TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Pengaruh Dukungan Keluarga dengan Post Power Syndrome
masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya,
bersimpati dan empati.
2.3 Pengaruh Dukungan Keluarga dengan Post Power Syndrome
Menurut Erikson (1978), menyatakan bahwa tahap lansia sebagai tahap
integrity versus despair (integritas melawan putus asa), yakni individu yang sukses
akan melampaui tahap ini dengan adaptasi yang baik, menerima berbagai perubahan
dengan tulus, mampu berdamai dengan keterbatasannya dan bertambah bijak
menyikapi kehidupan. Sebaliknya mereka yang gagal, akan melewati tahap ini
dengan penuh pemberontakan, putus asa dan ingkar terhadap kenyataan yang
dihadapinya yang akan mengarah pada gejala-gejala post power syndrome. Sukses
tidaknya seseorang melewati tahap ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya
adalah dukungan dari lingkunagn terdekatnya, yaitu keluarga. Ketika individu
tersebut mendapat dukungan dari keluarganya secara optimal maka akan muncul
konsep diri, rasa optimis dan self eficcasy (pengaturan diri) yang baik dari individu
tersebut sehingga akan menurunkan resiko untuk mengalami post power syndrome.
Menurut Schmall & Pratt (1993) keluarga memainkan suatu peranan yang
signifikan dalam kehidupan pada hampir semua individu. Erawati (2001)
menambahkan ketika keluarga tidak menjadi bagian kehidupan seseorang yang
sedang mengalami masa transisi seperti masa pensiun, umumnya akan menyebabkan
individu tersebut merasa terabaikan. Santrock (dalam Hidayati, 2009) mengemukakan
23
kecenderungan lebih sedikit untuk stres dibandingkan dengan seseorang yang
memiliki hubungan yang jauh dengan keluarganya. Campbell & Kub (dalam Lubis,
2009) menambahkan bahwa stres yang berlangsung setiap hari dapat membebani
pikiran dan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga ketika seseorang tidak dapat lagi
bertahan dengan stres yang ada, maka depresi akan muncul.
Darmawan (dalam Sutoyo, 2009) juga mengatakan putusnya hubungan
dengan orang-orang yang paling dekat dan disayangi seperti keluarga dapat
menyebabkan terjadinya masalah psikologis seperti seseorang menjadi kesepian yang
akan berdampak pada keadaan depresi. Individu yang mengalami depresi akan
kehilangan optimismenya dalam menjalani hidup sehingga kecenderungan untuk
mengalami post power syndrome akan meningkat.
2.4 Pensiun
2.4.1 Pengertian Pensiun
Pengertian pensiun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) adalah tidak
bekerja lagi karena telah selesai masa dinasnya. Kimmel (1989) menambahkan,
pensiun merupakan suatu isyarat sosial bahwa seseorang telah memasuki fase lansia
yang juga berarti berakhirnya masa kerja seseorang dan mulainya periode waktu
luang yang panjang tanpa aktivitas rutin.
Dapat disimpulkan pensiun merupakan suatu keadaan ketika seseorang telah
24
maupun perusahaan swasta dimana individu tersebut memasuki periode waktu luang
yang panjang tanpa aktivitas rutin.
2.4.2 Jenis-Jenis Pensiun
Menurut WageIndicator.org (2014) dilihat dari penyebabnya, istilah pensiun
dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut.
a. Pensiun Normal
Pensiun normal merupakan pensiun yang dilakukan karena karyawan/pegawai
sudah memasuki masa pensiun.
b. Pensiun Dini
Pensiun dini sering diistilahkan dengan pensiun dipercepat. Sebelum
memasuki usia pensiun, anda dapat mengajukan untuk pensiun dini. Normalnya,
pensiun dini dapat diajukan 10 tahun lebih awal dari usia pensiun.
c. Pensiun Karena Cacat
Pensiun karena cacat terjadi karena karyawan/pegawai mengalami cacat
permanen. Cacat permanen ini menyebabkan karyawan/pegawai kehilangan anggota
badannya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-harinya.
d. Pensiun Karena Meninggal
25
2.4.3 Fase Penyesuaian Diri Saat Pensiun
Robert Atchley (2000) mengembangkan enam fase deskriptif pensiun yang
merepresentasikan proses transisi dari seseorang yang akan berhenti dari dunia kerja
secara permanen, yaitu;
a. Pre-Retirement Phase (fase sebelum pensiun)
Fase sebelum memasuki masa pensiun yang melibatkan tahap pelepasan dari
tempat kerja dan tahap perencanaan dalam menyiapkan apa saja yang dibutuhkan saat
sudah memasuki masa pensiun.
b. Retirement Phase (fase pensiun)
Ketika seseorang pensiun, maka mereka tidak lagi berpartisipasi dalam sebuah
pekerjaan, berikut adalah 3 hal yang sering dialami oleh orang yang sedang pensiun;
1) The Honeymoon, adalah tahapan ini ditandai dengan perasaan seperti sedang
dalam keadaan liburan tanpa batas, individu yang memasuki tahapan ini akan
sangat sibuk melakukan banyak kegiatan rekreasi yang jarang mereka lakukan
saat masih bekerja.
2) The immediate retirement routine, orang-orang yang ketika masih bekerja
memiliki kegitan aktif di luar pekerjaannya akan lebih mampu membangun rasa
nyaman, namun jadwal yang padat telah menanti setelah pensiun.
3) The rest and relaxation, sering digambarkan sebagai periode yang ditandai
26
memiliki kesibukan yang sangat tinggi dan waktu yang sedikit untuk dirinya
biasanya akan memilih untuk melakukan sedikit aktivitas saat periode awal
pensiunnya. Aktivitas akan meningkat setelah beberapa tahun dari fase istirahat
dan relaksasi.
c. Disenchantment Phase (fase kekecewaan)
Pada fase ini pensiunan mulai merasa depresi, merasa kosong. Untuk
beberapa orang pada fase ini, ada rasa kehilangan baik itu kehilangan kekuasaan,
martabat, status, penghasilan, teman kerja, dan aturan tertentu. Peran serta dari orang
terdekat khususnya keluarga sangat berkontribusi untuk membantu melewati tahapan
ini.
d. Reorientation Phase (fase reorientasi)
Fase dimana seseorang mulai mengembangkan pandangan yang lebih realistik
mengenai alternatif hidup dan mereka akan mulai mencari aktivitas baru. Dychtwald
(2006) menyatakan bahwa tahapan ini berlangsung sekitar 2-15 tahun sesudah
pensiun. Pada tahap ini seseorang akan mulai mengubah prioritasnya, aktivitas,
hubungan, dan hidupnya. Para pensiunan umumnya menyatakan bahwa tahap
reorientasi ini merupakan tahap yang penuh dengan tantangan.
e. Retirement Routine Phase
Masa peniun yang nyaman dan bermanfaat adalah tujuan semua orang yang
pensiun. Beberapa individu biasanya mampu mendapatkannya segera setelah mereka
27
mereka hanya berkutat dalam periode kekecewaan. Individu yang telah memasuki
fase ini biasanya akan bertahan selama bertahun-tahun.
f. Termination Of Retirement Phase (fase akhir)
Biasanya fase ini ditandai dengan penyakit yang mulai menggerogoti
seseorang, ketidak-mampuan dalam mengurus diri sendiri dan keuangan yang sangat
merosot. Peran saat seorang pensiun digantikan dengan peran orang sakit yang
membutuhkan orang lain untuk tempat bergantung.
2.4.4 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Pensiun
Menurut Turner & Helms (1997) ada beberapa hal penyesuaian yang dialami
seseorang pada masa pensiunnya, yaitu;
1. Psychology Adjustments
Psychology adjustments meliputi berkurangnya harga diri. Bekerja bukan hanya berkaitan dengan kebutuhan materi saja melainkan juga merupakan kebutuhan
psikologis seseorang. Secara psikologis, bekerja menimbulkan rasa identitas, status,
maupun fungsi sosial.
2. Financial Adjustments
Financial adjustment meliputi berkurangnya sumber penghasilan. Penurunan penghasilan merupakan dampak paling nyata dari fenomena pensiun. Sebagai kepala
keluarga tentunya hal ini dapat menimbulkan stress, terlebih jika kebutuhan tidak bisa
28
3. Marital Adjustments
Marital adjustment meliputi ketidakharmonisan pasangan dan kepergian pasangan. Waktu yang dihabiskan bersama pasangan ketika sebelum dan sesudah
pensiun jelas akan berbeda. Kuantitas bersama pasangan akan lebih banyak dan akan
memungkinkan untuk terjadinya kesalah pahaman atau ketidakcocokan akan sering
terjadi pada masa pensiun.
4. Berkurangnya Kontak Sosial
Seseorang bisa mendapatkan penghargaan sosial ketika mereka meraih
kepuasan dari kontak sosialnya. Ketika memasuki masa pensiun, waktu untuk
bertemu dengan rekan seprofesi akan berkurang.
5. Hilangnya Kelompok Referensi Yang Bisa Mempengaruhi Self Image
Biasanya seseorang menjadi anggota dari suatu kelompok organisasi atau
bisnis tertentu ketika dia masih aktif bekerja. Tetapi ketika dia pensiun, secara
langsung keanggotaan pada suatu kelompok akan hilang. Hal ini akan mempengaruhi
seseorang untuk kembali menilai dirinya lagi.
6. Hilangnya Tugas Yang Berarti
Hal ini dapat dikarenakan pekerjaan yang dikerjakan seseorang mungkin
sangat berarti bagi dirinya dan hal ini tidak bisa dikerjakan saat seseorang itu mulai
memasuki masa pensiun.
7. Hilangnya Rutinitas
Hampir separuh dari harinya dihabiskan untuk bekerja. Tidak semua orang
29
selama ini memberikan sense of purpose (merasa memiliki tujuan), memberikan rasa
aman, dan pengertian bahwa ternyata kita berguna. Ketika menghadapi masa pensiun,