• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Asuhan Pemberian Makan terhadap Status Gizi Balita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh asuhan pemberian makan terhadap status gizi balita, hal ini ditunjukkan dari perilaku asuhan pemberian makan yang dilakukan oleh ibu yang terbanyak adalah berada pada kategori baik yaitu 57,3%. Hasil ini cukup menggembirakan walau masih ditemukan ibu yang belum melakukan asuhan pemberian makan yang baik pada balitanya sebesar 42,7%.

Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa asuhan pemberian makan dan kesehatan yang dilakukan oleh ibu mempunyai hubungan terhadap status gizi balita yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar p=0,003. Dari 57,3% ibu yang melakukan asuhan pemberian makan pada kategori baik tersebut mempunyai anak balita dengan status gizi normal 63,8%.

Hasil ini memberi penjelasan bahwa di dalam asuhan pemberian makan sudah banyak ibu yang berperilaku baik. Hal ini ditunjukkan dari adanya usaha ibu menyajikan dan memberikan sendiri makanan terhadap anaknya, ibu mengatur menu dan jam makan anaknya, ibu memberikan ASI kepada bayi kapanpun dia mau sampai anak berusia 2 tahun. Pemberian ASI selama usia 0-6 bulan dilakukan oleh ibu yang memiliki balita dari keluarga miskin karena menurut mereka hal ini dapat memenuhi kebutuhan gizi anak serta dapat membentuk ikatan cinta kasih antara ibu dan anak. Ibu juga tidak pernah mengatur berapa kali sehari bayi di beri ASI, karena menurut ibu jika bayi membutuhkannya langsung diberikan kapan dan dimanapun tempatnya.

Di dalam menyajikan makanan utama kepada bayi ibu memberikan makanan dengan sumber protein hewani seperti ikan, ayam, daging, telur, tempe dan juga sumber protein nabati seperti sayur-sayuran. Pemberian makanan utama kepada anak dilakukan 3 kali dalam sehari. Jika anak meminta jajanan ibu berusaha memberikan jajanan yang bergizi seperti kue dan roti. Ibu memberikan makanan selingan seperti biskuit/buah pada anak diantara dua waktu makan. Jika anak tidak mau makan ibu berusaha membujuk anak agar mau memakan makanan yang sudah disajikan dan untuk meningkatkan selera makan anak ibu menyediakan makanan yang disukai oleh anak dan sudah merupakan kebiasaan ibu menyediakan makanan khas yang sudah ada turun-temurun seperti kolak ubi, agar-agar dan lain-lain. Di dalam memberikan MP-ASI ibu memilih jenis MP-ASI lokal atau MP-ASI dapur ibu, dengan mengolah bahan makanan yang mudah dan murah di peroleh di daerah setempat. Selain menyediakan sendiri makanan untuk anak ibu juga mempunyai kebiasaan membawa anak makan di acara pesta untuk menambah asupan gizi bagi anak.

Praktik pemberian makanan dalam hal peningkatan status gizi balita dalam penelitian ini ditunjukkan dengan perilaku ibu di dalam penyajian dan pemberian makanan benar-benar dilakukan oleh ibu sendiri, karena selain akan mempererat hubungan ibu dan anak hal ini juga disebabkan oleh faktor keadaan yang mengharuskan ibu untuk merawat sendiri balitanya. Apabila ibu ada kepentingan yang tidak dapat membawa bayi/anaknya pengasuhan digantikan oleh nenek, bibi, saudara, ayah, anak yang lain yang sudah besar dan bahkan tetangga. Pola pengasuhan ditunjukkan dengan cara memberikan perhatian dan kasih sayang

terhadap anak. Ibu menyebutkan bahwa hubungan baik antara keluarga dengan lingkungan sekitar seperti tetangga sangat diperlukan.

Hasil penelitian Marintan (2011) mempunyai kesamaan dengan hasil penelitian ini, dimana perilaku ibu selama memberikan makan atau pola asuh makan tidak pernah mengabaikan pemberian ASI pada balitanya sejak usia 0-6 bulan. Ibu juga menyebutkan bahwa pemberian ASI sangat penting oleh karena dapat diberikan dengan mudah dan kapan saja, ASI juga merupakan makanan yang sangat bergizi yang harus diberikan pada balita. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa di dalam pengaturan jadwal makan pada bayinya ibu memberikan makanan sebanyak 3 kali sehari.

Ogamba et all. (2001) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang dapat memengaruhi pola pengasuhan ibu adalah pengetahuan dan kepercayaan mereka terhadap sesuatu yang dipercayai masyarakat sekitar, yaitu perilaku pemberian makan hendaknya memperhatikan situasi pemberian makan yang bebas dari gangguan, perlindungan anak selama makan, memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih makanan. Situasi dan kondisi serta perilaku yang dilihat dalam penelitian ini adalah apakah ibu membiarkan anak memakan makanan dari jajanan yang tersedia di lingkungan sekitar dibandingkan dengan makanan jajanan yang diolah sendiri di rumah.

Berdasarkan penelitian yang dijelaskan di atas dapat dikaitkan dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwa asuhan pemberian makan yang dilakukan oleh ibu sendiri dapat mencegah gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan berupa penyakit

diare dan menurunnya kekebalan tubuh balita karena kurangnya asupan gizi yang seimbang. Berkaitan dengan jenis makanan yang dikonsumsi balita dengan hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengaruh jajanan terhadap keinginan makan pada anak secara teratur dapat memengaruhi pola asuh pemberian makan, yang akhirnya dapat menurunkan nilai gizi yang di asup oleh balita.

Studi PD di Ghana menemukan hasil bahwa ibu dari anak yang tergolong dalam PD mempunyai perilaku yang positif kepada anaknya selama melakukan asuhan pemberian makan yang ditunjukkan dari kedekatan ibu pada bayinya berupa pemberian ASI dan kepedulian ibu terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan pada bayinya ( Nti et al, 2006).

5.2. Pengaruh Asuhan Perawatan Dasar Anak terhadap Status Gizi Balita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan asuhan perawatan dasar terhadap status gizi balita, hal ini ditunjukkan dari perilaku asuhan perawatan dasar yang dilakukan oleh ibu yang terbanyak adalah berada pada kategori baik yaitu 70,7%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hubungan asuhan perawatan dasar anak dengan status gizi balita dengan nilai signifikansi sebesar p=0,045. Dari 70,7% ibu yang melakukan asuhan perawatan dasar anak pada kategori baik mempunyai anak balita dengan status gizi normal 62,1%.

Hal ini ditunjukkan dari asuhan perawatan dasar yang dilakukan ibu antara lain memberikan imunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, dan pemilihan tempat pelayanan kesehatan. Asuhan

perawatan dasar di dalam penelitian ini diukur dari aspek kesehatan yang mengacu pada Engle et all. (1996) yaitu pola asuh kesehatan yang sifatnya preventif seperti pemberian imunisasi maupun pola asuh ketika anak dalam keadaan sakit serta praktek ibu di dalam membantu balita melaksanakan aktifitasnya sehari-hari.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jika anak sakit ibu sudah mencari pengobatan dasar ke tempat yang tepat yaitu ke Puskesmas, praktek dokter dan praktek bidan. Ibu juga aktif berkunjung ke posyandu, selain bertujuan melakukan imunisasi ibu juga khusus datang untuk melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan anak secara rutin sekali sebulan serta memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa anak yang telah berumur satu tahun seyogyanya telah mendapatkan imunisasi lengkap BCG, Polio tiga kali, DPT tiga kali dan campak. Imunisasi telah menjadi perhatian para ibu di Kecamatan Panyabungan Utara, hal ini tercermin dari besarnya persentase ibu-ibu yang anak balitanya telah diimunisasi. Imunisasi sangat penting bagi anak balita. Khomsan et al. (2007) mengemukakan bahwa imunisasi adalah upaya pencegahan agar anak terhindar dari penyakit-penyakit yang dapat mengancam jiwanya, dengan imunisasi angka kematian dapat dikurangi.

Jika anak sedang sakit seperti demam dan diare tidak lebih dari satu hari ibu berusaha melakukan tindakan pengobatan sendiri di rumah karena mereka menganggap mencret sehari biasa terjadi pada anak-anak. Tindakan pengobatan tersebut seperti memberikan segera minuman yang ada seperti air masak / air teh / air

tajin / kuah sayur / air kelapa / larutan gula garam / oralit. Sedangkan jika anak mengalami sakit lebih dari 2 hari maka ibu segera mencari pengobatan seperti ke praktek bidan terdekat dan puskesmas.

Di dalam pengasuhan dan perawatan dasar anak ibu melibatkan ayah dan keluarga luas (kakak, nenek, tetangga dan lain-lain). Agar anak kelihatan lebih lincah dalam bergerak ibu mengajak anak bermain dan menyiapkan alat permainannya walaupun dari bahan yang sederhana seperti alat yang terbuat dari kayu untuk melatih anak berjalan. Untuk membantu anak terhindar dari kotoran yang dapat menimbulkan penyakit ibu selalu memandikan anak dan mencuci rambutnya setiap hari. Ibu mengajari mencuci tangan dan memakan makanan segar seperti buah-buahan. Jika pakaian anak kotor ibu juga segera mengganti pakaiannya dan mengelap badan anak terlebih dahulu dengan air bersih.

Dokumen terkait