• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI

3.4 Pelaksanaan penelitian

3.4.2 Pengambilan sampel akar

Pengambilan sampel akarjagung dilakukan pada tanaman jagung yang memasuki fase generatif. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Random Sampling pada area pertanaman. Sampel akar diambil dari pertanaman yang sehat. Sampel akar yang telah didapatkan dimasukkan ke dalam kertas amplop, kemudian kantong kertas tersebut dimasukkan kedalam kantong plastik, dan ice box tidak boleh dalam kondisi tertutup rapat terutama dalam kondisi panas. Sampel harus diisolasi sesegera mungkin, jika sampel akan disimpan sebaiknya diletakkan didalam kulkas.

3.4.3 Isolasi dan identifikasi patogen Fusarium sp.

Isolat patogen jamur Fusarium sp. yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari pengambilan sampel tanaman jagung yang terserang patogen dengan gejala penyakit layu fusariumyaitu bagian pangkal batang tanaman.

Selanjutnya dilakukan tahap isolasi dengan mengikuti metode yang diuraikan oleh Sastrahidayat (2011), isolasi jamur patogen tanaman dengam cara mengambil jaringan inang sakit dengan menggunakan pisau steril. Setelah itu potong bagian

kali dalam air destilasi steril (aquades steril). Keringkan dengan tissue steril, kemudian ditanam pada permukaan media PDA. Setelah diinkubasi selama 2-4 hari, dilakukan purifikasi dengan mengambil potongan blok agar yang berisi ujung hifa ke dalam media PDA baru.

3.4.4 Isolasi jamur endofit dan khamir (yeast)

Jamur endofit. Metode yang digunakan untuk isolasi jamur endofit pada bagian akar tanaman dilakukan berdasarkan metode yang diuraikan oleh Muhibuddin et al.(2011) dapat dilihat pada Gambar 2. sampel akar dicuci pada air mengalir, kemudian ambil akar yang telah dipotong ±5 cm. Dilakukan sterilisasi permukaan dengan merendam potongan akar pada larutan NaOCl 2% masing-masing selama 1 menit, setelah itu dibilas dengan larutan alkohol 70% selama 1 menit,kemudian dibilas menggunakan aquades steril selama 1 menit sebanyak dua kali dan selanjutnya dikering anginkan pada tissue steril.

Gambar 2. Metode isoloasi jamur endofit pada media PDA menurut Muhibuddin et al.(2011).

Sampel akar yang sudah steril dipotong dengan ukuran ± 1 cm menggunakan scapel steril dan kemudian ditanam pada cawan petri 9 cm yang berisi media PDA dengan metode 3 sampel akar disetiap cawan petri. Isolat kemudian diinkubasi pada suhu 25-30°C selama 5-7 hari atau sampai jamur tumbuh memenuhi cawan petri (full plate). Sebagai kontrol, aquades bilasan terakhir diambil ±1 ml dan dituang ke media PDA.

Larutan

1 ml

10-1 10-2 10-3 10-4 10-5

10-3 10-4 10-5

1 ml 1 ml 1 ml 1 ml

(2013)dengan metode pengenceran dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Metode isolasi khamir denganpengenceran bertingkat 10-3, 10-4, 10-5 menurut Fitriati et al.(2013).

Suspensi dibuat dengan mengambil 10 gram akar jagung kemudian dilarutkan dalam 90 ml aquades steril. Selanjutnya digojok menggunakan orbital shaker dengan kecepatan 120 rpm selama 24 jam, dapat dilihat pada Lampiran Gambar 3. Suspensi diencerkan secara berkala hingga konsentrasi 10-3, 10-4, dan 10-5 yeast sebanyak 50 µl dibiakkan dalam media YEPD dengan metode cawan tuang, dapat dilihat pada Lampiran Gambar 4. Kegiatan isolasi dilakukan dengan kondisi aseptis untuk menghindari kontaminasi.

3.4.5 Purifikasi jamur endofit dan khamir (yeast)

Jamur endofit.Jamur yang tumbuh kemudian dipurifikasi atau pemurnian dengan cara dipisahkan setiap koloni jamur yang dianggap berbeda berdasarkan morfologi makroskopis yang dapat dilihat dari kenampakan warna, bentuk dan pola

dan diberi tanda kemudian diinkubasi pada suhu kamar.

Khamir. Purifikasi koloni dilakukan dengan metode cawan gores pada media YEPD yaitu dengan mengambil koloni khamir sebanyak 1 lup dan digoreskan pada media YEPD baru menggunakan jarum ose. Selanjutnya diinkubasi hingga muncul koloni tunggal.

3.4.6 Preparasi jamur endofit dan khamir (yeast)

Jamur endofit. Pembuatan preparat jamur adalah untuk kepentingan identifikasi. Jamur diambil dengan menggunakan jarum ose kemudian diletakkan pada object glass yang telah diberi sedikit media PDA dan ditutup dengan cover glass. Penggunaan media PDA pada object glass adalah sebagai media pertumbuhan koloni pada preparat dan untuk menjaga nutrisi selama jamur berada di preparat saat diinkubasi. Preparat kemudian diinkubasi selama 3-5 hari didalam wadah yang telah dialasi dengan tissue lembab dan ditutup rapat agar tidak terkontaminasi oleh spora jamur dari udara. Tujuan dari inkubasi adalah untuk menumbuhkan spora jamur pada preparat sehingga lebih mudah pada saat diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop.

Khamir. Pembuatan preparat khamir dilakukan dengan meletakkan koloni tunggal pada pada object glass dengan sedikit media. Selanjutnya ditutup menggunakan cover glass kemudian ditekan, putar 180° dan diinkubasi selama 24 jam dalam kondisi lembab dan aseptis.

3.4.7 Identifikasi jamur endofit dan khamir (yeast)

Jamur endofit.Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis untuk kemudian dilakukan identifikasi berdasarkan buku panduan identifikasi IllustratedGenere of Imperfect Fungi fourth ed (Barnet and Hunter, 1969) dan tambahan informasi dari buku-buku pendukung lainnya. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan cara mengamati kenampakan morfologi koloni jamur secara makroskopis yang meliputi warna koloni, pola persebaran koloni dalam cawan petri (konsentris dan tidak konsentris), tekstur koloni dan waktu yang dibutuhkan oleh koloni untuk memenuhi cawan petri (full plate duration). Pengamatan warna koloni dilakukan pada bagian permukaan dan dasar koloni karena seringkali terdapat perbedaan antara warna permukaan dan warna dasar koloni.

dengan mengamati bentuk koloni dalam cawan petri. Pola persebaran dapat berupa konsentris maupun non konsentris. Pola persebaran konsentris apabila terdapat gelombang-gelombang lingkaran konsentris yang dapat dilihat dari permukaan maupun dasar koloni. Pola persebaran non konsentris dapat berupa bentuk radial (tidak beraturan), menggunung, atau menyamping. Pengamatan tekstur koloni meliputi kasar dan halus, rapat dan renggang, serta tebal tipis koloni yang tumbuh pada media. Pengamatan full plate duration dilakukan untuk mengetahui kemampuan tumbuh koloni jamur endofit pada media PDA, pengamatan ini dilakukan dengan melihat waktu yang dibutuhkan kooni untuk mencapai diameter 9 cm.

Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan cara mengamati kenampakan morfologi koloni jamur dengan menggunakan mikroskop yang meliputi ada atau tidaknya septa pada hifa, pertumbuhan hifa, warna hifa, ada atau tidaknya konidia, warna konidia, bentuk konidia, serta pola persebaran konidia.

Pengamatan dengan mikroskop dilakukan dengan menggunakan perbesaran 400x (40 x 10). Pengamatan ada atau tidaknya septa pada hifa dilakukan dengan mengamati ada tidaknya sekat (garis melintang) pada hifa. Sekat pada hifa dapat terlihat rapat maupun jarang. Pengamatan pertumbuhan hifa dapat dilihat dengan mengamati percabangan hifa (bercabang atau tidak bercabang). Percabangan hifa dapat terlihat bercabang banyak atau sedikit dengan pola beraturan atau tidak beraturan. Pengamatan warna hifa dan konidia dapat dilihat dari kenampakan warna yaitu gelap atau hialin. Warna hialin adalah ketika hifa atau konidia tidak berwarna dan terlihat transparan. Bentuk konidia dapat berupa bulat, lonjong, elips, oval atau tidak beraturan. Pola persebaran konidia dapat dikategorikan seperti bergerombol diujung konidiofor atau bergerombol di sekitar hifa menyebar tunggal, berantai atau tidak berantai, serta bentuk kumpulan konidia. Kumpulan konidia seringkali terlihat bermacam-macam bentuk, seperti bulat, radial (tidak beraturan), menyerupai bentuk bunga, dan sebagainya.

Pengamatan mikroskopis juga dilakukan terhadap kenampakan konidiofor yaitu hifa khusus yang merupakan tangkai dari konidia serta ciri lain yang ditemukan. Pengamatan konidiofor meliputi bentuk konidiofor (bulat, segitiga, atau segiempat), warna konidifor (gelap atau hialin), ada atau tidaknya septa pada konidiofor (bersekat atau tidak bersekat), dan pertumbuhan konidiofor (bercabang

Khamir. Identifikasi dilaksanakan dengan mengamati kenampakan khamir secara makroskopis dan mikroskopis. Identifikasi makroskopis dilaksanakan dengan mengamati secara langsung kenampakan koloni khamir pada media YEPD meliputi bentuk, warna, tekstur, tepian dan elevasi koloni khamir.

Sedangkan pengamatan morfologi sel dilihat dibawah mikroskop berdasarkan : bentuk dan ukuran sel, jenis reproduksi seksual dan aseksual, pola pertunasan, dan keberadaan pseudohifa (Barnett, 2011; Jumiyati et al., 2012). Sebagai sumber identifikasi khamir digunakan buku The Yeast 5 Editions karya Kurtzman tahun 2011.

3.4.8 Uji antagonis isolat jamur endofit dengan patogen Fusarium sp.

Untuk mengetahui potensi jamur sebagai antagonis maka dilakukan pengujian dalam cawan petri dengan menggunakan medium buatan PDA mengacu pada Sharfuddin dan Mohanka (2012), isolat jamur yang didapat diinokulasi dalam salah satu tepi cawan petri diamater 9 dengan jarak 3 cm posisi berhadapan dengan isolat patogen yang akan diuji, dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Uji antagonisjamur endofit dan patogen Fusarium sp. dengan metode oposisi langsung.Keterangan: P=patogen, A=jamur antagonis

Dengan demikian nantinya akan didapat kombinasi pengujian antara patogen Fusarium sp. dengan isolat-isolat jamur endofit. Perlakuan sesuai dengan banyaknya isolat jamur yang diperoleh dan kontrol (tanpa jamur antagonis).

Maksud dari percobaan tahap ini adalah untuk melihat adanya penghambatan serta besarnya hambatan isolat jamur terhadap pertumbuhan patogen Fusarium sp.

Kemudian diinkubasi pada suhu kamar, radius pertumbuhan koloni patogen diukur setiap hari selama 7 hari pengamatan. Penghambatan pertumbuhan koloni

● ●

P A

3 cm 3 cm 3 cm

𝐼 = (𝑟1 − 𝑟2)

𝑟1 × 100%

Keterangan :

I : Persentase penghambatan

r1 : Jari-jari koloni patogen yang arah pertumbuhannya berlawanan dengan jamur (cm).

r2 : Jari-jari koloni patogen yang arah pertumbuhannya mendekati koloni jamur antagonis (cm).

3.4.9 Uji antagonis isolat khamir dengan patogen Fusarium sp.

Metode pengujian antagonis khamir secara in-vitro mengacu pada Shofiana et al. (2015) dapat dilihat pada Gambar 5. Khamir digoreskan pada media pada PDA tepat ditengah cawan petri secara tegak lurus sebanyak 1 lup inokulasi.

Biakan murni Fusarium sp. diambil dengan bor gabus dan letakkan pada sisi kanan dan kiri goresan khamir dengan jarak ±3 cm kemudian diinkubasi pada suhu ruangan. Pengamatan lebar zona hambat dan persentase tingkat hambat relatif khamir terhadap jamur Fusarium sp. dilakukan setiap hari. Perlakuan kontrol tanpa inokulasi khamir juga disiapkan sebagai pembanding.

Gambar 5. Uji antagonis khamir terhadap patogen Fusarium sp. menurut Shofiana et al. (2015).Keterangan: P=patogen.

Persentase tingkat hambatan relatif terhadap patogen dihitung dengan rumus mengikuti Hadiwiyono (1999), rumusnya adalah sebagai berikut :

khamir

khamir

3 cm 3 cm

p p

Keterangan :

THR : persentase tingkat hambatan relatif terhadap pertumbuhan patogen dk : jumlah jari-jari (r1+r2) koloni patogen tanpa perlakuan khamir (kontrol) dp : jumlah jari-jari (r1+r2) koloni patogen yang diberi perlakuan khamir 3.4.10 Pengamatan mekanisme antagonis dengan Scanning Electron

Microscope(SEM)

Untuk mengetahuimekanisme antagonis sampel isolat hasil uji antagonis antara jamur endofit dan patogen Fusarium sp. diperlukan alat Scanning Electron Microscope (SEM). Metode yang digunakan mengacu pada Hastuti (2016) yaitu mekanisme antagonis diamati dengan cara membuat preparatdengan cara mengiris 2x2 mm koloni jamur yang saling berinterkasi dan diletakkan diatascover glass steril. Kemudian dilakukan pengeringan bertingkat atau dehidrasi menggunakan larutan etanol 30%, 50%, 70%, 80%, 90%, dan 96% dengan cara disemprotkan secara langsung ke isolat jamur antagonis dan jamur patogen.

Penyemprotan dilakukan dengan jarak waktu ±5 menit.

Setelah isolat dikeringkan kemudian diletakkan pada alat pemegang spesimen (alumunium stub) dengan perekat koloid pasta perak dan dilapisi logam emas (Au) (ketebalan logam ±15 mm) dengan mengikuti proses evaporasi selanjutnya diamati menggunakan mikroskop elektron skanning. Cara kerja dari mikroskop scanning elektron adalah sinar dari lampu dipancarkan pada lensa kondensor, sebelum masuk pada lensa kondensor ada pengatur dari pancaran sinar elektron yang ditembakkan. Sinar yang melewati lensa objektif diteruskan pada spesimen yang diatur miring pada pencekamnya, spesimen ini disinari oleh deteksi x-ray yang menghasilkan sebuah gambar yang diteruskan pada layar monitor. Pengamatan dilakukan secara visual terhadap hasil fotomikograf yang diproses dengan foto hitam putih Fuji film.

3.5 Analisa Data

berdasarkan kenampakan makroskopis dan mikroskopis.

Rancangan percobaan yang dilakukan dalam pengujian antagonis in-vitroadalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dari uji antagonis mikroba jamur endofit dan khamir dengan patogen Fusarium sp.

dianalisa menggunakan analisa ragam (Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf 5% apabila terdapat beda nyata.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gejala Tanaman yang Terserang Patogen Fusarium sp.

Hasil pengamatan gejala penyakit pada tanaman jagung yang disebabkan oleh patogen Fusarium sp. yaitu sampel tanaman yang didapat sudah dalam kondisi layu walaupun tanaman belum terlalu besar atau tanaman masih dalam fase vegetatif.

Gejala yang tampak pada pangkal batang tanaman jagung mengalami berubahan warna menjadi coklat akibat pembusukan, dapat dilihat pada Gambar 6. Jika tanaman yang masih sangat muda terserang, tanaman dapat membusuk sebelum atau sesudah muncul dari tanah, atau tanaman dapat tumbuh menjadi tanaman yang kerdil. Terdapat massa seperti spora berwarna putih disekitar daun dan pangkal batang.

Gambar 6. Gejala serangan patogen Fusarium sp. pada pangkal batang tanaman jagung.

Keterangan: 1.) Pangkal batang jagung membusuk.

Menurut Satrahidayat (2010), gejala permulaan dari serangan penyakit ini ialah terjadinya pemucatan daun dan tulang daun, diikuti dengan merunduknya tangkai daun. Daun layu dan lambat laun berwarna kuning. Kelayuan terjadi mulai dari daun terbawah dan terus ke daun bagian atas. Jika tanaman yang sakit dipotong melintang akan kelihatan suatu cincin yang berwarna coklat pada pembuluh xilem. Kelayuan tersebut diakibatkan adanya penutupan saluran xylem yang mengangkut air dan mineral dari tanah, yang mengakibatkan tanaman mati dan akhirnya kering.

4.2 Hasil Isolasi dan Identifikasi Jamur Patogen Fusarium sp.

Hasil pengamatan isolasi patogen Fusarium sp. dari hasil perbanyakan didapatkan biakan murni pada media PDA. Pada pengamatan biakan murni yang berumur 7 hari didapatkan ciri-ciri makroskopis patogen Fusarium sp.dapat dilihat pada Gambar 7. yaitu koloni berwarna putih, pada bagian tengah koloni berwarna putih tulang. Koloni bagian bawah berwarna putih kekuningan. Tipe persebaran konsentris, membulat dengan tekstur permukaan koloni yang agak kasar seperti kapas, kerapatan agak rapat, dan ketebalan agak tipis. Ukuran diameter saat berumur 7 hari yaitu 6 cm.

Gambar 7. Hasil biakan murnidan identifikasi jamur patogen Fusarium sp.

Keterangan: A.Makroskopis isolat jamur Fusarium sp.; B. Mikroskopis jamur Fusarium sp. (perbesaran 400x). 1. Hifa, 2. Konidiofor, 3. Mikrokonidia, 4.Makrokonidia bersekat.

Pada pengamatan karakteristik mikroskopis dari isolat patogen Fusarium sp.

dapat dilihat pada Gambar 7.didapatkan hasil adanya hifa hialin yang bersekat dan ramping. Konidofor hialin, bersekat dan tidak bercabang. Mikrokonidia hialin, tidak bersekat dengan dinding yang tipis, dan berbentuk lonjong dengan ujung agak meruncing. Makrokonidia berbentuk seperti bulan sabit atau seperti pengait dengan ujung yang meruncing, hialin, dan memiliki 3-5 sekat. Ukuran makrokonidia yang didapat yaitu 19,34µm x 2,55µm. Berdasarkan ciri-ciri mikroskopis dari jamur Fusarium sp. memiliki ciri khas pada bentuk makrokonidia.

Bentuk makrokonidia dari Fusarium sp. yaitu seperti bulan sabit, hialin, dan bersekat.

Hal ini sesuai dengan Sastrahidayat (2010), Fusarium mempunyai makrokonidium yang berbentuk melengkung, panjang dengan ujung yang mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah sekat, sedangkan mikrokonidium mempunyai bentuk tidak bersekat atau bersekat satu dan dihasilkan oleh sporodokium (ukurannya lebih kecil daripada yang makro). Selain itu menurut

Watanabe (2002) menyatakan bahwa jamur Fusarium memiliki konidiofor hialin, sederhana, pendek. Konidia hialin, terdiri dari dua macam yaitu makrokonidia berbentuk perahu, ramping lonjong dan bengkok, bersekat. Sedangkan mikrokonidia berbentuk elips bersekat.

4.3 Hasil Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit dari AkarJagung Setelah dilakukan isolasi dan purifikasi ditemukan 10 isolat mikroba jamur padaakarjagung, kemudian dilakukan identifikasi dan diperoleh 9 isolat jamur yang teridentifikasi dan 1 isolat jamur tidak teridentifikasi. Sepuluh isolat jamur tersebut ditemukan pada akar jagung dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil isolasi dan identifikasi jamur endofit dari akar jagung

Sampel tanaman Genus jamur

BMD57 1. Nigrospora sp.

2. Alternaria sp.

3. Jamur akar (isolat 1)

BMD58 1. Phomasp.

2. Curvularia sp.(isolat 1) BISI 18 1. Fusarium sp. (isolat 1) 2. Culvularia sp. (isolat 2) 3. Fusarium sp. (isolat 2) P35 1. Trichoderma sp. (isolat 1)

2. Trichoderma sp. (isolat 2)

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa jaringan akar tanaman jagung ditemukan 10 isolat mikroba jamur. Pada galur BMD57 ditemukan 3 isolat jamur yaitu Nigrospora sp., Alternaria sp., Jamur akar (isolat 1). Untuk galur BMD58 ditemukan 2 isolat jamur yaitu Phoma sp. dan Curvularia sp. (isolat 1), sedangkan varietas BISI 18 ditemukan 3 isolat jamur yaitu Fusarium sp. (isolat 1), Culvularia sp.(isolat 2), Fusarium sp. (isolat 2) dan varietas P35 ditemukan 2 isolat jamur Trichoderma sp.

Hasil isolasi dan identifikasi jamur endofit pada akar jagung galur BMD57 1. Jamur Nigrospora sp.

Pengamatan makroskopis

Pengamatan makroskopis menunjukkan bahwa pertumbuhan awal koloni berwarna putih kemudian berubah warna putih bercampur hitam yang dominan.

Warna dasar koloni hitam. Pada pertumbuhan koloni kasar dan tebal. Memiliki pola persebaran menyebar dan tidak mempunyai lingkaran konsentris. Pertumbuhan koloni jamur pada hari ke-7 dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hasil biakan murnidan identifikasi jamur Nigrospora sp.

Keterangan: A. Makroskopis isolat jamur Nigrospora sp.pada media PDA, B.

Mikroskopis jamur Nigrospora sp.(perbesaran 400x). 1. Hifa, 2. Konidiofor, 3.

Konidia.

Pengamatan mikroskopis

Pengamatan mikroskopis jamur Nigrospora sp. menunjukkan bahwa hifa bersekat dan berwarna kecoklatan, konidiofor pendek, sederhana dan berwarna kecoklatan. Konidia berwarna hitam dan berbentuk bulat atau globose dengan panjang 7,56µm x lebar 5,31µm dapat dilihat pada Gambar 8. Menurut Barnet dan Hunter (1998), konidiofor sederhana dan pendek, konidia berbentuk globose dan berwarna hitam.

2. Jamur Alternaria sp.

Pengamatan makroskopis

Dari hasil pengamatan jamur Alternaria sp. dapat dilihat pada Gambar 9.

tampak depan koloni berwarna coklat kehitaman dan pada bagian belakang berwarna kehitaman. Tipe persebaran merata dan tidak memusat, tidak memiliki lingkaran konsentris. Tekstur permukaan koloni rata dan halus, ketebalan koloni agak tebal. Koloni jamur memenuhi cawan petri (d=9) selama 9 hari.

Gambar 9. Hasil biakan murni dan identifikasi jamur Alternaria sp.

Keterangan: A. Makroskopis isolat jamur Alternaria sp.pada media PDA, B.

Mikroskopis jamur Alternaria sp. (perbesaran 400x) 1. Hifa, 2. Konidiofor, 3.

Mikrokonidia, 4. Makrokonidia.

Pengamatan mikroskopis

Pengamatan secara mikroskopis jamur Alternaria sp. dapat dilihat pada Gambar 9. menunjukkan bahwa hifa bersekat dan berwarna coklat. Konidiofor berwarna coklat, bersekat, bentuk tegak dengan ujung melengkung. Makrokonidia terdapat di ujung konidiofor dan berwarna coklat gelap dengan bentuk oval.

Ukuran makrokonidia hasil pengamatan yaitu 15,31x7,68µm. Terdapat mikrokonidia yang berwarna hialin. Menurut Watanabe (2002) menyatakan bahwa konidofor bersekat, tegak, berdinding tebal. Konidia berwarna coklat gelap, mempunyai 3-5 sekat dan bentuknya oval.

3. Jamur akar(isolat 1) Pengamatan makroskopis

Pengamatan makroskopis jamur akar (isolat 1) dapat dilihat pada Gambar 10.menunjukkan tampak dari depan koloni berwarna hitam pada bagian tengah dan berwarna coklat pada bagian tepi. Tampak dari belakang warna koloni sama dengan bagian depan. Terdapat lingkaran konsentri, tekstur koloni rata dan halus, ketebalan koloni sangat tipis. Pertumbuhan koloni lambat yaitu memenuhi media di cawan petri (d=9) pada pengamatan ke-9.

Gambar 10. Hasil biakan murni dan identifikasi jamur akar (isolat 1).

Keterangan: A. Makroskopis isolat jamur akar (isolat 1) pada media PDA, B.

Mikroskopis jamur akar (isolat 1) (perbesaran 400x) 1. Hifa, 2. Mikrokonidia.

Pengamatan mikroskopis

Hasil pengamatan mikroskopisjamur akar (isolat 1) dapat dilihat pada Gambar 10.menunjukkan bahwa terdapat hifa dan konidia. Hifa bersekat dengan warna kecoklatan. Sedangkan untuk konidia berbentuk membulat, tidak memiliki sekat, berwarna kecoklatan.

Hasil isolasi dan identifikasi jamur endofit pada akar jagung galur BMD58 1. Jamur Phoma sp.

Pengamatan makroskopis

Pengamatan makroskopis jamur Phoma sp. dapat dilihat pada Gambar 11.

menunjukkan tampak dari depan koloni berwarna hitam pada bagian tepi dan sedikit warna coklat pada bagian tengah. Tampak dari belakang warna koloni sama dengan bagian depan. Terdapat lingkaran konsentri, tekstur koloni rata dan halus, ketebalan koloni sangat tipis. Pertumbuhan koloni lambat yaitu memenuhi media di cawan petri (d=9) pada pengamatan kesembilan.

Gambar 11. Hasil biakan murni dan identifikasi jamur Phoma sp.

Keterangan: A. Makroskopis isolat jamur Phoma sp. pada media PDA, B.

Mikroskopis jamur Phoma sp. (perbesaran 400x) 1. Picnidia

Pengamatan mikroskopis

Hasil pengamatan mikroskopis jamur Phoma sp. dapat dilihat pada Gambar 11. menunjukkan bahwa terdapat hifa dan picnidia. Hifa tidak bersekat dengan warna kecoklatan. Sedangkan untuk picnidia berbentuk bulat atau oval, tidak memiliki sekat, berwarna kecoklatan. Menurut Watanabe (2002), hifa hialin, tidak bersekat, berpilin, bercabang dan tidak beraturan berwarna kecoklatan atau coklat. Jamur Phoma sp. tidak memiliki konidia baik mikrokonidia maupun makrokonidia Terdapat pycnidia berwarna kehitaman berbentuk bulat atau globes.

2. Jamur Curvularia sp. (isolat 1) Pengamatan makroskopis

Pengamatan makroskopisCurvularia sp. (isolat 1) dapat dilihat pada Gambar 12. menunjukkan bahwa koloni berwarna putih. Warna dasar koloni berwarna putih. Pada pertumbuhan koloni agak kasar berbentuk mirip bulu unggas, memiliki pola persebaran yang menyebar baraturan dan konsentris.

Pertumbuhan koloni lambat yakni pada hari ke-7 pengamatan hanya memiliki diamater 5,7 cm.

Gambar 12. Hasil biakan murni dan identifikasi jamur Curvularia sp. (isolat 1) Keterangan: A. Makroskopis isolat jamur Curvularia sp. (isolat 1)pada media PDA, B. Mikroskopis jamur Curvularia sp. (isolat 1) (perbesaran 400x)1.

Hifa, 2. Konidiofor, 3. Mikrokonidia, 4. Makrokonidia.

Pengamatan mikroskopis

Pengamatan mikroskopisCurvularia sp. (isolat 1) dapat dilihat pada Gambar 12. menunjukkan bahwa hifa bersekat, terlihat kecoklatan dan bercabang.

Konidiofor berwarna coklat lurus dan berwarna kecoklatan. Pada konidia memiliki 4 septa dan berwarna coklat. Menurut Barnett dan Hunter (1960), Curvularia sp.

memiliki konidiofor berwarna coklat dan berbentuk sederhana. Dan konidia memiliki septa 3-5 sel dan membengkok pada sel ketiga.

Hasil isolasi dan identifikasi jamur endofit pada akar jagung varietas BISI18

1. Jamur Fusarium sp. (isolat 1) Pengamatan makroskopis

Pengamatan makroskopis jamur Fusarium sp. (isolat 1) dapat dilihat pada Gambar 13. menunjukkan koloni tumbuh cepat pada media PDA yaitu diameter mencapai 7 cm pada hari ke-7 Warna permukaan koloni putih sedangkan warna dasar koloni putih kekuningan, koloni bertekstur lembut dengan pola sebaran menyebar beraturan, dan tidak mempunyai lingkaran konsentris. Hal ini sesuai dengan Gandjar (1999) menyatakan bahwa koloni fusariummempunyai miselia aerial tampak jarang atau banyak seperti kapas, kemudian seperti beludru, berwarna putih.

Gambar 13. Hasil biakan murni dan identifikasi jamur Fusarium sp. (isolat 1) Keterangan: A. Makroskopis isolat jamur Fusarium sp. (isolat 1) pada media PDA, B. Mikroskopis jamur Fusarium sp. (isolat 1) (perbesaran 400x) 1. Hifa,

Gambar 13. Hasil biakan murni dan identifikasi jamur Fusarium sp. (isolat 1) Keterangan: A. Makroskopis isolat jamur Fusarium sp. (isolat 1) pada media PDA, B. Mikroskopis jamur Fusarium sp. (isolat 1) (perbesaran 400x) 1. Hifa,

Dokumen terkait