• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Data Sekunder

1.8 Pengalaman Pribadi

Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan yang merupakan kota kelahiran alm. Bapak penulis. Sebelum melakukan penelitian ini saya sering datang berkunjung sendiri dan juga datang bersama keluarga ke daerah penelitian ini. Sebelum melakukan penelitian ini saya sering melihat kegiatan di daerah tersebut, apa lagi daerah ini merupakan lingkungan tempat tinggal keluarga saya sehingga sedikit banyak kegiatan yang dilakukan sedikit banyak saya sudah mengetahuinya.

Ketika saya mengajukan judul kepada departemen, judul yang disetujui oleh Departemen Antropologi Sosial adalah Datu Batak(Studi Etnografi Penyembuh Tradisional di Desa Tegar Duri) dengan dosen pembimbing Bapak Drs. Agustrino, Msp. Saya dan dosen pembimbing mendiskusikan fokus terhadap penelitian.Pengambilan judul dan lokasi penelitian yang cukup jauh dari Medan-Duri pada awalnya saya dasari karena saya sendiri pernah melihat langsung pengobatan yang dilakukan oleh dukun yang berada di lokasi tersebut dan pengobatan tersebut membuat saya merasa sangat tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut. Dalam awal melihat pengobatan yang dilakukan oleh dukun tersebut, saya sangat penasaran bagaimana cara pengobatan yang dilakukan oleh sang dukun, sehingga dapat mengetahui setiap latar belakang hidup sang pasien dan penyakit pasien yang selalu datang untuk berobat. Selanjutnya, saya juga mendengar dari beberapa pengakuan pasien bahwa penyakit yang disembuhkan dukun adalah penyakit yang menurut pasien tidak dapat disembuhkan oleh dokter.

Akhirnya, karena melihat pengobatan awal yang dilakukan dukun tersebut saya tertarik untuk mengetahui lagi cara dari pengobatan tradisional Dukun Batak Toba. Setelah pengajuan skripsi dengan judul Datu Batak yang berlokasi di Desa Tegar Duri, saya kemudian menulis laporan proposal sebelum pergi ke lapangan dan setelah mendapatkan acc dari dosen pembimbing agar dapat ke lapangan, saya akhirnya mencoba menghubungi kembali dukun yang berada di Duri untuk memastikan bahwa saya akan datang 3 hari lagi karena harus menunggu mempersiapkan segala urusan di kampus seperti surat lapangan dan lainnya. Pada saat memberi kabar kepada dukun melalui telepon, saya sangat dikagetkan oleh kabar bahwa dukun yang hendak menjadi informan kunci saya sudah meninggal duniasekitar seminggu akibat kecelakaan, hal ini saya ketahui langsung dari suami beliau yang langsung mengangkat telepon saya. Kejadian yang mengatakan bahwa dukun yang akan saya teliti sudah meninggal dunia membuat saya sangat kaget bercampur sedih, mengingat dukun tersebut meninggal dan membuat saya sangat bingung bingung tetang kelanjutan dari skripsi saya. Kejadian meninggalnya saya ceritakan kapada mama saya dan beliau menyarankan kalau di kampung tempat kelahiran alm. bapak saya, sangat banyak terdapat duku dan beliau juga menyarankan jika harus pergi ke kampung tempat kelahiran dari bapak, saya bisa bebas bercengkrama dengan orang di sekitar kampung. Sedikit mendapat pencerahan, akhirnya penulis memutuskanuntuk menjumpai dosen pembimbing dan meminta saran kepada beliau.

Tiga hari setelah mendapatkan kabar, pagi-pagi saya pergi ke kampus untuk menjumpai dosen pembimbing. Sesampainya di kampus, sayalangsung bertemu dengan Pak Agus, sangat menceritakan tentang seluruhnya tentang skripsi saya dan kendala saya untuk pergi kelapangan kepada beliau. Akhirnya, beliau menyarakan tidak apa-apa jika saya harus menggunakan judul yang lama seperti yang sudah dibuat di laporan proposal sebelumnya, hanya saja yang akan diganti adalah lokasi penelitiannya saya. Sudah mendapatkan persetujuan pergantian lokasi dari dosen pembimbing, saya akhirnya mengurus segala keperluan surat yang akan dibutuhkan ketika dilapangan, mengingat lokasi penelitian yang jauh dan tidak memungkinkan untuk saya bolak-balik mengurusnya. Sekitar 4 hari mengurus segala keperluan surat dilapangan,saya akhirnya pergi ke lokasi penelitian.

Kampung yang menjadi lokasi penelitian ketika saya tiba sudah menunjukan pukul 20:00 Wib karena perjalanan yang saya tempuh untuk menuju lokasi penelitian sekitar 10 jam lebih. Ketika tiba di kampung saya langsung disambut baik dengan keluarga yang bertepatan tinggal di lokasi penelitian. Saya juga langsung menceritakan kepada keluarga tujuan kedatangan saya ke kampung untuk tugas akhir atau skripsi saya dan saya mencari seorang dukun yang sudah cukup lama dikenal dan banyak penduduk yang datang untuk berobat. Saya menjelaskan bahwa dukun ini sangat diperlukan, karena sangat berkaitan dengan judul penelitian saya. Pada awalnya, keluarga yang berada di kampung yang merupakan tempat dari lokasi penelitian saya cukup terheran, kenapa

seorangdukun atau datu yang harusditeliti dan dijadikan bahan belajar dan mereka juga terheran apa yang akan diperoleh dari datu tersebut nantinya karena disana orang atau penduduk datang untuk berobat bukan untuk belajar. Selanjutnya, saya menjelaskan lagi bahwa ini benar-benar sangat diperlukan untuk tugas akhir dari penelitian saya. Sudah sedikit mengerti akhirnya keluarga tempat saya tidur malam itu mengatakan bahwa besok soresaya akan diantarkan keseorang datu

kampung didaerah mereka tersebut.

Masyarakat atau penduduk setempat biasanya menyebutkan nama dari

seorang dukun adalah “datu” sehingga saya juga mengganti panggilan dari seorang dukun menjadi seorang datu sesuai dengan panggilan penduduk setempat. Awal sebelum bertemu dengan datu, sayaberencanaawal pertama kali ketikabertemu dengan datu, saya ingin melakukan perkenanan dahulu atau perkenalan di awal sebelum sang datu mulai mengobati pasien. Perkenalan di awal yang saya rencanakan, saya terlebih dahulu bercerita-cerita santai dengan sang datu dan selanjutnya menceritakan tujuan awal kedatangan saya bukan untuk berobat, tetapi untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan yang dilakukan beliau dan sekiranya beliau mau menerima saya untuk melihat dan juga mengetahui bahkan sesekali boleh terlibat dalam pengobatan yang dilakukannya. Pemilihan dukun atau datu merupakan pilihan dari beberapa keluarga yang tinggal di lokasi dan juga beberapa saran dari para tetangga yang pernah menggunakan jasa dari sang dukun. Pemilihan dukun dari beberapa saran tetangga di kampung saya lakukan dari lamanya mengobati, banyaknya pasien dan sembuhnya pasien

ketika berobat di dukun tersebut. Sesuai dengan rencana awal dukun yang saya datangi dengan keluarga adalah saran dari tetangga yang katanya juga masih saudara jauh keluarga besar saya. lokasi atau tempat pengobatan datu ini cukup jauh dari rumah tempat saya tinggal di kapung. Sesampainya di lokasi yang merupakan rumah datu yang saya tuju sekitar pukul 17:00 Wib,saya cukup dikejutkan dengan rumah tersebut. Lokasi yang merupakan rumah penelitian bagi saya ternyata sudah di penuhi dengan pasien-pasien yang sudah pada datang dan jumlahnya cukup banyak di bagian depan rumah (teras rumah) sangdatu, keadaan rumah yang cukup ramai akhirnya saya sepakat dengan keluargacyang datang ke tempat informan yang merupakan sang datu untuk menunggu sampai pasien sudah habis atau tidak ada lagi agar kami dapat berbicara santai tanpa adanya pasien-pasien lain. Hal yang tidak saya dan keluarga duga, mulai dari pukul 17:00 Wib, saya dan keluarga datang untuk berkunjung ternyata waktu sudahmenunjukan pukul 22:15 Wib, tetapi pasien tetap masih ada yang belum selesai untuk berobat. Datang dengan waktu yang sudah sore hari membuat saya dan keluarga, sebelumnnya belum makan terlebih dahulu, karena tidak menduga bahwa kami akan lama menunggu dan juga mengingat kami datang tidak untuk berobat melainkan hanya untuk bercerita saja membuat kami harus menunggu seluruh pasien habis. Keadaan yang sudah malam akhirnya membuat kami semua merasakankeadaan yang cukup lapar dan saya mulai berfikir sangat tidak memungkinkan buat saya untuk terus menunggu pasien-pasien datu hingga habis agar bertemu beliau. Akhirnya, saya dan keluarga yang datang ke tempat tersebut

pulang kerumah dan berencana besok akan datang kembali dengan waktu yang lebih cepat.

Keesokan harinya,saya pergi lagi kerumah Datu Batak yang akan menjadi informan. Saya masih ditemani oleh keluarga saya dan kami tibapukul 13:00 Wib. Kali ini waktu berpihak kepada saya sebab pengobatan sama sekali belum dimulai, karena waktu untuk memulai pengobatan dilakukan dari pukul 16:00 Wib sampai seluruh pasien habis. Ketika bertemu, saudara saya yang awalnya membuka percakapan mengenai maksud dan tujuan kedatangan kami ke rumah sang datubukan untuk berobat.Datu ini ternyata merupakan teman kerja saudara saya yang berprofesi sebagai guru ketika saudara saya belum pensiun. Agak sedikit berbincang-bincang dengan saudara saya, akhirnya saya diberikan kesempatan untuk menceritakan maksud kedatangan saya menemui beliau, sedikit memberanikan diri berbicara kepada sang datu, saya menceritakan maksud kedatanganbukan untuk bertujuan apa-apa melainkan untuk belajar mengetahi bagaimana cara pengobatan tradisionalyang dilakukan oleh seorang beliau dalam mengobati orang lain, memngingat pengobatan ini masih sangat banyak digunakan dan menarik perhatian banyak masyarakat. Setelah itu, saya kemudian menceritakan lagi bahwa kedatangan saya selain untuk mengetahui pengobatan, maksud kedatangan saya lainnya, bahwa ini merupakan skripsi atau tugas akhir untuk saya dapat menyelesaikan pendidikan di perkuliahan. Setelah selesai menceritakan semuanya sambil tersenyum datu memperbolehkan saya untuk belajar dan melihat bagaimana pengobatan yang beliau lakukan, tetapi saya juga

harus permisi kepada roh yang memasuki tubuh beliau. Roh tersebut biasanya mereka panggil dengan sebutan opung dan jika roh opung juga setuju dengan beliau, beliau langsung menawarkan kalau saya mau meneliti, saya boleh ikut tinggal bersama dengan keluarga beliau di rumahnya agar saya dapat melihat penelitian, penelitian saya lebih gampang dan saya juga bisa ikut terlibat dan bisa lebih dekat dengan pasien. Beliau juga menjelaskan jika dirumahnya hanya ada 3 orang saja, yaitu sang datu, suami dan anak tunggal lelakinya yang masih sekolah. Saya juga di sarankan memanggil Nanguda kepada beliau dan Uda kepada suaminya. Sambutan awal datu sangat membuat saya begitu nyaman untuk melanjutkan penelitian dan bahkan tidak ragu jika harus tinggal bersama keluarga beliau. Setelah sudah cukup waktu untuk bercerita-cerita antara keluarga dengan

datu dan juga saya dengan sang datu, akhirnya saya memberanikan diri untuk, meminta izin kepada roh opung yang memasuki tubuh sangdatuagar saya diperbolehkan melihat dan mengetahui secara langsung bagaimana pengobatan yang dilakukan beliau yang menggunakan bantuan roh opung tersebut. Proses perizinan kepada roh opung saya lakukan sesuai saran dan instruksi dari sang

datu. Ketika meminta izin kepada roh, saya disuruh memasuki ruangan khusus yang ternyata merupakan kamar pengobatan setiap pasien yang berobat. Di dalam kamar terdapat suasana yang cukup membuat bulu-bulu di tubuh cukup berdiri, sebab keadaan di dalam kamar pengobatan banyak benda-benda dan juga rempah-rempah yang digunakan datu untuk menggobati dan memanggil roh. Suasana lain yang di dalam kamar yang ikut membuat saya sedikit merasa takut karena lampu

atau pengcahayaan di dalam ruangan tidak cukup terang. Cahaya penerang yang digunakan di dalam kamar hanya sebuah lampu bewarna kuning, yang menurut perkiraan saya,daya atau watt dari lampu tersebut tidak begitu tinggi, sehingga pencahayaan di dalam kamar tidak begitu terang. Memasuki ruangan khusus dan melihat secara langsung segala tata cara dalampememanggilan roh, merupakan hal yang pertama kali saya lakukan, sehingga cukup membuat saya sedikit merasa takut pada awal-awal ketika ingin berkomunikasi langsung dengan roh tersebut. Ketika hendak ingin meminta izin dalam melakukan pengamatan kepada roh, keluarga saya sebelumnya sudah membawa jeruk purut yang merupakan syarat dalam melakukan pengobatan. Syarat ini kami ketahui dari pasien beliau yang datang untuk berobat ketika saya dan keluarga saya datang satu hari sebelumnya untuk dapat bertemu dangan beliau langsung tetapi tidak bisa. Pada awal datang berobat atau hendak memanggil roh dari sang opung,jeruk purut merupakan syarat yang sangat wajib dibawa oleh setiap pasien. Begitu juga hal nya saya, walaupun tidak datang untuk berobat saya juga membawa persyaratan dengan membawa satu buah jeruk purut sebagai syarat agar dapat mengikuti tata cara dalam pemanggilan roh dan memberitahu alasan kedatangan saya dan opung tersebut berkenan dalam memberikan saya izin lagi, mengingat Nanguda Hotang yang merupakan sang dukun sudah mengizinkan saya untuk melihat beliau ketika mengobati pasien-pasiennya.

Memasuki kamar pengobatan, saya melihat beliau memakai peralatan yang akan digunakan dalam memanggil roh. Benda-benda yang dipakai beliau

salah satunya adalah ulos batak. Ulos ini dipakai sebagai sarung dan juga sebagai penutup kepala atau tudung. Setelah selesai memakai ulos beliau masih belum ke masukan roh opung, karena belum kemasukan roh kami sempat berbicara sebantar. Beliau mengatakan kepada saya tidak usah takut untuk bertanya kepada roh opung tersebut, sebab opung orang yang baik dan saya boleh bebas menanyakan apa saja yang ingin saya tanyakan kepada roh tersebut. Sedikit lebih tenang mendengar perkataan sang datu atau dukun, saya akhirnya tersenyum. Walaupun, ada sedikit perasaan yang masih ada rasa takut.

Pemanggilan roh kedalam tubuh sang datu dilakukan beliau dengan bantuan sang suami. Suami menurut saya ketika melihat merupakan orang yang cukup penting dalam pemanggilan roh tersebut. Suami perannya sangat banyak. Mulai dari menyiapkan bahan-bahan atau obat yang dipakai dalam pengobatan, sebagai orang yang ikut dalam membaca mantra pemanggilan roh, penerjemah bahasa batak yang ada kalanya tidak dimengerti pasien dan juga sebagai penenang kepada pasien di dalam ruangan. Menurut saya suami beliau dapat dikatakan sebagai penenang di dalam ruangan sebab, suami beliau seing mengajak saya berbicara agar saya tidak terlalu takut ketika roh akan masuk. Ketika segala persiapan sudah dipakai sang dukun, suami beliau membantu dalam menyiapkan sirih yang akan dimakan sang dukun. Selanutnya sirih yang disiapkan diletakkan di atas sebuah piring-piring kecil. Selanjutnya, sirih yang sudah dipersiapkan suami dan sang dukun dipegang bersama-sama dan mereka berdua sama-sama membaca doa untuk mengundang roh opung masuk ke dalam tubuh sang dukun.

Selesai membaca mantra sirih selanjutnya dimakan oleh dukun, tidak perlu menunggu waktu lama saya melihat dukun mulai resah, mulai mengeluarkan suara-suara desahan yang menurut saya roh opung tersebut sudah mulai masuk ke dalam tubuh. Benar saja seperti dugaan saya, suami beliau mengatakan kepada saya bahwa roh sudah memasuki tubuh istrinya. Ketika memasuki tubuh sang dukun, yang saya dengar suara dukun mulai berubah seperti suara orang tua yang usianya sudah sangat lanjut, sebab suara yang tadinya terdengar biasa saja ketika tubuh belum dimasuki roh kini benar-benar sangat berubah dan suara terdengar sedikit agak lebih berat. Selanjutnya, dari ekpresi wajah atau mimik wajah sang dukun juga menurut saya mengalami perubahan yang terlihat menua. Roh sudah masuk ke dalam tubuh dukun, saya pun disuruh mendekat kepada sang dukun. Selanjutnya, saya diarahkan suami sang dukun untuk memberikan jeruk purut yang saya bawa. Ketika memberikan jeruk purut kepada dukun saya melihat, jeruk yang saya berikan tersebut di lihat dan ditiup-tiup mengelilingi buah tersebut oleh sang dukun yang sudah dimasuki roh. Selanjutnya, jeruk dibelah dan dimasuki ke dalam cawan yang kemudian diisi oleh air. Sambil mengaduk-aduk cawan yang berisikan air dan jeruk, benda lain yang dimasukan oleh dukun adalah batu kecil. Selanjutnya saya mulai ditanyakan oleh sang dukun alasan saya datang kepada nya, sebab dari cawan yang dilihatnya kata beliau bahwa penyakit saya tiak ada. Akhirnya sedikit menceritakan tujuan kedatangan dan maksud saya roh opung tertawa dan perasaan saya sedikit campur aduk sambil melihat sesekali sang dukun dan suaminya. Agak sedikit lega suami beliau mengatakan tidak

apa-apa dan tidak usah takut. Selanjutnya, roh opung berbicara kepada saya tetapi, karena sedikit tidak mengerti sebab bahasa batak yang digunakan bercampur dengan bahasa batak yang sudah lama akhirnya saya dibantu dengan suami sang dukun. Bercampur aduk dengan bahasa batatak suami beliau lah yang membantu saya mengerti dan akhirnya sedikit mengerti dengan perkataan yang disampaikan sang dukun saya bisa menangkap perkataan yang disampaikan beliau. Saya diperbolehkan melakukan pengamatan untuk kelengkapan data saya. Saya juga diperbolehkan mengambil dokumentasi berupa video atau foto yang dibutuhkan, tetapi tidak boleh menggunakan bantuan cahaya lebih dan yang saya tangkap dalam pembicaraan tersebut adalah tidak boleh menggunakan flash camera. Saya juga diperbolehkan memasuki ruangan pengobatan dengan peraturan tidak mengganggu tatacara mengobatan dengan pasien di dalam ruangan pengobatan. Sedikit lega dengan syarat yang tidak terlalu rumit dalam melakukan pengobatan saya akhirnya lega. Selanjutnya, karena dianggap tidak memiliki keperluan lain untuk berobat roh opung meminta izin kepada saya untuk keluar dari tubuh sang dukun. Setelah roh sudah keluar dari dalam tubuh keadaan dari dukun sedikit lemas dan beliau mengatakan bahwa ketika tubuh beliau sudah selesai dipakai untuk mendatangkan roh, tubuh beliau akan sangat lemas. Walaupun demikiann, itu merupakan hal yang sudah biasa dialami beliau. Selanjutnya, karena jam menunjukan masih pukul 15:00 Wib dan jam pengobatan belum dimulai saya dan sang dukun beserta suami beliau keluar dari dalam kamar pengobatan menuju ruang tengah dari rumah mereka. Berbincang-bincang dengan keluarga saya dan

sedikit melanjutkan bagaimana kelanjutan ketika saya meneliti nanti, saya diberikan kebebesan untuk datang meneliti, jika ingin tinggal bersama dengan keluarga sang dukun saya diperbolehkan pulang sesuka hati kerumah saudara saya jika mau dan tidak ada pelarangan sama sekali dari keluarga ini. Mereka sangat baik menyambut kedatangan saya yang membuat saya sangat nyaman dengan keadaan di dalam rumah. Saya akhirnya memutuskan tinggal bersama keluarga beliau selama proses penelitian dan seminggu sekali atau dua kali seminggu biasanya pulang ketempat rumah saudara saya, sya pulang dikarenakan akhir pekan untuk beribadah pergi kegereja bersama keluarga dan juga karena ingin mengambil pakaian saya.

Lama bercerita dengan datu tersebut, datu menjelaskan bahwa beliau lebih suka bila tidak dipanggil datu atau dukun. Beliau lebih suka bila dipanggil dengan

Pangobati atau juga dengan memanggil nama beliau saja yaitu Inang Hotang. Memang dalam melakukanpengobatan, beliau sering dipanggil datu oleh beberapa pasien dan beliau merasa pemanggilan kata datu sepertinya tidak cocok dan terkesan berlebihan. Menurut Inang Hotang datu adalah orang-orang yang benar-benar dituakan oleh masyarakat dalam mengobati segala jenis penyakit. Oleh sebab itu, beliau lebih suka di panggil Pangobati Inang Hotang.

Keesokan harinya karena sudah mendapatkan izin, saya datang kerumah Inang Hotang dan karena tidak suka dipanggil dengan sebutan seorang datu atau dukun akhirnya peneliti memanggil beliau dengan panggilanNangudadan sering mengganti penyebutan kata datu atau dukun menjadi Pangobati Inang Hotang.

Ketika datang melakukan penelitian saya, tidak membawa seluruh pakaian peneliti sebab peneliti berencana akan pulang tiga hari sekali atau juga dua kali seminggu, jadi pakaian yang akan dibawa memang benar-benar pakaian yang seperlunya.

Hari pertama dan hari selanjutnya tinggal di keluarga Inang Hotang peneliti benar-benar merasa nyaman bersama keluarga Inang Hotang, bukan hanya itu suami beliau Pak Sitinjak begitu ramah begitu juga dengan anak lelaki beliau yang masih bersekolah begitu sangat terbuka menerima kedatangan saya. Dalam pemenuhan data yang diperlukan, Inang Hotang banyak sekali membantu saya untuk berbicara kepada roh opung yang memasuki tubuh beliau dan juga beliau sangat membantu saya untuk menjelaskan kepada pasien tujuan saya ikut di dalam ruangan pengobatan, padahal saya tidak dalam masa berobat. Penjelasan dari Inang Hotang ini sangat membuat saya sebagai peneliti sedikit lebih mudah untukmelakukan tanya jawab atau wawancara terhadap setiap pasien yang akan saya wawancarai. Setiap pasien yang akan saya wawancara ketika melakukan penelitian sangat begitu terbuka untuk menyampaikan informasi pengobatan penyakit yang dilakukan dan alasan memilih berobat kepada Inang Hotang. Walaupun, pada awalnya saya sedikit agak takut namun lama kelamaan karena sudah bisa menguasai dan nyaman terhadap lokasi penelitian akhirnya membuat saya berinteraksi dengan mudah kepada setiap pasien yang akan saya wawancarai. Tidak jarang juga, pasien-pasien yang saya wawancarai dan bahkan yang tidak saya wawancarai terkadang ikut bercerita dan bahkan mereka sering

berceritatentang keadaan keluarga mereka, anak-anak mereka dan hal lainnya. Ketika berada di lokasi penelitian dan jika sedang tidak mengamati pasien-pasien

Dokumen terkait