• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Berat Polong Kering per Plot Netto (g)

4.1.2. Pengaruh Dosis Pupuk SP 36

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 24) menunjukkan bahwa dosispupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanamandan jumlah cabang umur 15, 30 dan 45 HST, persentase polong bernas, persentase polong hampa, bobot 100 biji kering, berat polong kering per plot netto, rendemendanproduksi per hektar.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur15, 30

dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai

dosispupukSP36 umur 15,30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Pupuk SP 36 Umur 15, 30 dan 45 HST.

Dosis Pupuk SP 36 Tinggi Tanaman (cm)

Simbol kgha-1 15 HST 30 HST 45 HST

P1 50 7.18 15.17 35.24

P2 100 6.84 14.58 36.92

P3 150 7.67 16.02 37.63

Tabel 8 menunjukkan tanaman tertinggi umur 15 dan 30 HST ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

2. JumlahCabang (buah)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan bahwa dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang umur 15, 30 dan 45 HST. Rata-rata jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai dosispupuk SP 36 umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah pada Berbaga iDosis Pupuk SP 36 Umur 15, 30 dan 45 HST.

DosisPupuk SP 36 Jumlah Cabang (buah) Simbol kgha-1 15 HST 30 HST 45 HST

P1 50 8.13 16.53 21.60

P2 100 8.20 15.93 21.33

P3 150 8.20 16.00 20.47

Tabel 9 menunjukkan jumlah cabang terbanyak umur 15 HST dijumpai pada dosis pupuk SP 36100 kg ha-1(P2) dan 150 kg ha-1(P3). Jumlah cabang terbanyak umur 30 dan 45 HST dijumpai pada dosis pupuk SP 36 50 kg ha-1(P1) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

3. PersentasePolong Bernas dan Hampa (%)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14 dan 16) menunjukkan bahwa dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong bernas dan hampa. Rata-rata persentase polong bernas dan hampa pada berbagai dosispupuk SP 36 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Pupuk SP 36

Dosis Pupuk SP 36 Persentase Polong Bernas

Persentase Polong Hampa

Simbol kg ha-1 (%) Arcsin√× (%) Arcsin√×

P1 50 61.49 55.57 28.51 22.58

P2 100 62.61 56.69 27.39 21.47

25 Tabel 10 menunjukkan bahwa persentase polong bernas tertinggi ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 100 kg ha-1(P2) dan persentase polong hampa tertinggi ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

4. Bobot 100 Biji Kering (g)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering. Rata-rata bobot 100 biji kering pada berbagai dosis pupuk SP 36 disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah pada Berbagai Dosis

Pupuk SP 36

Dosis Pupuk SP 36

Bobot 100 Biji Kering (g) Simbol kgha-1

P1 50 200.19

P2 100 197.67

P3 150 208.45

Tabel 11 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

5. Berat Polong Kering per Plot Netto (g)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per plot netto. Rata-rata berat polong kering per plot netto pada berbagai dosis pupuk SP 36 disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata Berat Polong Kering Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Pupuk SP 36

Dosis Pupuk SP 36 Berat Polong Kering per Plot Netto (g)

Simbol kgha-1

P1 50 718.07

P2 100 744.60

P3 150 749.81

Tabel 12 menunjukkan bahwa berat polong kering per plot netto tertinggi ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

6. Rendemen (%)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 22) menunjukkan bahwa dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen polong kering kacang tanah. Rata-rata rendemen polong kering kacang tanah pada berbagai dosis pupuk SP 36 disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-rata Berat Rendemen Polong Kering Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Pupuk SP 36

Dosis Pupuk SP 36 Rendemen (%)

Simbol kgha-1 (%) Arcsin√×

P1 50 53.16 46.09

P2 100 50.94 43.87

P3 150 52.75 45.68

Tabel 13 menunjukkan bahwa berat rendemen polong kering ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 50 kg ha-1(P1), meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

27

7. Produksi per Hektar (ton)

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 24) menunjukkan bahwa dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar kacang tanah. Rata-rata produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis pupuk SP 36 disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata Produksi per Hektar Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Pupuk SP 36

Dosis Pupuk SP 36 Produksi per Hektar (ton)

Simbol kgha-1

P1 50 5.40

P2 100 5.83

P3 150 5.32

Tabel 14 menunjukkan bahwa produksi per hektar kacang tanah ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 100 kg ha-1(P2) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

4.1.3. Interaksi

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomorgenap 2 sampai 24) menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara dosis dolomit dan pupuk SP 36 terhadaptinggi tanaman umur 45 HST.

Tinggi Tanaman

Rata-rata tinggi tanaman umur 45 HST pada berbagai dosis dolomit dan dosis pupuk SP 36 setelah di uji BNJ0.05dapat disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit dan Dosis Pupuk SP 36 Umur 45 HST.

Dosis Dolomit (kg ha-1) Dosis Pupuk SP 36 (kg ha

-1 ) BNJ0,05 50 (P1) 100 (P2) 150 (P3) D1 200 39,17 ab 35,83 ab 39,73 b 8,14 D2 400 31,43 a 38,00 ab 33,43 ab D3 600 35,15 ab 35,93 ab 39,73 b

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom berbeda tidaknya pada taraf 5 % (uji BNJ)

Tabel 15 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 45 HST dijumpai pada dosis dolomit 200 kg ha-1(D1) dan dosis pupuk SP 36 50 kg ha-1(P1) yang berbeda nyata dengan dosis dolomit 400 kg ha-1(D2) dan dosis pupuk SP 36 50 kg ha-1(P1) namun tidak berbeda nyata dengan dosis dolomit 600 kg ha-1 (D3) dan dosis pupuk SP 36 50 kg ha-1(P1).

Tanaman tertinggi dijumpai pada dosis dolomit 400 kg ha-1(D2) dan dosis pupuk SP 36 100 kg ha-1(P2) namun tidak berbeda nyata dengandosis dolomit 200 kg ha-1 (D1) dan 600 kg ha-1(D3) dengan dosis pupuk SP 36 100 kg ha-1 (P2). Sedangkan pada tanaman tertinggi selanjutnyadijumpai pada dosis dolomit 200 kg ha-1(D1) dan dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) yang berbeda nyata dengan dosis dolomit 400 kg ha-1(D2) dan dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) namun tidak berbeda nyata dengan dosis dolomit 600 kg ha-1(D2) dan dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3).

Hubungan antara tinggi tanaman kacang tanah umur 45 HST pada berbagai dosis dolomit dandosis pupuk SP 36 dapat dilihat pada Gambar 2.

29

Gambar 2. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit dan Dosis Pupuk SP 36 Umur 45 HST.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Dosis Dolomit

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST,namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST,dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang, persentase polong bernas, persentase polong hampa, bobot 100 biji kering, berat polong kering per plot netto, rendemen dan berat polong kering per hektar.

Dari berbagai dosis dolomit yang dicobakan menunjukan bahwa tanaman tertinggi dijumpai pada dosis kapur dolomit 200 kg ha-1.Hal ini disebabkan karena respon tanaman kacang tanah terhadap tambahan Ca dan Mg yang telah mencapai nilai optimum.Pemberian dolomit disamping menambah unsur hara Ca dan Mg juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur harayang lain serta memperbaiki sifat

39.17 35.83 39.73 31.43 38.00 33.43 35.15 35.93 39.73 30.0 32.5 35.0 37.5 40.0 42.5 45.0 50 (P1) 100 (P2) 150 (P3) T in ggi T an am an U m u r 45 H S T Dosis Pupuk SP 36 (kg ha-1) 200 (D1) 400 (D2) 600 (D3)

fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsurhara dan sifat fisik tanah maka pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (Sumaryo dan Suryono, 2000).

Meningkatnya pertumbuhan tanaman kacang tanah karena pemberian dolomit dapat menganalisir unsur Al dan dapat memperbaiki pH serta agregat tanah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Buckman dan Brady (1982) menjelaskan bahwa pengapuran pada tanah masam dapat memperbaiki kesuburan tanah sebab akan mengggiatkan kehidupan jasad renik dan unsur hara makro menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Absorpsi unsur-unsur Mo, p dan Mg akan meningkat dengan adanya pengapuran pada tanah masam dan pada waktu yang bersamaan akan menurunkan dengan nyata konsentrasi Fe, Al dan Mn yang dalam keadaan sangat masam dapat mencapai konsentrasi yang bersifat racun bagi tanaman.

Membaiknya pertumbuhan tanaman akibat pemberian dolomit dapat dijelaskan oleh pendapat Leiwakabessy dan Sutandi (2004) mengungkapkan bahwa pengapuran bertujuan untuk menekan kejenuhan Al yang sangat tinggi sehingga pH tanah dapat meningkat dan tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Oleh karna itu, perkembangan akar tanaman menjadi optimum akibat pengapuran.

Dephut (1991) menyebutkan bahwa dolomit juga berpengaruh baik pada tanah dan aerasi. Humus yang berinteraksi dengan dolomit akan lebih meningkatkan dan memperkokoh ikatan antar partikel tanah. Pengapuran telah menyebabkan perubahan reaksi kimia, keadaan mikroba tanah yang menguntungkan tanaman. Akan tetapi kondisi yang tercipta oleh kapur untuk meningkatkan serapan hara sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih baik akan tetapi tergantung pada tanaman dalam menyesuaikan terhadap lingkungan.

31

4.2.2. Pengaruh Dosis Pupuk SP 36

Dari hasil penelitian yang dicobakan pemberian dosis pupuk SP 36 tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,jumlah cabang, persentase polong bernas, persentase polong hampa, bobot 100 biji kering, berat polong kering per plot netto, rendemen dan produksi per hektar. Hal ini disebabkan peranan dari pupuk SP 36 yang telahdiberikan tidak mencapai nilai optimum, sehingga perkembangan akar dan penyerapan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman tidak terpenuhi secara maksimal.

Meningkatnya dosis pupuk SP 36 justru menurunkan hasilbiji,karena tidak terjadinya keseimbangan hara tanah. Hasil penelitan lainnya menunjukkan bahwa meningkatnya kecukupan salah satu hara yang tidak diikuti oleh meningkatnya kecukupan hara lainnya maka keseimbangan hara akan terganggu, menyebabkan pertumbuhan dan produksi menurun (Surendranet al., 2005).

Terbatasnya penyediaan N ditanah, berdampak menghambat atau menghentikan pertumbuhan tanaman (Prawiranataet al., 1988). Oleh karena itu, kebutuhan pupuk N yang diperlukan oleh tanaman kacang tanah perlu diketahui untuk mengoptimalkan produktivitas tanaman.

Pemupukan Nitrogen, Fosfor dan Kalium sangat perlu dilakukan pada tanah dengan kandungan hara rendah, karena ketiga unsur hara ini merupakan hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman. Selanjutnya Suprapto (1994) mengatakan bahwa hara P akan mendorong pertumbuhan akar permulaan sehingga akan meningkatkan penyerapan unsur hara dan air oleh tanaman kacang tanah. Dengan meningkatnya serapan hara dan air akan meningkatkan laju fotosintensis, selanjutnya hasil fotosintesis berupa karbohidrat diubah menjadi organ-organ tanaman seperti batang, daun dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Hartatik et al. (1995) bahwa tinggi tanaman meningkat dengan meningkatnya takaran P. Sedangkan hasil penelitian Pasaribu dan Suprapto

(1985), pemberian Fosfor dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah cabang, sedangkan pada pertumbuhan akhir secara nyata sangat terpengaruhi oleh pemberian SP-36 yang tercermin pada berat polong kering (Sumaryo dan Suryono, 2000).

4.2.3. Interaksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara dosis dolomit dan pupuk SP 36 terhadap tinggi tanaman umur 45 HST. Dari berbagai dosis yang dicobakan tanaman kacang tanah tertinggi dijumpai pada dosis dolomit 200 kg ha-1 dengan dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1, hal ini menunjukkan bahwa pemberian dolomit dan SP 36 pada dosis tersebut telah dapat meningkatkan nilai P-tersedia, peningkatan P-tersedia berhubungan dengan penurunan derajat kemasaman tanah sehingga memberikan respon pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyebutkan bahwa peningkatan pH dapat menyebabkan kenaikan P-tersedia tanah.

Hardjono (1988) menambahkan bahwa fosfor yang tersedia dalam jumlah yang cukup dapat memacu pertumbuhan, perkembangan perakaran dan pembentukan sistem perakaran yang baik pada tanaman. Sunanto (1994), Menambahkan bahwa tanaman yang kekurangan P akan menyebabkan laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi menurun, karena laju fotosintesis menjadi terhambat.

Fosfor merupakan unsur yang paling kritis dibandingkan unsur-unsur lainnya bagi tanaman. Kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap unsur lainnya, meskipun jumlah unsur fosfor yang diangkut tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan fosfor dari pupuk sangat penting (Rosliani, 1997).

33

Dokumen terkait