• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Penelitian

Dalam dokumen Perubahan Sosial dan Budaya Petani Sawit (Halaman 33-39)

BAB I. PENDAHULUAN

1.6 Pengalaman Penelitian

Penelitian terhadap masyarakat desa Batang Pane-I dimulai pada awal bulan maret. Walaupun pada saat itu peneliti tidak membawa surat keterangan penelitian yang dikeluarkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU, tetapi antusias aparatur desa sangat tinggi terhadap tema penelitian saya ini, sehingga saya diizinkan melakukan penelitian dengan catatan surat izin penelitian lapangan harus tetap diberikan, walaupun menyusul.

Awal penelitian, saya melakukan kunjungan ke kantor balai desa Batang Pane-I untuk bertemu seseorang yang merupakan sekretaris desa, sebelumnya saya sudah membuat janji lebih dahulu mengenai waktu yang cocok untuk berkunjung ke kantor desa tersebut. Sekitar pukul 09.00 pagi, penulis berkunjung ke kantor kepala desa, ketika saya sampai dikantor tersebut, kantor belum buka dan belum ada pegawai yang datang. Selang beberapa menit kemudian barulah salah satu pegawai kantor yang juga merupakan orang yang sudah terlebih dulu janjian dengan saya datang.

Beliau sangat antusias menyambut saya dan dengan cepat beliau mempersilahkan saya masuk ke ruangan tempat biasa beliau kerja. Ternyata tanpa banyak bicara, beliau langsung menyodorkan sebuah buku yang berisi tentang gambaran umum desa Batang Pane-I tersebut. Memang sebelumnya, saya telah

lebih dahulu berkomunikasi di rumah beliau beberapa hari sebelumnya. Pada saat bertemu dengan beliau dirumahnya, saya memaparkan apa yang akan menjadi kajian penelitian, dan data-data apa saja yang dibutuhkan mengenai desa Batang Pane-I tersebut.

Beliau juga mengutarakan bahwa beliau sangat senang ada mahasiswa yang mau melakukan penelitian tentang desa Batang Pane-I ini, menggingat dari awal berdiri desa, belum ada mahasiswa yang melakukan penelitian yang bertemakan “sosial dan budaya” di desa tersebut. Untuk itu, beliau juga menginginkan diberikan salinan skripsi saya ketika sudah selesai nantinya.

Tetapi hal berbeda saya dapati ketika melakukan wawancara dengan masyarakat desa Batang Pane-I ini, informan pertama yang penulis wawancarai adalah tokoh masyarakat yang juga merupakan ketua Badan Kemakmuran Mesjid At-Taqwa, satu-satunya mesjid yang ada di desa Batang Pane-I ini. Pada saat itu, memang waktu saya melakukan wawancara kurang tepat, waktu itu beliau baru pulang dari mesjid selepas melakukan sholat jum’at, dan beliau akan pergi ke ladang untuk mengembala lembunya. Sehingga informasi dari beliau tidak banyak dan beliau menyarankan saya untuk mendatangi tokoh-tokoh masyarakat yang lain.

Selain orang tua, saya juga mewancarai orang muda yang notabenenya adalah guru SMP Negeri 6 Padang Bolak, satu-satunya SMP yang ada di desa tersebut. Tetapi untuk informan yang satu ini, saya tidak datang berkunjung kerumahnya, melainkan beliaulah yang datang mengunjungi saya, mengingat beliau merupakan teman akrab masa kecil. Tanpa banyak basa-basi, saya langsung

menyodorkan beberapa pertanyaan yang sebetulnya berkaitan dengan tema penelitian saya, tetapi saya tidak mengutarakan bahwasannya pertanyaan itu diperuntukan untuk penelitian. Tampak sebuah kebingungan terpancar dari raut wajah “kawan masa kecil” saya ini. Setalah bercerita lumayan lama, barulah saya mengutarakan maksud dan tujuan “pulang kampung”. Dan saya pun meminta bantuan kepada beliau untuk menunjukan siapa-siapa saja tokoh masyarakat di desa ini. Dan ternyata para tokoh masyarakat di Desa ini juga merupakan para

stake holder pemerintahan desa (Pemdes).

Mahasiswa yang berasal dari desa Batang Pane-I ini juga tidak luput dari daftar informan saya. Ada beberapa mahasiswa yang saya wawancarai tentang perubahan yang sudah terjadi di desa Batang Pane-I ini. Sangat mudah melakukan wawancara dengan seorang mahasiswa, karena selain beliau teman saya , juga sangat prihatin melihat perilaku anak-anak desa serta hubungan antar warga yang menurut beliau sudah tidak seperti dulu lagi. Menurut beliau banyak perubahan yang mengarah ke “negative”.

Hari berikutnya, sayapun berkunjung ke rumah salah seorang tokoh masyarakat yang sudah berumur yang sudah ditunjuk oleh informan sebelumnya. Menurut penuturan informan sebelumnya, mbah ini sangat galak kepada anak muda yang tidak mempunyai sopan santun, mengingat beliau merupakan orang asli jawa yang sangat kental dengan sopan santun. Untuk itu, informan sebelumnya mengingatkan kepada saya untuk bertuturkata yang sopan serta berkelakuan yang santun. Sebelum memulai wawancara, saya memaparkan sedikit tentang maksud dan tujuan penulis berkunjung kerumah beliau serta menjelaskan bahwasannya saya tidak dapat berbahasa jawa halus, dan untuk itu, saya

memohon maaf terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Berbeda dengan informan yang lain yang binggung ketika penulis wawancarai, kesan santai dan tegas sangat terlihat dari informan yang satu ini dan tidak tampak sedikitpun kebinggungan beliau menjawab pertanyaan yang saya utarakan, justru sebaliknya, saya yang binggung menangkap isi pembicaraan beliau. Karena beliau bercerita sangat panjang dan banyak yang berkenaan dengan perubahan fisik desa Batang Pane-I ini, mulai dari perubahan jalan-jalan desa sampai perubahan rumah-rumah masyarakat desa Batang Pane-I ini. Tetapi walaupun begitu banyak juga informasi yang saya dapatkan dari beliau. Apalangi mengenai perilaku-perilaku yang telah berubah dari masyarakat desa tersebut. Beliau juga menyinggung saya dengan cara mengatakan banyak sekarang orang yang tidak peduli dengan budayanya sendiri. Banyak anak-anak muda sekarang yang tidak bisa berbahasa jawa halus.

Selain tokoh masyarakat, saya juga mendatangi tokoh agama untuk mengetahui bagaimana kereligiusan warga desa Batang Pane-I tersebut. Beliau, yang saya dipanggil ustad, sangat antusias dan bersemangat memberikan informasi kepada saya. Tidak tampak sedikitpun rasa keberatan dan terganggu atas kehadiran saya di rumah beliau. Walaupun terkadang kala informasi yang beliau berikan tidak saya butuhkan. Jika pembicaraan sudah melebar jauh dari topik penelitian, maka saya harus memfokuskan pembicaraan dengan cara bertanya terhadap topik penelitian. Dan itu terjadi berulang-ulang kali.

Ada perbedaan yang saya dapatkan ketika mewancarai tokoh masyarakat dengan warga biasa yang bukan tokoh masyarakat. Ketika informan merupakan tokoh masyarakat, banyak sekali pertanyaan yang muncul dari jawaban-jawaban informan, dan pembahasanpun menjadi luas dan perbincangan berlangsung lama.

Sementara jika wawancara dilakukan dengan warga biasa, pembicaraan cenderung berkutat pada pertanyaan yang saya utarakan dan wawancarapun berlangsung singkat.

Dalam beberapa kesempatan, menulis mencoba mengabadikan keadaan fisik desa Batang Pane-I seperti kondisi jalan, kondisi lapangan olahraga dan beberapa sarana lainnya. Beberapa warga merasa heran dan hanya melihat dari jauh tentang apa yang saya lakukan.

Karena tidak banyak data yang penulis dapatkan ketika melakukan wawancara dengan warga biasa, maka penulis memutuskan untuk memfokuskan wawancara dengan tokoh masyarakat serta guru-guru dan kaum terpelajar di desa Batang Pane-I ini. Selain mereka merespon dan peduli terhadap penelitian penulis, juga banyak informasi yang dapat diberikan oleh mereka, karena menurut saya mereka sangat peka terhadap perubahan lingkungan mereka.

Oleh karena itu, saya banyak melakukan wawancara di kantor kepala desa, mesjid dan mushola-mushola. Dimana tempat-tempat tersebut merupakan tempat favorit para tokoh masyarakat ini bercengkrama satu sama lain. Kadang kala wawancara tidak dilakukan dengan “satu lawan satu” seperti jika saya berkunjung ke rumah warga. Tetapi bisa sampai empat informan yang penulis wawancarai dalam satu waktu. Sehingga kadang kala terjadi perdebatan kecil diantara tokoh masyarakat yang juga aparatur pemerintahan desa Batang Pane-I ini.

Awal mei, saya melakukan kunjungan lagi ke desa Batang Pane-I ini untuk mengantarkan surat izin yang dikeluarkan oleh pihak dekanat FISIP USU dan

sekaligus mengambil surat yang dikeluarkan oleh pemerintah desa Batang Pane-I sebagai balasan surat dari pihak FISIP USU.

Dalam dokumen Perubahan Sosial dan Budaya Petani Sawit (Halaman 33-39)

Dokumen terkait