• Tidak ada hasil yang ditemukan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) di Institut Pertanian Bogor. Dalam penelitian ini penulis memilih judul " Kualitas Tanah Pada Berbagai Penutupan Lahan Hasil Revegetasi (Studi Kasus Pasca Kegiatan Rehabilitasi Lahan Di Sub DAS Ciliwung Hulu)".

Dengan penuh kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga besar saya (Ema Entat, Bapa Aan, A Emprit, A Iwan, A Yayan), Istriku tercinta Nurhasanah, Anaku tersayang Sayyid Maulana Nuramadhan dan Jilan Ihda Husnayain atas dukungan semangat dan doanya.

2. Bapak Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R, MS selaku dosen pembimbing atas segala bantuan dan bimbingannya.

3. Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing atas segala bantuan dan bimbingannya.

4. Bapak Dr. Ir. Cahyo Wibowo M.Sc. F.Trop selaku penguji luar komisi atas saran dan masukkannya.

5. Para Rimbawan di Laboratorium Pengaruh Hutan yang telah memberikan dukungan dan bantuannya.

6. Kelompok Tani Mega Mendung Khususnya Pak Bambang, Ibu Rosita, Pak Dokter Untung, Kang Yuhan, Pak ade dan Mas Karjo yang telah memberikan dukungan.

7. Teman - teman program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan khususnya Pak Ceng Asmarahman atas bantuan dan dukungannya.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya untuk rehabilitasi lahan di Indonesia. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakannya.

Bogor, Agustus 2009

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 22 Maret 1976. Penulis adalah suami dari Nurhasanah dan ayah dari Sayyid Maulana Nuramadhan dan Jilan Ihda Husnayain.

Pada tahun 1988 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Rancapurut, pendidikan menengah di SMPN I Sumedang pada tahun 1991 dan SMAN 2 Sumedang pada tahun 1994, penulis diterima di IPB tahun 1994 di Fakultas Kehutanan, Jurusan Manajemen Hutan kemudian pada tahun 2006 penulis masuk ke Sekolah Pasca Sarjana IPB program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan dengan sponsor BPPS.

Selama menjadi mahasiswa penulis bekerja sebagai staf pengajar di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB dan mengasuh mata kuliah Pengaruh Hutan dan Pengelolaan Nutrisi Hutan. Penulis dinyatakan lulus sebagai Magister Sains dengan judul tesis Kualitas Tanah Pada Berbagai Penutupan Lahan Hasil Revegetasi (Studi Kasus Pasca Kegiatan Rehabilitasi Lahan Di Sub DAS Ciliwung Hulu).

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah dan Kerangka Pemikiran... 4 1.3. Tujuan Penelitian... 6 1.4. Manfaat Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah... 7 2.2. Kualitas Tanah... 7 2.3. Lahan kritis... 8 2.4. Rehabilitasi Lahan... 11 2.5. Sifat fisik Tanah... 12 2.6. Sifat Kimia Tanah... 14 2.7. Sifat Biologi Tanah... 16 2.8. Bahan Organik... 18 III. METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 21 3.2. Bahan dan Alat... 21 3.3. Metode Penelitian... 22 3.4.AnalisisData... 31 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak dan Luas... 34 4.2. Kondisi Sosial Masyarakat... 34 4.3. Kondisi Lahan... 35 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil... 39 5.1.1. Kondisi Lingkungan ... 39 5.1.2. Kualitas Tanah... 63 5.1.3. Kualitas Tanah pada Beberapa Penutupan Lahan... 63 5.2. Pembahasan... 65 5.2.1. Kondisi Lingkungan ... 65 5.2.2. Kualitas Tanah ... 68 5.2.3. Kualitas Tanah pada Beberapa Penutupan Lahan... 78 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 81 6.2. Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA... 82 LAMPIRAN... 87

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Modifikasi indikator, bobot dan batas-batas fungsi penilaian ... 30 Tabel 2. Metode analisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah... 32 Tabel 3. Penutupan lahan di Blok S Cipendawa pra rehabilitasi... 35 Tabel 4. Data hasil analisis tanah pra revegetasi pada lokasi penelitian ... 36 Tabel 5. Perubahan penutupan lahan di lokasi penelitian... 37 Tabel 6. Data curah hujan tahunan Blok S Cipendawa Megamendung ... 38 Tabel 7. Data kondisi lingkungan pada penutupan lahan pertanian (TP),

semak belukar (SB), tanaman campuran (TC)

dan Jati-Mengkudu (JM)... 39 Tabel 8. Hasil analisis sifat fisik tanah pada penutupan lahan

pertanian (TP), semak belukar (SB), tanaman campuran (TC)

dan Jati-Mengkudu (JM)... 45 Tabel 9. Perubahan nilai sifat kimia tanah pada penutupan lahan

pertanian (TP), semak belukar (SB), tanaman campuran (TC)

dan Jati-Mengkudu (JM)... 49 Tabel 10. Perubahan nilai sifat biologi tanah di lokasi penelitian... 57 Tabel 11. Hasil analisa pupuk kompos... 59 Tabel 12. Analisis vegetasi tingkat pancang pada lokasi penelitian... 60 Tabel 13. Analisis vegetasi tumbuhan bawah pada lokasi penelitian... 60 Tabel 14. Rataan sifat fisika dan kimia tanah sebelum dan setelah

revegetasidi lokasi penelitian... 63 Tabel 15. Rataan indeks kualitas tanah dan peringkat kualitas tanah pada

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran... 5 Gambar 2. Peta lokasi Penelitian... 22 Gambar 3. Cara pengambilan sampel tanah utuh dengan menggunakan

ring sampel tanah... 24 Gambar 4. Bentuk petak contoh untuk analisis vegetasi tanaman hutan

dan tumbuhan bawah... 28 Gambar 5. Penutupan lahan pada awal pelaksanaan rehabilitasi lahan tahun

2002 (a) dan Penutupan Lahan setelah direhabilitasi tahun 2008(b)38 Gambar 6. Suhu dan kelembaban udara di lokasi penelitian... 40 Gambar 7. Suhu dan kelembaban tanah di lokasi penelitian... 41 Gambar 8. Laju infiltrasi di lokasi penelitian... 41 Gambar 9. Erosi pada penutupan lahan TC (tahun 2001-2007)... 42 Gambar 10. Erosi pada penutupan lahan JM (tahun 2001-2007)... 43 Gambar 11. Erosi pada penutupan lahan TP (tahun 2001-2007)... 44 Gambar 12. Erosi pada penutupan lahan SB (tahun 2001-2007)... 44 Gambar 13. Bulk Density pada berbagai penutupan vegetasi... 45 Gambar 14. Air tersedia pada berbagai penutupan lahan... 46 Gambar 15. Porositas tanah pada berbagai penutupan lahan... 47 Gambar 16. Kadar air dengan berbagai penutupan vegetasi... 48 Gambar 17. Tekstur tanah pada berbagai penutupan vegetasi... 48 Gambar 18. Nilai kemasaman tanah (pH) pada berbagai penutupan lahan. . 50 Gambar 19. Nilai C-organik pada berbagai penutupan lahan... 51 Gambar 20. Nilai N total tanah pada berbagai penutupan lahan... 52 Gambar 21. Kandungan fosfor pada berbagai penutupan vegetasi... 53 Gambar 22. Kandungan kalium pada berbagai penutupan lahan... 53 Gambar 23. Kapasitas tukar kation (KTK) pada berbagai penutupan lahan.. 54 Gambar 24. Nitrat (NO3-) pada berbagai penutupan lahan... 55

Gambar 26. Kandungan Fe dan Mn pada berbagai penutupan vegetasi... 56 Gambar 27. Nilai Cmic pada berbagai penutupan lahan... 57

Gambar 28. Bahan organi pada berbagai penutupan vegetasi... 58 Gambar 29. Laju respirasi tanah pada berbagai penutupan lahan... 59

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Nilai C untuk berbagai jenis tanaman dan pengelolaan tanaman 88 Lampiran 2. Nilai faktor P di berbagai aktivitas konservasi tanah... 88 Lampiran 3. Foto penutupan lahan di lokasi penelitian Blok S Cipendawa

Megamendung... 89 Lampiran 4. Kriteria penilaian sifat kimia tanah... 90 Lampiran 5. Hasil perhitungan laju infiltrasi pada lokasi penelitian... 91 Lampiran 6. Data informasi umum mengenai sejarah pengelolaan

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan seperti banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-mana pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan yang sering mengancam, gagal panen juga sering terjadi karena adanya serangan hama dan penyakit. Akibat dari permasalahan tersebut banyak pihak yang rugi dan banyak lahan produktif berkurang. Masalah tersebut menunjukkan adanya penurunan sumber daya lahan (SDL) baik ditingkat lahan maupun lansekap/nasional dan global, antara lain berhubungan dengan (1) terganggunya fungsi hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS) baik jumlah dan kualitas air, (2) menurunnya kesuburan tanah (rendahnya ketersediaan hara dan kandungan bahan organik tanah), (3) menurunnya kualitas udara akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca (CO2,

N2O, CH4) melebihi daya serap daratan dan lautan, (4) berkurangnya tingkat

keindahan lansekap, (5) berkurangnya tingkat biodiversitas flora dan fauna baik di atas tanah maupun dalam tanah. Salah satu penyebab terjadinya penurunan SDL adalah adanya alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian intensif dengan masukan yang berlebihan, sehingga menimbulkan kemerosotan atau degradasi lahan.

Kemorosotan atau degradasi lahan sering dikaitkan dengan pemanfaatan lahan yang tidak mengikuti aspek keseimbangan input dan output. Input berkaitan dengan perbaikan tanah atau penyuburan dan pemupukan pada kegiatan budidaya. Sedangkan output dikaitkan dengan serapan hara oleh tanaman dan kemungkinan tercucinya hara melalui mekanisme erosi. Fenomena degradasi lahan tidak hanya terdapat pada kawasan lahan yang ada aktivitas budidaya, lebih kontras terjadi pada tanah-tanah terlantar. Indikator degradasi Lahan dapat ditunjukkan dengan gejala pertumbuhan tanaman yang kurang baik atau tumbuhnya semak-belukar di atas tanah tersebut. Selama ini degradasi lahan banyak terdapat pada kawasan marginal, yaitu tanahnya berupa lahan kering, dengan input budidaya dan teknologi pengelolaan lahan kering yang rendah, marginalisasi lahan terus akan

terjadi yang pada akhirnya mengakibatkan lahan berkecenderungan makin terdegradasi baik fisik maupun kimia. Pada lahan yang berlereng proses degradasi tanah akan cepat terjadi karena adanya erosi. Erosi akan membawa lapisan permukaan tanah yang relatif lebih subur ke tempat lain, yang akan mengakibatkan pemiskinan unsur hara dan menurunkan kualitas sifat fisik dan kimia tanah dan akibatnya tanah menjadi rusak atau terdegradasi.

Untuk mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut, maka kegiatan rehabilitasi lahan harus dilakukan, salah satu kegiannya adalah revegetasi. Kegiatan ini bertujuan tidak saja untuk memperbaiki kondisi lahan yang labil, dan mengurangi erosi tanah, tetapi dalam jangka panjang dapat memperbaiki kondisi iklim mikro, estetika dan meningkatkan kondisi lahan ke arah yang lebih protektif dan konservatif.

Kegiatan rehabilitasi lahan sudah dicanangkan oleh pemerintah pusat dalam berbagai kegiatan, seperti Gerakan Penghijauan Nasional, Penanaman Sejuta Pohon, dan Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL). Program GN-RHL adalah salah satu program prioritas Departemen Kehutanan dalam upaya merehabilitasi dan memulihkan kawasan hutan dan lahan yang rusak dan kritis (terdegradasi) guna mengembalikan fungsi, daya-dukung dan produktivitasnya guna terwujudkan revitalisasi kehutanan Indonesia seperti dicanangkan dalam Rencana Strategis Departemen Kehutanan Tahun 2005 – 2009.

Kegiatan rehabilitasi lahan bisa dilakukan oleh masyarakat, hal ini yang diharapkan oleh semua pihak, yaitu timbulnya kesadaran masyarakat untuk melakukan rehabilitasi lahan. Salah satu contoh adalah kegiatan rehabilitasi lahan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Megamendung (KTM) yang melakukan revegetasi lahan kritis pada lahan ex, HGU PT Buana Estate yang berakhir pada tahun 1998 dan tahun 2000 di Blok S Cipendawa, Desa Megamendung, Bogor, dimana wilayah ini termasuk kedalam Sub DAS Ciliwung Hulu. Kegiatan kelompok tani ini sudah berjalan tujuh tahun dari tahun 2002. Untuk melihat perkembangan kegiatan revegetasi tersebut maka diperlukan suatu evaluasi.

Evaluasi kegiatan diperlukan untuk mengukur keberhasilan kegiatan revegetasi yang telah berjalan dalam upaya merehabilitasi dan memulihkan lahan yang rusak. Hasil pelaksanaan evaluasi diperlukan untuk memberi rekomendasi dan bahan

masukan guna perbaikan pelaksanan kegiatan rehabilitasi lahan pada masa yang akan datang. Evaluasi kegiatan dapat dilakukan dengan cara melihat keberhasilan tumbuh tanaman (persentasi tumbuh) dan kesehatan tanaman (prosentase sehat), selain itu dapa juga melakukan pendekatan penilaian sumberdaya tanah.

Pendekatan penilaian kelestarian sumberdaya tanah telah banyak mengalami perkembangan dengan melibatkan berbagai fungsi tanah secara holistik, tidak hanya aspek produktivitas lahan saja. Untuk itu kegiatan penilaian memerlukan tolok ukur yang dapat menggambarkan kecenderungan umum perubahan kondisi tanah selama dimanfaatkan. Salah satu tolok ukur penilaian tersebut adalah kualitas tanah.

Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator- indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat- sifat yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah. Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses fisika, kimia dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah (SQI, 2001).

Kualitas tanah adalah gabungan komponen-komponen fisika, biologi dan kimia tanah serta interaksinya. Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator-indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan nilai dan bobot tiap indikator kualitas tanah. Penentuan kualitas tanah untuk mengevaluasi keberhasilan rehabilitasi lahan sangat diperlukan, oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai kualitas tanah pada berbagai penutupan lahan hasil rehabilitasi lahan untuk melihat perkembangan kegiatan tersebut dan untuk memberi masukan untuk pengelolaan selanjutnya.

1.2. Perumusan masalah dan Kerangka pemikiran

Pengalihfungsian lahan dari lahan hutan menjadi penggunaan lain yang bukan peruntukannya akan menimbulkan penurunan kualitas lingkungan. Permasalahan yang timbul dari pengalihfungsian lahan hutan adalah terbentuknya lahan kritis yang karakteristik lahannya sebagai berikut :

1. Lahan miskin unsur hara , pH dan KTK rendah, serta bakteri pengurai tidak ada sehingga tumbuhan sulit tumbuh di lahan tersebut

2. Lahannya berupa lahan tidur yang tidak termanfaatkan

3. Hilangnya vegetasi alami dan berubahnya ekosistem lingkungan tersebut

Salah satu tindakan untuk mengatasi masalah tersebut di atas adalah dengan kegiatan rehabilitasi lahan. Upaya rehabilitasi dilakukan dengan tujuan agar kualitas lingkungan termasuk kualitas tanah pada lahan kritis dapat kembali seperti semula, produktivitas lahan diharapkan menjadi meningkat diiringi dengan tumbuhnya kembali vegetasi. Agar upaya rehabilitasi lahan ini berhasil sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk meningkatkan produktivitas lahan, maka kegiatan tersebut perlu dievaluasi dengan cara melakukan Pendekatan penilaian kelestarian sumberdaya tanah dengan mengukur kualitas tanahnya .

Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh kegiatan rehabilitasi lahan dengan revegetasi terhadap kualitas tanahnya ?

2. Penutupan lahan seperti apa yang paling baik untuk meningkatkan kualitas tanahnya ?

Lahan kritis

Kondisi vegetasi Kondisi Fisik linkungan

Kimia

Fisik Biologi Upaya Rehabilitasi Lahan

Kualitas Tanah

Tesedianya data kualitas tanah dan lingkungan pada berbagai

penutupan lahan Curah Hujan, suhu, dan

kelembaban udara

Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan Masukan di dalam

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mempelajari kualitas tanah pada berbagai penutupan lahan pasca revegetasi

2. Mendapatkan nilai indeks kualitas tanah untuk memperoleh informasi mengenai bentuk penutupan lahan yang paling baik dalam meningkatkan kualitas tanah dalam rangka rehabilitasi lahan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana kualitas tanah pada berbagai penutupan lahan dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah, pengusaha maupun masyarakat dalam merehabilitasi lahan sehingga akan tercapai pengelolaan lingkungan dan sumberdaya lahan secara lestari.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah

Tanah adalah tubuh alam yang berkembang akibat adanya interakasi antara bahan induk, bentang alam, iklim dan jasad hidup dalam rentang waktu tertentu dengan melibatkan serangkaian proses pembentukan tanah (Hardjowigeno, 2003). Bentuk dan intensitas interaksi antar faktor/komponen tersebut mengendalikan macam dan intensitas proses pembentukan tanah dan penampilan tubuh tanah yang terbentuk. Tubuh tanah tersusun dari satu atau lebih horison atau lapisan dengan watak-watak sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi yang berbeda antar horison dan mendatar (antar tubuh tanah). Faktor lingkungan di atas yang terlibat dalam pembentukan tanah disebut faktor-faktor pembentukan tanah. Keterkaitan antara faktor-faktor pembentukan tanah dengan tanah sebagai hasil pembentukan alami adalah melalui proses pembentukan tanah.

Tanah tersusun dari empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Bahan – bahan penyusun tersebut memiliki jumlah yang berbeda – beda untuk setiap jenis tanah ataupun lapisan tanah. Lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering (bukan sawah) umumnya mengandung 45 % bahan mineral, 5 % bahan organik, 20 – 30 % udara dan 20 – 30 % air (Hardjowigeno,2003).

Menurut Arsyad (2006) bahwa tanah mempunyai dua fungsi utama, yaitu (1) sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, dan (2) sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan. Menurunnya fungsi tanah inilah yang bisa disebut degradasi lahan. Apabila fungsi kedua menurun dapat diperbaiki dengan pemupukan, namun bila fungsi yang pertama yang menurun akan sulit diperbaiki

2.2. Kualitas Tanah

Doran & Parkin (1994) memberikan batasan kualitas tanah adalah kapasitas suatu tanah untuk berfungsi dalam batas-batas ekosistem untuk melestarikan produktivitas biologi, memelihara kualitas lingkungan, serta meningkatkan kesehatan tanaman dan hewan. Johnson et al. (1997) mengusulkan

bahwa kualitas tanah adalah ukuran kondisi tanah dibandingkan dengan kebutuhan satu atau beberapa spesies atau dengan beberapa kebutuhan hidup manusia.

Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator- indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan nilai dan bobot tiap indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah. Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses fisika, kimia dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah (SQI, 2001). Menurut Doran & Parkin (1994), indikator-indikator kualitas tanah harus (1) menunjukkan proses-proses yang terjadi dalam ekosistem, (2) memadukan sifat fisika tanah, kimia tanah dan proses biologi tanah, (3) dapat diterima oleh banyak pengguna dan dapat diterapkan di berbagai kondisi lahan, (4) peka terhadap berbagai keragaman pengelolaan tanah dan perubahan iklim, dan (5) apabila mungkin, sifat tersebut merupakan komponen yang biasa diamati pada data dasar tanah.

Karlen et al. (1996) mengusulkan bahwa pemilihan indikator kualitas tanah harus mencerminkan kapasitas tanah untuk menjalankan fungsinya yaitu: 1. Melestarikan aktivitas, diversitas dan produktivitas biologis

2. Mengatur dan mengarahkan aliran air dan zat terlarutnya

3. Menyaring, menyangga, merombak, mendetoksifikasi bahan-bahan anorganik dan organik, meliputi limbah industri dan rumah tangga serta curahan dari atmosfer.

4. Menyimpan dan mendaurkan hara dan unsur lain dalam biosfer.

5. Mendukung struktur sosial ekonomi dan melindungi peninggalan arkeologis terkait dengan permukiman manusia.

Berdasarkan fungsi tanah yang hendak dinilai kemudian dipilih beberapa indikator yang sesuai. Menurut Mausbach & Seybold (1998) Pemilihan indikator berdasarkan pada konsep minimum data set (MDS), yaitu sesedikit mungkin tetapi dapat memenuhi kebutuhan.

2.3. Lahan Kritis

Lahan kritis menurut hasil symposium pencegahan dan pemulihan lahan Kritis pada tahun 1975, didefinisikan sebagai tanah yang karena tidak sesuai dengan penggunaan dan kemampuannya telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisika, kimia, dan biolagi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, permukiman dan kehidupan sosial ekonomi dari daerah lingkungannya. Hidayat dan Thalib (1987) mengemukakan hal yang sama bahwa lahan kritis adalah lahan-lahan yang telah mengalami gangguan ataupun kerusakan baik secara fisika, kimia maupun biologinya.

Departemen Pertanian menetapkan lahan kritis pada hakekatnya adalah lahan yang pada saat ini kurang produktif lagi ditinjau dari segi pertanian karena pengelolaan dan penggunaannya tidak atau kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah. Pada lahan ini terdapat satu atau lebih unsur penghambat yang kurang mendukung usaha pemanfaatan lahan pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat mendefinisikan lahan kritis sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan fisika tanah karena berkurangnya penutupan vegetasi dan adanya gejala erosi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis dan daerah lingkungannya (Sunyoto et al. 1993).

Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan dengan Surat Keputusan Nomor 073/Kpts/V/1994 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai mendifinisikan lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya sedemikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi ataupun media tata air. Lahan-lahan tersebut dapat berupa :

1. Lahan gundul yang sudah tidak bervegetasi sama sekali.

2. Padang alang-alang atau lahan-lahan yang ditumbuhi semak belukar yang tidak produktif.

3. Areal yang berbatu atau berparit sebagai akibat erosi tanah.

4. Lahan yang kedalaman solumnya sudah tipis sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.

5. Tanah yang tingkat erosinya melebihi tingkat erosi yang dapat ditoleransikan, yaitu untuk tanah dengan kedalaman solum lebih dari 100 cm sebesar 14 ton/ha/tahun, daerah dengan kedalaman solum 30-100 cm sebesar 10 ton/ha/tahun dan tanah dengan kedalaman solum kurang dari 30 cm sebesar 5 to/ha/tahun.

Departemen kehutanan secara umum menyebutkan lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi sebagai media pengatur tata air dan unsur produksi pertanian yang baik. Keadaan ini dicirikan oleh keadaan penutupan vegetasi lebih kecil 25%, topografi dengan kemiringan lebih besar 15% dan ditandai dengan adanya gejala erosi lembar (sheet erosion) dan erosi parit (gully erosion). Suwardjo et al. (1996) membagi lahan kritis menjadi 4 (empat) kelas berdasarkan tingkat kekritisannya, yaitu potensial kritis, semi kritis, kritis dan sangat kritis, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Potensial Kritis

Lahan potensial kritis adalah lahan yang masih produktif tetapi kurang tertutup vegetasinya atau mulai terjadi erosi ringan, sehingga lahan akan rusak dan menjadi kritis. Lahan-lahan yang termasuk dalam kelas potensial kritis mempunyai ciri-ciri antara lain :

a. Masih memiliki fungsi produksi, hidroorologi sedang, tetapi bahaya untuk menjadi kritis sangat besar bila tidak dilakukan usaha konservasi.

b. Masih tertutup vegetasi dengan kondisi topografinya atau keadaan lerengnya sedemikian curam (lebih besar 45%), dan kondisi tanah atau batuan yang mudah longsong atau peka erosi sehingga bila vegetasi dibuka akan terjadi erosi berat.

c. Produktivitasnya masih baik, tetapi penggunaannya tidak sesuai dengan kemampuannya, dan belum dilakukan usaha konservasi, misalnya hutan yang baru dibuka.

2. Semi Kritis

Lahan semi kritis adalah lahan yang kurang atau tidak produktif, mempunyai ciri-ciri antara lain :

a. Mengalami erosi ringan hingga sedang (horison A lebih kecil dari 5 cm), antara lain erosi permukaan dan erosi alur, tetapi produktivitasnya rendah karena tingkat kesuburannya rendah.

b. Masih produktif tetapi tingkat bahaya erosi tinggi sehingga fungsi hidrologi menurun. Bila tidak ada usaha perbaikan maka dalam waktu relatif singkat akan menjadi lahan kritis. Solum tanah sedang (60-90 cm) dengan ketebalan lapisan atas (horison A) umumnya kurang dari 5 cm. Vegetasi dominan biasanya alang-alang, rumput dan semak belukar.

3. Lahan Kritis

Lahan kritis adalah lahan-lahan yang tidak produktif atau produktivitasnya rendah sekali, dengan ciri-ciri antara lain :

a. Mengalami erosi berat, dimana tingkat erosi umumnya erosi parit b. Kedalaman tanah yang sedang sampai dangkal (lebih kecil 60 cm)

Dokumen terkait