• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Pembebanan

2.7.2 Pengaruh Beban Pada Generator Induksi

Pada saat generator dibebani akan terjadi drop tegangan sebelum terminal outputnya. Besaran drop tegangan ini sangat tergantung pada kondisi beban yang ada.

Adapun macam-macam drop tegangan tersebut yaitu :

a) Drop tegangan akibat tahanan jangkar (IRa) b) Drop tegangan akibat reaktansi jangkar (IXa) c) Drop tegangan akibat fluks bocor

Penggabungan antaraa reaktansi jangkar dan fluks bocor sering disebut sebagai reaktansi sinkron (Xs = X1 + Xa). Berikiut akan dijabarkan mengenai pengaruh pembebanan di beban resistif dan induktif.

a. Beban Cos φ = 1

Faktor daya generator bernilai cos φ = 1 adalah apabila generator diberi beban bersifat resistif sepasa dengan tegangannya.

Gambar 2.12 vektor pada beban cos φ =1

Keterangan :

Eo = Tegangan yang terangkat pada kumparan jangkar ( tegangan beban nol) E = Emf induksi beban

V = Tegangan terminal

Bila φ = 1800 maka cos φ = 1 dan sin φ = 0, sehingga daya aktif menjadi maksimum dan reaktif menjadi nol. Efek dari pembebanan resistif adalah putaran generator turun dan tegangan generator juga turun. Untuk mengatasi putaran generator yang turun dapat diatasi dengan menambah putaran mesin yang digunakan untuk menggerakkan generator, dan untuk mengatasi tegangan keluaran generator yang turun maka dapat diatasi dengan cara menambah arus eksitasi.

23 b. Beban Cos φ = Lagging

Faktor daya generator dapat bernilai lagging apabila generator dibebani beban yang bersifat induktif. Beban induktif adalah beban yang mayoritas komponen penyusunnya adalh gulungan-gulungan kawat yang dapat menghasilkan medan magnet/inductor. Contohnya adalh kumparan, motor listrik lampu TL.

Karakteristik factor daya generator yang diakibatkan oleh beban induktif adalah arus beban induktif tertinggal terhadap tegangannya.

Gambar 2.13 Vektor pada beban cos φ = Lagging

Keterangan :

Eo = Tegangan yang terangkat pada kumparan jangkar (tegangan beban nol) E = Emf induksi beban

V = tegangan terminal

Efek dari pembebanan induktif adalah tegangan stator turun sedangkan putaran tetap. Untuk mengatasi permasalahan akibat pembebanan induktif ini adalah dengan menambah arus eksitasi agar tegangan naik kembali.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan dilaboratorium konversi energi listrik.

Penelitian akan dilaksanakan setelah proposal diseminarkan dan disetujui. Lama penelitian direncanakan selama 2 (dua) bulan.

3.2 Bahan & Peralatan

Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah : 1. Motor induksi tiga phasa

Tipe : rotor belitan

25 3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pertama kali yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah pengambilan data dengan melakukan pengukuran langsung di Laboratorium Konversi Energi Listrik, lalu menganalisa data dari hasil pengukuran.

3.4 Variabel yang diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini hanyalah tegangan yang dihasilkan oleh generator induksi.

3.5 Prosedur Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB IV

PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN

4.1

Umum

Untuk melihat pengaruh eksitasi satu phasa terbuka terhadap tegangan yang dihasilkan generator induksi, dilakukan dua pengujian beban nol generator induksi penguatan sendiri (MISG). Dimana untuk salah satu pengujian dilepaskan salah satu hubunagn kapasitor eksitasi generator induksi. Dengan membandingkan kedua hasil pengujian tersebut dapat dilihat pengaruh eksitasi satu phasa terbuka terhadap tegangan yang dihasilkan generator induksi penguatan sendiri (MISG).

Tetapi sebelum itu diperlukan parameter motor yang digunakan sebagai generator induksi. Parameter yang diperlukan adalah kapasitor eksitasi yang diperlukan generator induksi tersebut. Parameter tersebut digunakan untuk mencocokkan kapasitor eksitasi sebagai sumber eksitasi generator induksi tersebut. Parameter tersebut diperoleh dengan mengukur arus magnetisasi motor tersebut dalam keadaan beban nol.

4.2 Penentuan Nilai Kapasitor

Apabila kapasitor yang dirangkai pada generator induksi penguatan sendiri adalah hubungan delta ( ∆ ), maka :

Pout = 2,2 Kw Cos θ = 0,67

Daya yang dibutuhkan mesin ketika beroperasi sebagai motor : S = VI

27 Daya reaktif yang diserap :

= 3,02 kvar

Ketika mesin beroperasi sebagai generator induksi, kapasitor harus mensuplai paling sedikit 3,02 : 3 = 1 kvar per phasa. Tegangan per phasa adalah 380 V karena kapasitor terhubung delta. Dengan begitu, arus kapasitif per phasa ialah

IC

=

2,33 A

Reaktansi kapasitif per phasa adalah X

=

163,09 Ω

Kapasitansi per phasa paling sedikit seharusnya

C

19,5 µF

Nilai kapasitor yang dipasang sangat menentukan terbangkitnya tegangan atau tidak. Untuk terbangkitnya tegangan generator induksi, nilai kapasitor yang dipasang harus lebih besar dari nilai kapasitor minimum yang diperlukan untuk proses eksitasi. Jika kapasitor yang dipasang lebih kecil dari kapasitor minimum yang diperlukan, maka proses pembangkitan tegangan tidak akan berhasil. Jadi kapasitor per - phasa terhubung ∆ yang dibutuhkan generator untuk dapat membangkitkan ggl adalah sebesar 20 µF. Untuk kapasitor yang terhubung secara Y, kapasitor per - phasa yang dibutuhkan tiga kali kapasitor yang terhubung secara ∆, yaitu 60 µF.

4.3 Percobaan Beban Nol Generator Induksi Penguatan sendiri

A. Rangkaian Percobaan Eksitasi Terhubung Tiga Phasa

Gambar 4.1 Rangkaian percobaan beban nol generator induksi penguatan sendiri

29 B. Rangkaian Percobaan Beban Nol Eksitasi Satu Phasa Terbuka

KAPASITOR

Gambar 4.2 Rangkaian percobaan beban nol generator induksi penguatan sendiri dengan eksitasi satu phasa terbuka

C. Prosedur Percobaan

1. Motor induksi dikopel dengan motor DC. Setelah itu rangkaian percobaan disusun seperti gambar 4.2.

2. Seluruh switch dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan dalam posisi minimum.

3. Switch 1 ditutup dan atur PTAC1 sampai dengan tegangan 380 Volt.

4. PTDC2 diatur sehingga amperemeter A3 mencapai harga arus penguat nominal.

Switch 2 ditutup, kemudian PTDC1 dinaikkan secara bersamaan hingga putaran motor DC sama dengan putaran motor induksi (nr = ns).

5. Switch 3 ditutup. Sehingga kapasitor mencharge dengan sendirinya.

6. Pengatur PTAC diturunkan dan switch 1 dilepas, sehingga yang menyuplai daya ke motor induksi adalah kapasitor.

7. Kecepatan motor DC dinaikkan hingga 1400 rpm dengan kelipatan kenaikan 200 rpm, ukur tegangan yang dihasilkan.

8. Ukur tegangan yang dihasilkan generator induksi

9. PTDC1 diturunkan hingga posisi minimum dan lepas switch 2.

10. Untuk percobaan eksitasi satu phasa terbuka, lepaskan satu hubungan kapasitor eksitasi

11. Lakukan percobaan 2-10 12. Percobaan selesai.

C. Data Hasil Percobaan

Kapasitor yang digunakan = 20 dan 40 mF

1. Tegangan antar phasa dan tegangan per phasa

Tabel 4.1 Tegangan antar phasa dan tegangan per phasa yang dihasilkan generator induksi dengan kapasitor eksitasi 20 mF

Kecepatan

31 generator induksi dengan kapasitor eksitasi 20 mF dan satu phasa eksitasi terbuka

1. Tegangan antar phasa dan tegangan per phasa

Table 4.3 Tegangan antar phasa dan tegangan per phasa yang dihasilkan generator induksi dengan kapasitor eksitasi 40 mF

Kecepatan generator induksi dengan kapasitor eksitasi 40 mF dan eksitasi terbuka satu phasa

33

400 0,093 0,093 0,093 0,092 0,093 0,092

600 0,096 0,095 0,096 0,097 0,096 0,095

800 0,098 0,099 0,098 0,099 0,098 0,098

1000 0,12 0,11 0,11 0,11 0,1 0,1

1200 0,12 0,12 0,12 0,13 0,13 0,12

1400 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13

D. Kurva Hasil Percobaan Beban Nol Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Kapasitor Eksitasi 20 mF

1. Kurva tegangan antar phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi terhubung tiga phasa)

Gambar 4.3 kurva kecepatan putaran vs vout

2. Kurva tegangan antar phasa kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi terbuka satu phasa)

Gambar 4.4 kurva kecepatan putaran vs vout (satu phasa eksitasi terbuka)

3. Kurva tegangan per phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi terhubung tiga phasa)

Gambar 4.5 Kurva tegangan per phasa kecepatan putaran vs Vout

35 4. Kurva tegangan per phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi

terbuka satu phasa)

Gambar 4.6 kurva tegangan per phasa kecepatan putaran vs vout

E. Kurva Hasil Percobaan Beban Nol Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Kapasitor Eksitasi 40 mF

1. Kurva tegangan antar phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi terhubung tiga phasa)

Gambar 4.7 kurva kecepatan putaran vs vout

2. Kurva tegangan antar phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi terbuka satu phasa)

Gambar 4.8 kurva kecepatan putaran vs Vout

3. Kurva tegangan per phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi terhubung tiga phasa)

Gambar 4.9 Kurva tegangan per phasa kecepatan putaran vs Vout

37 4. Kurva tegangan per phasa, kecepatan putaran vs tegangan keluaran (eksitasi

terbuka satu phasa)

Gambar 4.10 Kurva tegangan perphasa kecepatan putaran vs Vout

4.4 Analisis Hasil Pengujian

4.4.1 Perbandingan Tegangan Percobaan Beban Nol Generator Induksi Dengan Kapasitor Eksitasi 20mF Terhadap Tegangan Percobaan Beban Nol Gnerator Induksi Dengan Kapasitor Eksitasi 20mF dan Eksitasi Satu Phasa Terbuka

= Tegangan phasa percobaan beban nol generator induksi

= Tegangan phasa percobaan beban nol generator induksi dengan eksitasi satu phasa terbuka.

• Pada putaran 200 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 6,66 %

- Phasa R-T = x 100 % = 6,57 %

- Phasa S-T = x 100 % = 7,89 %

• Pada putaran 400 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 8,86 %

- Phasa R-T = x 100 % = 8,75 %

- Phasa S-T = x 100 % = 8,75 %

• Pada putaran 600 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 11,9 %

- Phasa R-T = x 100 % = 10,84 %

- Phasa S-T = x 100 % = 10,71 %

• Pada putaran 800 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 11,76 %

- Phasa R-T = x 100 % = 11,76 %

39 - Phasa S-T = x 100 % = 10,58 %

• Pada putaran 1000 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 11,62 %

- Phasa R-T = x 100 % = 11,50 %

- Phasa S-T = x 100 % = 10,46 %

• Pada putaran 1200 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 11,36 %

- Phasa R-T = x 100 % = 11,23 %

- Phasa S-T = x 100 % = 11,23 %

• Pada putaran 1400 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 12,22 %

- Phasa R-T = x 100 % = 11,11 %

- Phasa S-T = x 100 % = 10,11 %

4.4.2 Perbandingan Tegangan Percobaan Beban Nol Generator Induksi Dengan Kapasitor Eksitasi 40mF Terhadap Tegangan Percobaan Beban Nol Generator Induksi Dengan Kapasitor Eksitasi 40mF dan Eksitasi Satu Phasa Terbuka

= Tegangan phasa percobaan beban nol generator induksi

= Tegangan phasa percobaan beban nol generator induksi dengan eksitasi satu phasa terbuka

• Pada putaran 200 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 10 %

- Phasa R-T = x 100 % = 9 %

- Phasa S-T = x 100 % = 10 %

• Pada putaran 400 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 22,5 %

- Phasa R-T = x 100 % = 22,5 %

- Phasa S-T = x 100 % = 22,5 %

41

• Pada putaran 600 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 31,42 %

- Phasa R-T = x 100 % = 26,92 %

- Phasa S-T = x 100 % = 26,15 %

• Pada putaran 800 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 34,66 %

- Phasa R-T = x 100 % = 34 %

- Phasa S-T = x 100 % = 34,66 %

• Pada putaran 1000 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 36,84 %

- Phasa R-T = x 100 % = 38,88 %

- Phasa S-T = x 100 % = 38,88 %

• Pada putaran 1200 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 40 %

- Phasa R-T = x 100 % = 42,8 %

- Phasa S-T = x 100 % = 42,8 %

• Pada putaran 1400 rpm

- Phasa R-S = x 100 % = 43,47 %

- Phasa R-T = x 100 % = 43,47 %

- Phasa S-T = x 100 % = 43,47 %

43

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tegangan generator induksi dengan eksitasi satu phasa terbuka lebih kecil dibandingkan dengan tegangan yang dihasilkan generator induksi dengan eksitasi terhubung 3 phasa. Dimana pada kecepatan putaran yang sama (200) rpm, perbedaan tegangan keluarannya sekitar 7 % untuk kapasitor eksitasi 20 mF dan 10 % untuk kapasitor eksitasi 40 mF

2. Dalam percobaan generator induksi eksitasi terbuka satu phasa, semakin besar kapasitor eksitasi yang digunakan semakin besar juga tegangan keluaran yang dihasilkan. Untuk kapasitor 20 mF pada kecepatan putaran 200 rpm tegangan yang dihasilkan adalah 0,07 V, sedangkan kapasitor ksitasi 40 mF adalah 0,09 V.

3. Pada percobaan generator induksi dimana Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) didapatkan juga kesimpulan. Dimana dengan bertambahnya kecepatan putaran rotor akan meningkatkan tegangan keluaran generator tersebut.

5.2 Saran

1. Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk menganalisis pengaruh eksitasi terbuka satu phasa terhadap karakteristik generator induksi dan dengan menggunakan kapasitor eksitasi yang lebih besar lagi

2. Dalam penelitian lainnya dapat digunakan jenis motor induksi jenis rotor sangkar untuk digunakan sebagai generator induksi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Zuhal, “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya”, Penerbit ITB, Bandung, 1988

[2]NEMA Standard Publications No. MGI-1993. Motors and Generators, Published by National Electrical Manufactures Ascociation. Washington (1993), Part 21 PP. 9-10 and Part 30 PP. 1-2

[3] IEEE Guides: Test Procedures for Synchronus Machines, IEEE Std 115-1995 (R2002)

[4] Theraja, B.L. & Theraja, A.K., “A Text Book of Electrical Technology”, New Delhi, S.Chand and Company Ltd., 2001.

[5] Chapman Stephen J, “Electric Machinery Fundamentals”,Third Edition Mc Graw Hill Companies, New York, 1999.

[6] Wijaya Mochtar,”Dasar-dasar Mesin Listrik”, Penerbit Djambatan, Jakarta , 2001

[7] Lanang Sang, “Analisa Pengaruh Beban Induktif dan Resistif pada Generator Induksi pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (pltgl)” Institut Tekhnologi Sepuluh November, Surabaya, 2011

APLIKASI GENERATOR INDUKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (Generator Induksi)

Mesin induksi dapat dioperasikan sebagai motor maupun sebagai generator. Namun, sedikit sekali masalah generator induksi ditulis sebagai subjek. Alasannya adalah karena generator induksi tidak mampu mengendalikan tegangan dan frekuensi pada kondisi berbeban dan kecepatan perputaran yang berubah. Sehingga dari salah satu penyebabnya tersebut, generator sinkron selalu digunakan dalam unit – unit pembangkit tenaga listrik.

Namun, akhir – akhir ini karena cadangan sumber energi yang tidak terbarukan seperti minyak, gas bumi, batubara dan lain – lain dirasakan semakin menipis,maka pengembangan generator induksi penguatan sendiri yang digerakkan oleh energi angin, pembangkit mikrohidro, biogas dan lain – lain mulai menjadi semakin mendapat perhatian yang nyata. keuntungan lain dari mesin ini adalah kontruksinya yang kokoh, biaya pemeliharaan yang rendah dan tidak membutuhkan penguatan DC.

dalam hal ini penulis menjelaskan implementasi generator induksi pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut, PLTGL merupakan salah satu pembangkit Energi terbarukan, penulis melihat bahwa potensi gelombang laut di Indonesia sangat menjanjikan, dengan begitu jika pembangkit listrik tenaga gelombang laut di realisasikan secara tidak langsung Generator induksi juga akan di gunakan sebagai mesin konversi energi tersebut.

Blok Diagram Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

Pertama-tama aliran gelombang laut yang mempunyai energi kinetik masuk kedalam mesin konversi energi gelombang. Kemudian dari mesin konversi aliran gelombang yang mempunyai energi kinetik ini dialirkan menuju turbin. Di dalam turbin ini, energi kinetik yang dihasilkan gelombang digunakan untuk memutar rotor. Kemudian dari perputaran rotor inilah energi mekanik yang kemudian disalurkan menuju generator. Di dalam generator, energi mekanik ini dirubah menjadi energi listrik (daya listrik). Dari generator ini, daya listrik yang dihasilkan dialirkan lagi menuju sistem tranmisi (beban).

PLTGL-OWC (Oscilatting Water Column)

OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini akan menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian tekanan udara ini akan menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan dengan generator listrik sehingga menghasilkan listrik.

Pada teknologi OWC ini, digunakan tekanan udara dari ruangan kedap air untuk menggerakkan whells turbine yang nantinya pergerakan turbin ini digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Ruangan kedap air ini dipasang tetap dengan struktur bawah terbuka ke laut. Tekanan udara pada ruangan kedap air ini disebabkan oleh pergerakan naik-turun dari permukaan gelombang air laut.

Gambar 1. Proses terbentuknya aliran udara yang dihasilkan oleh gelombang laut

Gerakan gelombang di dalam ruangan ini merupakan gerakan compresses dan gerakan decompresses yang ada di atas tingkat air di dalam ruangan. Gerakan ini mengakibatkan, dihasilkannya sebuah alternating streaming kecepatan tinggi dari udara. Aliran udara ini didorong melalui pipa ke turbin generator yang digunakan untuk menghasilkan listrik. Sistem OWC ini dapat ditempatkan permanen di pinggir pantai atau bisa juga ditempatkan di tengah laut. Pada sistem yang ditempatkan di tengah laut, tenaga listrik yang dihasilkan dialirkan menuju transmisi yang ada di daratan menggunakan kabel.

Gambar 2 . Turbin dan generator Gambar 3. Tampak keseluruhan PLTG-OWC

Generator pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL)

Jenis generator yang digunakan pada PLTGL ialah jenis Generator Asinkron (generator tak-serempak) yang merupakan motor induksi yang dirubah menjadi generator, generator ini dipilih karena PLTGL sebagai energi alternatif tidak banyak membutuhkan perawatan seperti halnya generator sinkron, lebih kuat, handal, harga lebih murah dan tidak membutuhkan bahan bakar pada saat diaplikasikan di lapangan, tapi cukup bergantung pada sumber energi terbarukan seperti air, angin, dan lain – lain sebagai prime over (penggerak mula). Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC (Alternating Current).

Gambar 4. Turbin dan Generator Asinkron

Blok Diagram Generator Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

Data fakta Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dunia dan di Indonesia Pemerintah Jerman merancang pilot project pembangkit listrik tenaga gelombang.

Pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) yang telah berjalan adalah PLTGL Limpet dikelola oleh Wavegen, anak perusahaan Vorth Siemen yang berbasis di Inggris. PLTGL Limpet mampu memproduksi listrik 500 kwh. Pembangkit tersebut menggunakan teknologi Oscillating Water Column (OWC) yang mengubah energi gelombang menjadi udara pendorong untuk menggerakan turbin. Sementara itu, PLTGL yang di Jerman akan memiliki kapasitas 250 kWh. Dengan kapasitas tersebut, PLTGL tersebut dapat mengaliri listrik ke 120 rumah. Pemerintah Jerman berharap pembangunan PLTG tersebut tidak mengganggu lingkungan sekitar pantai.

Oleh karena itu, EnBW menjalin kerja sama dengan proyek konservasi pantai agar

pembanguan PLTGL tidak merusak keindahan alam daerah sepanjang pantai.

Pembangkit listrik gelombang laut komersial juga dikembangkan di ‘Negeri Kanguru’. Pusat PLTGL itu terletak di lepas pantai Australia. Pembangkit dengan terobosan teknologi yang masih langka itu telah memasok kebutuhan listrik sekitar 500 rumah yang berada di daerah Selatan Sydney, Australia. Listrik baru bisa dihasilkan PLTGL jika gelombang laut datang menerpa corong yang menghadap ke lautan. Gerakan tersebut mengalirkan udara melalui dan masuk menggerakan turbin.

Dari putaran turbin tersebut, sebanyak 500 kWh daya listrik dihasilkan setiap hari dan langsung disalurkan ke rumah-rumah . Pusat PLTGL yang di Australia merupakan proyek percontohan. Pemerintah Australia berencana membangun PLTGL yang lebih besar dan menghasilkan listrik lebih kuat di pantai selatan Australia. Dengan pembangunan PLTGL, para ahli teknologi PLGL Australia pun mendapat kebanjiran order untuk membangunan PLTGL di beberapa negara. Hawai, Spanyol, Afrika Selatan, Cile, Meksiko, dan Amerika Serikat juga tertarik.

Gambar 5. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang-OWC di Skotlandia

Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Norwegia. Sehingga Energi gelombang laut di pantai tersebut digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, seperti saat ini telah didirikan sebuah Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak (PLTO) di Yogyakarta, yaitu model Oscillating Water Column. Tujuan didirikannya PLTO ini adalah untuk memberikan model sumber energi alternatif yang ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai Indonesia. Yogyakarta

merupakan daerah di Indonesia yang memiliki potensi gelombang laut terbesar dibanding daerah lainnya. Pantai Selatan di daerah Yogyakarta memiliki potensi gelombang 19 kw/panjang gelombang. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut di daerah Yogyakarta dikembangkan oleh BPPT khususnya BPDP (Balai Pengkajian Dinamika Pantai). Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ini menggunakan metode OWC (Ocillating Water Column). BPDP – BPPT pada tahun 2004 telah berhasil membangun prototype OWC pertama di Indonesia. Prototype itu dibangun di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Prototype OWC yang dibangun adalah OWC dengan dinding tegak. Luas bersih chamber 3m x 3m. Tinggi sampai pangkal dinding miring 4 meter, tinggi dinding miring 2 meter sampai ke ducting, tinggi ducting 2 meter. Prototype OWC 2004 ini setelah di uji coba operasional memiliki efisiensi 11%. Pada tahun 2006 ini pihak BPDP – BPPT kembali membangun OWC dengan sistem Limpet di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul . OWC Limpet dibangun berdampingan dengan OWC 2004 tetapi dengan model yang berbeda.

Dengan harapan besar energi gelombang yang bisa dimanfaatkan dan efisiensi dari OWC Limpet ini akan lebih besar dari pada OWC sebelumnya.

Gambar 6. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang-OWC di Pantai Parang Racuk, Gunung Kidul-Yogyakarta

JADWAL KEGIATAN TUGAS AKHIR DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

TAHUN AJARAN 2015/2016

NO 1 2 3

Hari/Tanggal 23 Maret 2016 01 April 2016 14 Mei 2016

Kegiatan Pengumpulan Proposal Tugas Akhir (batas akhir)

Seminar Proposal Tugas Akhir Pengambilan data di Lab. Konversi Energi Listrik

Keterangan

Pengumpulan di Departemen Teknik Elektro sesuai dengan format Proposal tugas Akhir yang telah ditentukan

Setelah diumumkan jadwal seminar, dilaksanakan seminar dengan dosen pembimbing dan penguji yang telah ditunjuk oleh departemen

Dilakukan setelah proposal disetujui

NO 4 5 6

Hari/Tanggal April 2015- Juni 2016 Juni 2015 Juni 2015

Kegiatan Masa Bimbingan Tugas Akhir Pengambilan dan Pengembalian Form Seminar Tugas Akhir

Pengumpulan draft akhir Laporan TA

Keterangan

Bimbingan Tugas Akhir dimulai diskusi dengan Dosen Pembimbing dan mencari referensi lain dari sumber yang lainnya.

Pengambilan dan pengembalian form seminar hasil di

Departemen

1. Laporan siap untuk diseminarkan

2. Jadwal Seminar disusun

JADWAL KEGIATAN TUGAS AKHIR DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

TAHUN AJARAN 2015/2016

NO 7 8 9

Hari/Tanggal Juli 2016 Juli 2016 – Agustus 2016 Agustus

Kegiatan Masa Seminar Hasil TA Revisi Tugas Akhir Sidang Tugas Akhir

Keterangan

Tugas Akhir akan diseminarkan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

Koreksi dan perbaikan Tugas

Hari/Tanggal Agustus 2016- September 2016 September 2016 November 2016 Kegiatan Revisi Tugas Akhir (selesai sidang) Jurnal Ilmiah Wisuda

Keterangan

Membuat jurnal ilmiah yang kemudian akan dibimbing oleh dosen pembimbing khusus yang telah ditunjuk oleh departemen

DATA PERCOBAAN

Tabel tegangan antar phasa dan tegangan per phasa kapasitor 20 mF Kecepatan

Tabel tegangan antar phasa dan tegangan per phasa kapasitor 20 mF eksitasi satu phasa terbuka

400 0,072 0,073 0,073 0,072 0,073 0,073

Tabel tegangan antar phasa dan tegangan per phasa kapasitor 40 mF Kecepatan

Tabel tegangan antar phasa dan tegangan per phasa kapasitor 40 mF eksitasi satu phasa terbuka

Kecepatan Putaran

(rpm)

Vout

(Volt)

R-S R-T S-T R-N S-N T-N

0 - - - -

200 0,09 0,091 0,09 0,09 0,09 0,089

400 0,093 0,093 0,093 0,092 0,093 0,092

600 0,096 0,095 0,096 0,097 0,096 0,095

800 0,098 0,099 0,098 0,099 0,098 0,098

1000 0,12 0,11 0,11 0,11 0,1 0,1

1200 0,12 0,12 0,12 0,13 0,13 0,12

1400 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13

Dokumen terkait