pertanyaan gurunya tersebut dan gurunya langsung memarahi Geby karena bagi gurunya pertanyaan segampang itu Geby tidak bisa menjawab, saritu Geby masih duduk di kelas 3 SD, semenjak kejadian itu dia malu, dan dia tidak mau bersekolah lagi, saya mencoba memaksanya tetapi tetap dia tidak mau bersekolah, karena dia malu kalau jumpa dengan teman-temannya. Efek dari trauma tersebut sangat merugikan buat geby khususnya karena selama satu tahun dia tidak mau bersekolah, oleh sebab itu diusianya yang sudah 14 tahun dia masih duduk di kelas 8 SMP, seharusnya saat ini dia sudah di Kelas 9 SMP”.

45 Kemudian penulis bertanya kembali: “awalnya ibu mengetahui, kalau ada

sekolah homeschooling dari mana? Dan kenapa ibu memilih primagama

homeschooling, padahal di Medan ada beberapa macam homeschooling”? kemudian ibu Hema menjawab:

“Saya tahu homeschooling dari acara TV, pada saat itu ada khasus tentang perceraian ahmad dhani, dan dari perceraian tersebut sangat berdampak kepada mental anaknya dan ahmad dhani memberikan pengawasan anaknya tersebut kepada kak Seto, saat kak Seto diwawancarai di situ baru saya mengetahui adanya sekolah rumah, awalnya anggapan saya sekolah rumah itu hanya sekolah yang mirip bimbingan belajar gitu tanpa ada kurikulum dan lain-lain. Ternyata saya cari tahu di internet, dan ternyata ada di Medan. Pertama kali masuk homeschooling Geby tidak langsung masuk ke homeschooling primagama, awalnya dia saya masukkan ke homeschooling kak Seto, Cuma karena kurang cocok dengan gurunya dan pada saat itu saya juga bingung kalau Geby juga gak mau sekolah walaupun sudah belajar di rumah. Jadi saya memutuskan memberhentikan Geby dari homeschooling kak Seto dan pindah ke homeschooling Primagama, dan Puji Tuhan sampai saat ini dia mau belajar, bahkan sekarang dia sudah gak belajar di rumah lagi, tetapi sudah belajar langsung dis ekolah hoemschoolingnya”.

Kemudian penulis bertanya kembali, “ibu saat ini Geby sedang memasuki masa pubertas, menurut ibu apa makna masa puber? Dan, menurut ibu bergaul itu penting atau tidak”? Kemudian ibu Hema menjawab:

“Menurut saya masa puber itu masa menuju dewasa, ditandai dengan Geby yang mulai dapat menstruasi dan mulai membesar payudaranya, Geby mulai dapat mesntruasi itu saat dia masih duduk di kelas 6 SD. Saya teringat, dulu waktu dia baru dapat menstruasi, dia menjerit dan menangis karna di celana dalamnya ada darah, dia ketakutan, ya saya menjelaskan secara sederhana dengan Geby tentang apa itu menstruasi, saya bilang ke Geby bahwa dia sudah remaja, sudah tidak anak-anak lagi, darah itu menandakan Geby sudah dewasa, yah selanjutnay saya mengajarkan yang lain-lain dengannya”.

Kemudian penulis bertanya kembali : “ada atau tidak ibu perubahan yang terjadi pada Geby dalam hal kepribadiannya (misalnya sifatnya, tingkahlakunya dan lain-lain)?”

46

“Perubahan pada kerpibadiannya saya rasa tidak ada yang berubah dari Geby, dia tetap pemalu dan penakut dan gak gampang buat dia dekat dengan orang lain apalagi orang yang baru dia kenal, mungkin saya lihat perubahannya itu terletak dari gambar yang setiap digambarkannya, dulu waktu masih SD, gambaran Geby itu tentang pegunungan (dia menggambar banyak gunung dengan pohon-pohon dan ada burung terbang, rumah pohon) itu yang dia suka gambarkan, terus gambar barbie atau princess, gambar hewan-hewan, lebih ke situ Geby menggambarnya, dan sekarang gambarnya berubah udah gak gambar pegunungan, gambar hewan atau barbie, sekarang dia lagi suka menggambar orang (manusia), gambar orang lagi sedih (nangis) adalah nanti air mata dengan titik-titik digambarkannya, terus pernah lagi menurut penuturan dari gurunya Geby menggambar laki-laki dan perempuan yang lagi pegangan tangan, gitu bu sekarang dia gambarnya lebih ke orangnya/manusianya. Itu lah Geby dia sangat ingin menjadi komikus, gak ada dia punya cita-cita lain selain komikus. Padahal kami gak ada khusus mengajarkannya kelas melukis/menggambar, dia pinter sendiri menggambar, mungkin karena dia suka ngeliat gambar animasi-animasi di youtobe”, dan kebetulan di homeschooling primagama ada elstrakulikuler melukis, dia bisa belajar dari situ juga biar lebih bagus gambarannya.

“Setahu ibu Geby mempunyai teman? Menurut ibu penting atau tidak bergaul dengan orang lain”?

“Geby anaknya tidak mudah buat bergaul, tetapi dia punya teman kok, temannya sesama homeschooling, ada Ikhsan, Mira, dan Angel. Kadang dia suka bilang ke saya, saya kan suka bawain dia bekal makanan untuk dia belajar, kadang dia bilang ke saya suruh saya buat banyak makanannya katanya buat teman-temannya. Menurut saya bergaul itu penting, saya tahu sifat anaknya makanya sering saya suruh dia keluar untuk main-main gitu tapi dia tidak mau kalau gak sama saya atau bapaknya, jarang dia keluar rumah, makanya saat dia bilang mau belajar di sekolah homeschooling gak di rumahlagi, saya senang kali mendengarnya. Payah kali buat gaby untuk keluar, gak tahu saya knapa mungkin karena dia pemalu atau takut antara itulah”.

Pernah suatu waktu saat penulis sedang bersama Geby, saat itu Geby seharusnya belajar, penulis melihat gurunya sibuk membujuknya buat menutup buku gambarnya dan memulai belajar, tetapi Geby tetap ingin menyelesaikan

gambarannya. Jadi penulis bertanya kepada Geby “Geby gambarnya kalau sudah

47

laki-laki dan perempuan lagi ciuman, gak boleh buat ibu, pantang!” kemudian

penulis bertanya kembali “kenapa pantang, jadi buat ibu yang mana”? pantang

lah, ini gambar aku gak boleh buat ibu, buat ibu nanti Geby gambarkan boneka, hahaha (selanjutnya Geby tertawa). Sangat jarang penulis melihatnya tertawa, karena biasanya Geby hanya sedikit berbicara dan tersenyum, jarang sekali Geby

tertawa kecuali kalau sedang bersama Angel (teman homeschooling) apapun yang

mereka bahas, intinya lucu sekali liat mereka berbicara.

Berbeda dengan Geby, Angel anaknya lebih periang dan gampang akrab dengan orang lain. Pertama kali penulis berjumpa dengan Angel pada tanggal 2 februari 2015 tepatnya di hari senin pukul 08.00 Wib penulis sudah tiba di homeschooling primagama, sebelumnya penulis sudah membuat janji dengan guru Angel yang hendak mau mengajar Angel pagi ini dirumahnya. Pagi ini Angel belajar ekonomi dengan ibu Nurma. Tidak begitu lama penulis menunggu

akhirnya ibu Nurma tiba di homeschooling, kemudian ibu Nurma mengisi absen

dan mengambil buku kontrol Angel di dalam lemari. Buku kontrol adalah buku catatan guru terhadap siswanya yang nantinya akan di perlihatkan kepada orangtua setiap seminggu sekali.

Kemudian penulis dan ibu Nurma berangkat menuju rumah Angel naik sepeda motornya milik ibu Nurma, rumah Angel terletak di Jl. Eka surya Komp.Grand Manaco H/10 Medan. Setibanya di rumah Angel pukul 08.50 Menit. Sesampainya di rumah Angel kami dibukakan pintu oleh ibu asuhnya (pembantu) Angel dan adik-adiknya. penulis mengikuti ibu Nurma menuju sebuah ruang, ruang tersebut menjadi ruang belajar Angel. Tidak jauh berbeda dengan ruangan

48

belajar di sekolah homeschooling, di rumah Angel terdapat ruangan kecil yang

terletak sedikit ke belakang tepatnya di sebelah dapur. Di dalam ruangan tersebut, terdapat empat kursi lipat, satu papan tulis, dan beberapa buku yang tersusun di rak buku yang kecil dan terdapat kipas angin di dalam ruangan tersebut.

Sekitar setengah jam penulis dan ibu Nurma menunggu Angel di dalam ruangan tersebut, terdengar suara jeritan seorang perempuan, tidak tahu dari mana suara itu berasal, penulis heran dan bertanya kepada ibu Nurma. Ternyata itu

suara Angel, Angel berkata “ibu sebentarnya Angel baru bangun, mau mandi

dulu ini”. Ibu Nurma hanya tersenyum. Tanpa penulis bertanya ibu Nurma sudah mengerti dan menjelaskan kepada penulis sedikit tentang Angel.

“Angel itu memang suka begitu, dia kalau setiap hari senin pasti selalu kesiangan bangun pagi, kebiasaannya setiap hari minggu itu pasti pergi dengan orangtuanya dan adik-adiknya, setelah itu malamnya dia bukan langsung istirahat malah nonton, nanti kalau angel datang, tanpa di tanya pasti dia minta maaf dan menyebutkan bahwa semalam dia begadang karena menonton “saya pun tertawa mendengar cerita ibu nurma”.

Tepat pukul 09.50 Angel tiba di ruangan belajarnya, dengan sikap mentel

sambil tersenyum Angel berkata “ibu maafnya Angel telat lagi, heehehe tadi

malam begadang, nanggung nontonya” kemudian ibu Nurma berkata “udah sering minta maafnya”. Sebelum belajar ibu Nurma memperkenalkan penulis dengan Angel. Penulis berjabat tangan dengannya, kata-kata pertama yang Angel

tanyakan kepada penulis saat kami bersalaman adalah “ibu Sri suka Korea”,

penulis tertawa mendengarnya, “iya ibu suka korea, kenapa”?

“Ihhh sama kanyak Angel, ibu tahu boyband EXO, aku bu suka kali sama EXO”

49 Sebelum Angel terlalu jauh berbicara soal Korea, ibu Nurma memotong pembicaraanya:

“Udah,udahnya kita belajar dulu, kalau Angel bahas Korea, gak habis- habis pembahasannya kapan kita belajarnya, mau ibu masukin buku kontrol lagi kanyak kemarin”

Angel lalu menurut, dan berkata : “ya bu, ibu kok nulis di buku kontrol kalau Angel suka bahas Korea saat jam belajar, Angel kena marah mama jadinya

“Ya makanya kalau gak mau kena marah mama, kita belajar dulu nanti baru kita bahas EXO, ok (kata gurunya)”

Angel mulai belajar, penulis melihat Angel semangat sekali untuk belajar pagi ini. Ini adalah pertama kali penulis bertemu Angel, dan penulis sudah bisa menyimpulkan bahwa Angel anaknya asyik, karena memang benar, menurut

penuturan gurunya, “Angel itu cerewet, banyak yang diomonginnya, dia suka

ngomong”. Model belajar Angel lebih santai lagi dari pada Geby, walaupun Angel belajar tidak sedang makan dan minum seperti Geby, tetapi santainya kerena proses belajarnya seperti orang berbicara sehari-hari, lebih ke tanya jawab. Jadi, siguru sedikit menerangkan suatu topik, lalu membahas soal bersama, berdiskusi tanpa adanya catatan, karena jarang penulis melihat guru menulis di papan tulis, apalagi Angel selama penulis mengamatinya di pagi ini hampir tidak ada Angel mencatat, paling Angel memegang pulpennya hanya untuk mencoret-coret buku soal yang sedang dibahas.

Dari hari ke hari penulis terus bersama dengan gurunya datang kerumah

Dokumen terkait